Rabu, 15 Agustus 2012

My Precious One

Penarkah kalian membayangkan orang yang sangat kalian sayangi akhirnya pergi untuk selama-lamanya...???

Yup!!.. beberapa dari kalian mungkin malah sudah mengalaminya,... dan beberapa yang lainnya berharap hal itu tidak akan pernah terjadi....

Aku begitu takut...sangat takut!! Orang yang sangat berharga dan sangat aku sayang suatu saat akan meninggalkanku, aku sering membayangkan bahkan berfikir mengenai hal tersebut, apalagi setelah melihat orang-orang sekelilingku yang satu persatu kehilangan orang yang sangat berharga untuk mereka.

Lalu... apa yang aku lakukan?? Aku berdoa setiap hari untuk diberi kekuatan, keikhlasan, dan selalu menugulangi kata-kata bahwa "semua ini milik Allah dan akan kembali kepada-Nya cepat atau lambat"... Hidup di dunia ini hanyalah sementara, dan fana. Namun... tentu saja apa yang ditangkap oleh indra selalu terasa nyata. sekuat apapun aku melatih diriku, saat hal itu benar-benar terjadi, saat orang yang sangat berharga itu akhirnya menempuh jalan hidup baru yang lebih nyata, aku malah tak bisa membendung air mata ini. Sulit... sulit sekali untuk bersikap tegar, apalagi jika teringat kenangan-kenangan yang masih samar-samar terlihat. 

Mamiq.... begitulah panggilan sayangku padanya... orang yang sudah kuanggap sebagai "Ayahku" ini begitu berarti untukku.  Aku menghabiskan masa-masa kecilku bersamanya. sangat menyedihkan mengetahui di hari terakhirnya, beliau masih mengingatku. sedangkan aku yang sampai detik terakhir beliau pergi tidak   terbersit sedikitpun firasat akan ditinggalkan...Aku sangat "payah"... bagaimana bisa sampai hari ke 7 beliau meninggal aku masih tidak memimpikan beliau, walaupun aku sangat menginginkan pertemuan dengannya,,, aku ingin melihat senyumnya sekali lagi, aku ingin mendengar gurauan konyolnya... tapi... aku tahu itu memang sudah tidak mungkin...

aku selalu tidak tega melihat beliau yang semakin tua, badan yang dulunya gembul itu terakhir kali kulihat begitu kurus, gigi yang sudah mulai ompong. setiap hal mengenai beliau dari dulu selalu menarik untuk kusimak, namun saat ini menjadi jauh-jauh lebih menarik,, coretan-coretan yang beliau torehkan seperti sebuah harta karun yang harus disimpan. Aku berusaha menangis tanpa suara, aku takut tanginsanku memberatkan kepergian beliau...

sebenarnya ingin kutahan untuk tidak menulis perasaan sedih ini, tapi... entah kenapa memasuki hari ke-7 ini aku kepikiran beliau... aku masih ingat temanku yang tak berapa lama ini kehilangan "bapak"nya.,.. dia begitu sedih, aku mencoba memberikan beberapa masukan untuk membuatnya tenang, yah aku selalu berfikir suatu saat kata-kata itu pun akan diungkapkan untukku juga... "sabar ya nduk.. semua orang pasti akan mati..."

sayangnya semakin mendengar kata-kata itu, kesedihan malah semakin melanda...

so... enough for sharing today...

Makasih buat yang baca... Persiapkan diri kalian,
Jangan sampai tangisan kalian memberatkan Those Precious Persons In Your Life...

Have a Great Day Guys...
Ciao...

Minggu, 05 Agustus 2012

Cerita singkat ala LeeAne 2 (preview Maou)


http://img1.ak.crunchyroll.com/i/spire4/68bf163bbc17aa4ce0b1b92fd0e357b71241644185_full.png
Ohno Satoshi  (MAOU)
Sedikit tentang Maou (the devil), sebenarnya setelah posting sedikit cerita ngawur yang entah kenapa aku buat jadi cerita bersambung, sekarang aku udah benar-benar melupakan postingan cerita itu.. terlalu banyak nonton drama seru setelah itu membuatku benar-benar lupa kelanjutan cerita mendadak yang sempat aku susun itu...


