Rabu, 14 Maret 2012

Dia yang Tak Terjangkau



Sudah seminggu Erisa dan Fira menikmati hari-hari mereka sebagai pelajar baru di SMA 5 Toupat. Mereka begitu dekat, walaupun baru berkenalan seminggu yang lalu. Walaupun berbeda kelas, Erisa dan Fira selalu menyempatkan bertemu setiap jam istirahat. Tak jarang  pula mereka pulang bersama.
   Suatu hari Fira membuka facebook-nya. One new friend request, Fira membuka profil orang yang baru saja meng-addnya –kebiasaan yang kerap kali dia lakukan sebelum meng-accept pertemanan- orang tersebut ternyata cowok. Foto profilnya begitu jelas, hanya saja Fira tetap merasa tidak pernah melihat cowok tersebut. Kembali dia lanjutkan dengan membaca info nya, SMA 5 Toupat? Fira menemukan suatu alasan yang membuatnya akhirnya berfikir untuk meng-accept orang tersebut. Siapa tahu bisa nambah teman, pikirnya saat itu.
          Tidak seperti Fira, Erisa begitu terkenal di kelasnya. Selain karena supel, Erisa juga ternyata menjadi pengurus kelas, tepatnya bendahara kelas. Sedangkan Fira di kelasnya hanya sebagai orang terasing, yang terkadang tidak terdeteksi keberadaanya.
          “Wah ... wah uangmu banyak banget Sa,” Erisa sedang sibuk menghitung uang kelas yang rencananya mau digunakan untuk pembuatan baju kelas.
          “Ssst ... jangan ganggu, lagi konsen nih.”
          “Ah ... Erisa nggak seru.”
          Fira akhirnya memalingkan perhatiannya ke tempat lain, supaya tidak tergoda untuk mengganggu Erisa. Diseruputnya Jus mangga segar sambil memperhatikan anak-anak cowok yang sedang sibuk bermain basket. Tapi pikirannya malah berkelana entah kemana.
***
          Malam itu, seperti biasa Fira mengecek FB-nya. Tiba-tiba cowok yang baru dia accept kemarin  mengajak chatting
          Hi, makasih udah di confirm
          Kamu kelas berapa ya?

          Sama-sama  :)
          Kelas 1F, kamu?