Ok, bicara tentang maou, dorama jepang yang merupakan remake drama korea ini (The Devil) mendapatkan rating yang jauh lebih bagus dari drama aslinya. aku jadi penasaran, dan setelah menontonnya aku pun mengakui kalau versi Jepang lebih menarik dari versi Korea... kasus yang diceritakan sampai 3 episode di versi Koreanya di ceritakan hanya 1 episode di versi Jepangnya, tapi inti ceritanya tersampaikan... 
Aku belum menonton versi koreanya sampai selesai, tapi cerita kedua versi ini hampir sama,... endingnya menyedihkan tapi begitu menyentuh...huhu...
Lewat drama ini, aku mulai hunting dorama-dorama lainnya yang dibintangi oleh Ohno Satoshi dan dari teman dan hasil downloadku sendiri aku mendapatkan dorama yang cukup seru juga Kagi no Kakatte Heya dan Uta no nii san, keduanya cukup menarik...

Baiklah kembali ke postinganku yang sebelumnya, aku nggak yakin bisa memberikan ending yang bagus untuk cerita singkat bin ngawur itu...tapi karena aku udah pake label to be continued aku merasa harus menyelesaikannya....
Buat yang baru mampir, and  nggak sempat baca cerita ini dari awal bisa cek Cerita Singkat ala LeeAne ... 
 so this is it...hope you enjoying reading this...:)

"Bagaimana keadaanmu?" Kwang Min duduk di kursi tepat di samping kasur tempat Jun Ki berbaring.
Jun Ki mencoba bangkit dari tempat tidur,"yah lumayan." 
"Apakah kali ini kamu akan benar-benar sekolah lagi?"
"Sepertinya begitu, aku sudah menemukannya..."
"Menemukan apa?"
"Gadis penyelamatku..." Jun Ki tersenyum. Kwang Min hanya mengernyitkan kening.
"Wah.... akhirnya... setelah 4 tahun mencari..." Jun Ki menghela nafas lega.
"Lalu setelah ini, kamu mau apa?"
"Mau apa?" Jun Ki menatap Kwang Min.
"Entahlah..."
***
Sae Min duduk dengan malas, dipandanginya lapangan di halaman sekolah melalui jendela kelas. Terlihat di sana, Kwang Min dan teman sekelasnya sedang pelajaran olahraga. Mata Sae Min terpusat ke Kwang Min, Ia pun akhirnya ingat kalau Kwang Min sampai saat ini belum memberikan jawaban apa-apa setelah dia menembaknya. 
"Apakah tidak apa-apa kamu nggak menyimak pelajaran?"
Tiba-tiba terdengar suara asing di belakangnya, Sae Min langsung mengecek keberadaan Mr. Kim, tidak... bukan Mr. Kim, pikirnya, lalu siapa?...
Sae Min menoleh ke belakang, keningnya mengkerut,"kamu? sejak kapan?"
***
"Hahahahahaha...kenapa juga kamu harus teriak gitu." Da Bin tertawa sampai air matanya keluar. 
Malam itu, Sae Min meminta Da Bin menginap di rumahnya.
"Eh ... nggak usah berlebihan deh, aku cuma kaget aja, dia tiba-tiba duduk dibelakangku."
"Oh ya, siapa namanya tadi? aku lupa."
"Hmmm... kalau nggak salah Jun Ki, katanya dia pindah dua hari yang lalu."
"Lalu ..pertama kali kalian bertemu?"
"Kemarin di ruang kesehatan... aku sedikit merinding olehnya."
"Kenapa?"
"Dia entahlah, sepertinya menyukaiku."
"Hahahaha, jangan ke ge-eran deh, atas dasar apa kamu berfikir begitu?"
***
"Hai!! Sae Min". Jun Ki dengan riang menyapa Sae Min pagi itu dan duduk menghadap Sae Min dengan senyum lebarnya. Semua orang menatapnya, ini pertama kalinya ada laki-laki yang begitu santainya menyapa Sae Min, apa lagi mendekatinya dan menatapa wajahnya lekat-lekat.
Sae Min merasa sangat tidak nyaman, wajah garangnya tidak mempengaruhi raut muka Jun Ki. Semua tingkahnya terlihat 'imut' di mata Jun Ki. Sae Min benar-benar bingung bagaimana harus bersikap. Apalagi, Jun Ki ternyata sahabat Kwang Min. Semenjak ada Jun Ki, frekuensi Sae Min bertemu Kwang Min meningkat drastis.
"Wah... ternyata nafsu makanmu tidak seperti bayanganku." Jun Ki benar-benar mengikuti kemana pun Sae Min berada.
Sae Min menatapnya bingung," memangnya bayanganmu seperti apa?"
"Hmmm, biasanya kalau cewek yang doyan kelahi makannya banyak, kecuali ....kamu lagi suka seseorang..."
Sae Min tanpa sengaja saling tatap dengan Kwang Min, mendengar kata-kata Jun Ki spontan semua makanan yang ada di mulut Sae Min tersembur tanpa sengaja, tepat di muka Jun Ki yang duduk di hadapannya. Kwang Min yang berada di sebelah Jun Ki langsung mengambil tisu membantu Jun Ki membersihkan mukanya. Sae Min kelabakan, berharap bisa tampil manis di depan Kwang Min, malah terlihat memalukan.
"Maaf..maaf... " Sae Min pun segera mengambil sapu tangannya dan membersihkan muka Jun Ki, Jun Ki tiba-tiba memegang tangannya, Sae Min kaget. Berusaha menarik tangannya, Jun Ki menahannya lebih kuat lagi. "Siapa orang itu." Jun Ki menatap Sae Min dengan serius. Sae Min terbelalak kaget, ini pertama kalinya Jun Ki memperlihatkan tatapan serius seperti itu. 
Entah kenapa Kwang Min salah tingkah. ditepuknya pundak Jun Ki sambil berkata " Sudahlah, kenapa kamu harus mengurusi urusan pribadinya, hormati privasinya."
Jun Ki menatap Sae Min lebih tajam dari sebelumnya, lalu perlahan-lahan dia melepaskan tangan Sae Min. Sae Min hanya terdiam, tangannya memerah.
"Maaf..."Jun Ki seketika itu berdiri, dan pergi begitu saja.
Melihat itu, Kwang Min pun ikut berdiri, sedikit membungkuk "Maaf ... " katanya sambil tersenyum kecil dia pun pergi meninggalkan Sae Min yang sedari tadi diam seribu bahasa.
***
Sae Min menghela nafas, bingung dengan kejadian siang tadi di kantin. Dia masih mengingat dengan jelas ekspresi wajah Jun Ki.
"Laa lalaalalalalalalalala~.." Da Bin pulang dengan riang, selama orang tua Sae Min ke Hawaii Da Bin menginap di rumah Sae Min.