Kelas 1A, jauh ya...
Pantesan kurang  familiar
Namanya

Fira

Tadi itu terkirim duluan, maksud saya kurang familiar namanya, hehe
Maaf

Haha
Gpp
Pembicaraan itu pun selesai. Namun setelah pembicaraan itu, cowok itu mulai menarik perhatiannya.
***
Esoknya, Fira seperti biasa menunggu Erisa di gerbang sekolah. Walaupun terkadang mereka suka pulang bersama, jarak rumah mereka tidak begitu dekat. Tiba-tiba dia berpapasan dengan sosok seseorang yang tidak asing menurutnya.  Arya Kurniawan? Dia kah itu? Sungguh lucu rasanya melihat teman di FB secara nyata, dimana sebelumnya hanya mengenalnya berdasarkan foto saja. Tentu saja, Arya tidak memperhatikannya. Fira memang menggunakan nama aslinya tapi bukan nama lengkapnya dan tanpa foto profil yang jelas.
Akhirnya Erisa datang. “Maaf aku telat, tadi malam begadang ngerjain tugas Pak Agung.”
“Oh ya Sa, tu yang pake’ jaket merah temen kelasmu bukan?” Fira menunjuk Arya dari kejauhan.
“Arya?” Fira mengangguk.
“Kenapa?” Tanya Erisa.
“Nggak ada ...” Sahut Fira sambil mengibas-ngibas tangan kanannya.
***
Hari berganti hari. Erisa telah memiliki banyak teman dan termasuk anak yang cukup populer di kelasnya. Tentu saja Fira mengetahui hal ini, karena sering berinteraksi dengan Erisa. Tidak jarang Erisa berpapasan dengan teman sekelasnya dan saling tebar senyum ketika mereka berdua sedang asyik menghabiskan waktu jam istirahat di kantin, atau di halaman sekolah. Sedangkan Fira di kelas masih seperti anak terbuang.
“Kamu populer juga Sa.”
“Nggak kok, biasa saja.” Erisa tersenyum, terlihat sekali kalau dia menyetujui perkataan Fira.
Fira hanya tersenyum melihat tingkah temannya yang sudah seperti saudara ini. Mereka pun akhirnya melanjutkan pembicaraan dengan topik utama “para guru”.
***
Entah kenapa, akhir-akhir ini Erisa sibuk dengan handphone-nya. Tidak seperti biasanya, Fira sampai merasa cemburu sendiri.
“Siapa sih tu Sa, asyik banget. Masih mau dengerin aku cerita nggak?”
“Iya? Ada apa!” Erisa seperti alien yang baru mendarat di bumi, linglung tidak jelas.
“Kamu sms an sama siapa sih? Dari tadi sibuk sendiri, sebel.”
“Hahahaha maaf Fir, ini lagi sms an ama Arya. Temen yang pernah kamu tanyain itu. Lagi sibuk bahas tugas Fisika dari Bu Tari. Kebetulan kami kebagian tugas kelompok, dua hari lagi presentasi. Oh ya, tadi sampai mana?”
Fira sudah tidak bernafsu lagi melanjutkan ceritanya. “Udah, kita balik ke kelas aja, biar kalian nggak usah sms an segala.”
Erisa terlihat bingung, tapi akhirnya Ia pun mengiyakan. Mereka pun hari itu untuk pertama kalinya tidak banyak mengobrol.
***
Semenjak Erisa sering sms an sama Arya –entahlah apa yang mereka bicarakan- Erisa juga kerap kali menceritakan bagaimana sosok Arya itu dengan penuh semangat. Erisa terlihat begitu terpesona dengan sosok Arya, dan tanpa canggung Ia pun mengakuinya. Menurut Erisa, Arya itu tidaklah tampan, tapi orang nya baik, ramah, supel dan sangat senang membagi ilmunya, apalagi dia sangat pintar. Entahlah apakah itu benar, tapi Fira tetap mendengarkan cerita Erisa. Sampai pada titik dia juga akhirnya sedikit ada “ketertarikan” dengan Arya, walaupun sama sekali tidak pernah berinteraksi.
***
Hari itu, jam pelajaran Erisa maupun Fira kebetulan kosong. Pak Rhoni dan Bu Diah yang kebetulan Guru kelas 1F dan 1A, izin karena Pak Rhoni harus mengantar Bu Diah yang tiba-tiba kurang enak badan. Mereka adalah pasangan Guru yang sempat menghebohkan sekolah ini beberapa bulan yang lalu. Sekarang Bu Diah katanya sudah hamil 4 bulan.
Fira yang terasing di kelas, tentu saja memanfaatkan momen yang jarang itu untuk segera meluncur ke kelas Erisa. Guru-guru pun sepertinya tidak ambil pusing untuk memberikan guru pengganti, karena baik Pak Rhoni dan Bu Diah izin nya mendadak sekali.
Fira pun asyik bersenda gurau dengan Erisa. Di sana ada Arya tentunya sedang bercanda dengan teman-temannya yang lain. Fira tidak memperdulikannya, walaupun Erisa tidak pernah mengatakan dia menyukai Arya, Fira tidak ingin membiarkan perasaan tertariknya berkembang karena pada dasarnya dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Arya.
Kembali lagi, Erisa memperhatikan handphone-nya. Aduh jangan lagi dong? Pikir Fira.
“Eh Arya nanyain kamu nih?”
“DEG” jantung Fira serasa mau lompat. Perasaan yang tadinya sudah di buang jauh-jauh, seperti mau dipungut  lagi. Fira benar-benar kaget.
“Emang dia tanya apa? Lalu kamu jawab apa?”
“Dia cuma nanya, temenmu itu siapa? Yah aku jawab aja Fira anak kelas 1F.”
“Oh ...” Jawab Fira santai, padahal degup jantungnya sampai terdengar dengan jelas.
          Fira tidak menyangka dia diperhatikan. Dari tadi Arya terlihat sibuk bercanda dengan teman-temannya. Setelah perbincangan di FB beberapa waktu yang lalu, mereka tidak pernah chatting lagi. Tentu saja memang tidak ada alasan untuk Fira atau pun Arya untuk saling sapa. Apalagi ternyata Arya baru saja mengetahui Fira yang pernah di sapa nya dulu di dunia maya itu, adalah Fira yang sekarang sedang bengong tak jauh dari nya.
***
Tidak ada perkembangan lagi setelah itu. Perasaan Fira seperti terombang-ambing tidak jelas dan tentu arah. Dia berusaha untuk tidak memperdulikan perasaan tak menentu itu. Tapi Erisa yang masih terus sibuk sms an selalu mengingatkannya pada Arya. Semakin lama tingkah Erisa semakin aneh, tidak seperti biasanya, sekarang dia sedikit tertutup. Tidak seperti sebelumnya, akhir-akhir ini dia sudah jarang membahas Arya. Erisa sekarang sedikit tertutup dan mata Fira selalu tertuju ke tangan yang sedari tadi sibuk membalas sms. Pertemuan mereka sudah tidak se-asyik dulu. Erisa seperti sudah mempunyai dunia sendiri.
Ternyata, kedekatan Erisa dan Arya dirasakan juga oleh teman sekelasnya. Fira yang sering berkunjung ke kelas Erisa, terkadang mendengar pula gosip-gosip mengenai mereka. Annisa, teman kelas Erisa yang juga akhirnya dekat dengan Fira sering bercerita mengenai Erisa dan Arya yang sering sebagai bahan olokan teman-teman sekelasnya.
Terkadang Arya mengajak Fira chatting, tapi obrolan mereka tidak berkembang sehingga terhenti begitu saja. Sampai suatu hari Fira dikerjai temannya. Pada waktu yang bersamaan Arya tanpa sengaja lewat di tempat perkara.
“Ada apa?” Tanyanya.
“Nggak tahu nih Mona nyembunyiin dompetku.”
Mona hanya menjulurkan lidahnya dengan usil dibalas oleh Fira dengan memonyongkan mulutnya.
Arya hanya tersenyum,” oh sudah dulu yah, aku mau ketemuan sama Pak Dwi.”
Fira mengangguk sambil tersenyum. Arya pun berlalu. Ia memperhatikan punggung Arya sampai tidak terlihat lagi. Itulah perbincangan pertama mereka selain di dunia maya.
Malamnya, Fira begitu bosan. Dengan sangat malas ia membuka FB. Rasa suntuk yang sangat kuat tadinya sedikit terobati ketika melihat teman-temannya banyak yang sedang online. Sehingga mereka sibuk saling membalas comment. Asyik membalas comment, tiba-tiba terdengar suara cling, suara yang menandakan ada yang mengajak chatting, mengganggu perhatian Fira. Nama Arya Kurniawan terpampang di monitor.
Dompetnya gimana?udah ketemu?

Alhamdulillah  ya...
Si Mona akhirnya insaf setelah bel pulang berbunyi...

Hahahaha  ada ada saja...

Tapi, tadi itu aku benar-benar nggak enak jadi bahan perhatian orang ...
Habisnya Mona telat ngaku kalau dia yang nyembunyiin...
Aku udah heboh-heboh duluan kayak orang kebakaran jenggot ...

Hahahaha ...

Begitulah ... entah kenapa perbincangan kali ini mengalir dengan sendirinya, mereka mengobrol seperti teman lama. Fira baru menyadari kalau ternyata Arya memang sangat enak di ajak sebagai teman mengobrol. Ia sampai lupa dengan Erisa.
***
Obrolan Fira dan Arya akhirnya terhenti setelah sebelumnya berlanjut selama 3 hari berturut-turut, tepat setelah obrolan mereka akhirnya ngelantur tidak jelas arahnya kemana.
Seminggu ... dua minggu ... waktu pun berlalu tanpa obrolan lagi antara mereka. Walaupun sering berpapasan di sekolah, Fira masih sedikit canggung begitu pula sebaliknya. Mereka masih bingung mau membahas topik apa. Alhasil, perkembangan hubungan mereka kembali terhenti. Fira kembali menyadari Erisa masih sibuk sms an dengan Arya. Sedikit rasa iri terbersit di hati Fira, tapi ia mencoba membuang jauh-jauh perasaan tidak menyenangkan itu.
Hubungannya dengan Erisa masih seperti dulu, namun setelah tugas sekolah makin menumpuk, ujian makin mendekat, mereka menjadi jarang bertemu. Fira pun akhirnya memiliki teman-teman yang asyik diajak berbincang di kelas, membuat waktu luangnya dengan Erisa semakin sedikit. Tapi ... Erisa seperti tidak ada masalah dengan hal tersebut, karena ia yang populer itu, memiliki teman yang lebih banyak dari Fira yang terasing.
Adapun hubungan Fira dengan Arya maupun Erisa tidak berkembang jauh. Erisa tetap menjadi temannya walaupun sudah tidak sedekat dulu, dan ia masih menjadi secret admirer Arya. Erisa pun tidak pernah memberikan reaksi setiap di olok-olok dengan Arya oleh teman-teman yang lain, selain mengelak dengan tampang malu. Sedangkan Arya, tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. Namun, Fira sudah mulai mencoba membuang perasaan canggung dan malu nya setiap bertemu Arya, walaupun sangat susah menatap Arya secara langsung. Berbagai harapan datang silih berganti memenuhi relung hati Fira, berharap Arya memiliki perasaan yang sama. Namun, Fira pun mencoba untuk tegar jika seandainya Arya lebih memilih Erisa. 




FIN


          terimakasih yang sudah membaca sampai akhir. cerita dadakan yang kelar sehari ini, terinspirasi setelah membaca Blog Bunda Ory,.. thanks ya Vin...^^V.. cerita Black Coffe yang ku baca di blog-nya Bunda Ory benar-benar membangkitkan keinginanku menulis,..^^





           


5 komentar:

  1. saya sedih karena saya Fira :( *eh, apa sih*.dari kemarin mau comment, tp lwt hape msh besar (berapa ratus kb) sizenya.colongan pas adek sy ngenet, eh malah mati listrik.

    sekarang sehari satu ada postingannya,wuiiiiiih semoga lancar yoooooow >_<

    BalasHapus
  2. eh iya ya, baru sadar nih tiap hari update blog, nggak tahu kenapa tiap hari pengen nulis terua di blog,he... eh emangnya Ran2 merasa seperti Fira? hehe... akhirnya dapat komen juga ya Ran,..;)


    eh apa maksud to Fira Yuniar haha, baru kepikiran ada artis namanya Fira Yuniar, he

    BalasHapus
  3. aih............periksakn malik, pastim ngelelek.....

    BalasHapus
  4. eh papah saq mbeh maleq iiaq, araq doang toq salaq aneh, herankh, derita penulis yg g doyan baca,..

    BalasHapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)