Sae Min sedikit merengut, menatap muka bahagia Da Bin. Da Bin akhirnya sadar setelah merasakan hawa dingin yang semakin lama semakin kuat." Oww... aku merinding, sepertinya ada yang lagi galau nih." sedikit bercanda, Da Bin mengedipkan mata dengan centilnya ke arah Sae Min, Sae Min semakin menyipitkan matanya.
"Ok..Ok.. ada apa?" Da Bin segera menghampiri Sae Min namun masih dengan senyum sok imutnya.
"Dia memang sepertinya menyukaiku."
"Siapa?" Da Bin sok lupa, tapi melihat wajah Sae Min yang serius, dia pun akhirnya berusaha serius." Lalu, kalau iya memangnya kenapa? jangan bilang.."
"Nggak..aku ...aku hanya nggak nyaman aja, karena dia sahabatnya Kwang Min, aku takut Kwang Min berfikir aku juga menyukainya."
"Aku nggak mengerti, emangnya kamu terlihat seperti menyukainya?"
"Nggak, hanya saja... laki-laki itu selalu dekat-dekat denganku, aku takut Kwang Min berfikir kalau..."
"Sudah sudah...huff... aku capek denger nama Kwang Min.. Kwang Min setiap hari, apa dia belum kasih jawaban? setelah kamu tembak itu?"
Sae Min menggeleng dengan lesu. Da Bin menghela nafas kesal. 
"Kamu baru dari mana?"
Sae Min memecahkan keheningan, ternyata penampilan Da Bin menarik perhatiannya. Da Bin salah tingkah, ini pertama kalinya dia benar-benar berdandan.
"A ... aneh ya?" 
Sae Min menatap Da Bin dengan tampang sok berfikir layaknya polisi yang sedang menginterogasi penjahat.
"Oh no, jangan bilang kamu akhirnya ikut blind date"
Da Bin mengangguk dengan wajah memerah. " Dia begitu keren, dan kami cocok, ya kami begitu cocok." Da Bin tiba-tiba menggenggam erat tangan Sae Min, matanya berbinar-binar. 
"Siapa orangnya? aku harus ketemu..." Sae Min memaksa...
"Ara... ara... ngerti..ngerti.. minggu depan, dia mengajakku ke rumahnya."
"Mwo??Apa?? secepat itukah prosesnya?"
Da Bin menggigit bibir, sedikit enggan melihat wajah Sae Min yang mulai curiga.
"Sasireun...Sebenarnya... kami udah jalan cukup lama, dari sebulan yang lalu.." Da Bin memberanikan diri menatap Sae Min.
Sae Min mengangkat alis."Mwo rago? Museun soriya? apa? apa maksudmu?"
Sepanjang malam itu akhirnya Da Bin bercerita panjang lebar mengenai hubungannya dengan laki-laki pujaan hatinya. 
***
Seminggu berlalu...
"Wah... dia orang yang berada, apa kamu akan dipertemukan sama orang tuanya?"
Da Bin mengangguk tersenyum.
Dengan sedikit ragu, Da Bin mengetuk pintu rumah itu, tangannya terlihat sedikit bergetar.
"Gwenchana Onni? Apakah kamu baik-baik saja?"
Da Bin mengangguk dan mengambil nafas dalam-dalam berkali-kali.
Pintu itu terbuka, dari ujung pintu tampak kepala seorang gadis kecil yang cantik sekali, matanya bulat berwarna hitam, mukanya tambah chubby karena rambut yang dikepang dua.
"Da Bin Onni?" Da Bin terperanjat, "Ye~ee" katanya segera. Anak itu lalu menatap ke arah Sae Min, lama sekali. Sae Min sampai salah tingkah," Halo, namaku Sae Min, salam kenal," Sae Min sedikit menunjukkan muka centilnya.Anak itu mengangkat alisnya..."Cho nun Sera eyo, muka kakak nggak asing."
" apa?" Sae Min mengangkat alis.
"Sera... !! Nugu ya?"
Sae Min dan Da Bin menatap dengan mata terbelalak, begitu pula dengan-nya. 
"Eh Da Bin! haha" Seung Gun dari dalam rumah segera menuju ke pintu, "kenapa kalian bengong aja?" sedikit menepuk pundak Sera dan Kwang Min."yang sopan dong sama tamu, diajak masuk...hehe...ayo masuk... Omma dan Appa udah nunggu dari tadi, oh ...Sae Min-ah juga ikut..." Seung Gun tersenyum, sedikit melirik Kwang Min. 
"Amma..Appa...ini Da Bin, dan ini temannya Sae Min."
Kedua orangtua Seung Gun begitu senang menyambut mereka, mereka menghabiskan waktu dengan mengobrol panjang lebar. Ibu SeungGun dan ayahnya begitu ramah dan baik. Da Bin atau pun Sae Min sampai tidak sadar dengan berlalunya waktu. 
"Ah... sudah sore, maaf om, tante, kami harus pulang,terima kasih atas jamuannya.."
"Oh hahahahaha, sering-seringlah kesini, Tante sering kesepian... nggak punya teman yang enak diajak ngobrol, anak Tante selain Sera cowok semua, sedangkan Sera masih kecil."
"Haha, yah akan saya usahakan.." Da Bin tersenyum manis, Sae Min hanya ikut tersenyum.
"Oh.. Sae Min juga yah..."
"eh?? ah Yeee..." Sae Min sedikit terkejut lalu dengan malu-malu mengangguk, entah kenapa mukanya merona merah.
Mereka pun akhirnya berpamitan. 
"Oppa, Sera kok merasa nggak asing sama muka Sae Min Onni," Sera menatap Kwang Min.
"Mana aku tahu... paling kamu pernah melihatnya di mall." Kwang Min dengan dingin pergi masuk ke kamarnya.
"Ahh... dingin banget, Oppa... kenapa muka Sae Min Onni nggak asing buat Sera."
kali ini target tempat Sera bertanya adalah SeungGun, SeungGun yang masih terbayang-bayang wajah Da Bin malah tidak mendengarkan pertanyaan Sera,"apa?"
"Babo~.." Sera yang kesal segera pergi meninggalkan SeungGun dan bergabung dengan orang tuanya.
***
Jun Ki semenjak di kantin waktu itu, menjadi agak kalem saat berada dekat dengan Sae Min. Dia bahkan berkali-kali membuang muka jika tanpa sengaja tatapan mereka bertemu. Sae Min benar-benar merasa tidak nyaman, entah kenapa. 
"Kamu kenapa jadi menghindarinya?"Kwang Min akhirnya bertanya.
"Entahlah, aku takut, kalau aku mendekatinya aku akan semakin menyukainya.sedangkan dia sudah mempunyai orang yang dia sukai."
"Hmmm... seandainya dia jadian dengan orang yang dia sukai itu, kamu..."
"Akan aku bunuh orang itu..." tiba-tiba Jun Ki bangkit dari tempat duduknya, teriakannya dan tingkahnya membuat semua mata tertuju ke arahnya. setelah menghela nafas sambil melihat mata-mata nanar yang melihatnya dia duduk lagi. Kwang Min hanya tercengang melihat reaksi spontan Jun Ki.
"Aku nggak tahu, pastinya aku...huuh akan sangat cemburu."
"Kamu sangat menyukainya yah..." Kwang Min menghela nafas.
JunKi mengernyitkan alis," Emangnya kenapa kalau iya, jangan bilang kamu..."
"Ah... aniya..aniya jinjja aniya..." Kwang Min salang tingkah.
"Yah... aku berharap juga tidak, aku tidak tahu bagaimana aku harus bersikap jika orang itu kamu."
"Ahh?" Kwang Min tidak mengerti dengan perkataan Jun Ki." Museun Mariya? apa yang kamu bicarakan?"
JunKi menatap KwangMin," Jangan sampai kau suka SaeMin yah..."
***
Kwang Min pulang dengan lesu. "Aku pulang.."
Tiba-tiba Sera berlari ke arahnya...."hahahahaha aku tahu sekarang, kenapa muka Sae Min Onni nggak asing..." Sera seperti menyembunyikan sesuatu di balik bajunya.
Kwang Min curiga, segera dia rebut dari Sera. Dengan segenap tenaga Sera mempertahankan diri, sesuatu yang disembunyikan itu tak sengaja terlepas dan jatuh tepat di bawah kaki Ibunya, berserakan.
"Apa ini?" Ibu mengambil foto yang tergeletak tepat di bawah kakinya...
"Andwae!!" Kwang Min belum sempat meraih foto itu..
"Sae Min? ini foto Sae Min kan?" dengan polosnya ibunya bertanya. Kwang Min menutup mukanya malu, mukanya merah padam.
Sera tertawa terbahak-bahak," Ahh Kwang Min Oppa suka ama Sae Min Onni.."
"Oh ya? chongmal?" Ibu masih tidak percaya.
"Ada apa ini.." SeungGun tiba-tiba datang. Kwang Min sudah pasrah, badannya sudah kaku.
"Oh...hahahaha... koleksi si freak Kwang Min, kenapa bisa ada di sini?" SeungGun malah dengan santainya tertawa.
Kwang Min akhirnya membereskan semua itu sambil menyembunyikan wajahnya yang masih memerah.
"eh.. mukanya merah, wah sampai telinganya merah, hahahaha, kamu benar-benar menyukainya, apa aku perlu membantumu lagi?"
"Tidak usah..!!" dengan kesal Kwang Min mengambil foto Sae Min yang waktu itu sedang di pegang oleh SeungGun, SeungGun hanya tertawa geli.
***
Malam itu, entah kenapa, Sae Min tiba-tiba membuka album foto semasa dia masih TK mungkin karena tadi dia baru saja bertemu Jandi salah satu teman TKnya. Dipandanginya teman-teman kecilnya itu. Ada seseorang yang selalu bersamanya bermain, tapi dia tidak ingat namanya. Pembicaraan dengan Jandi sore tadi mengingatkannya pada teman kecilnya itu.
"Lihat apa?" Da Bin mendekatinya."Oh... bukannya dia anak yang sering bermain denganmu itu, siapa namanya yah??"
"Seung Min... seingatku namanya Seung Min".
"Hmmm apa kamu tahu sekarang dia dimana?"
"entahlah, semenjak ayahnya meninggal, dia pindah rumah."
"oh...jadi kalian benar-benar tidak pernah berhubungan lagi?"
"yah begitulah..."
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------
"Sampai kapan kamu akan berdiam diri begini, kenapa kamu nggak bilang aja kalau kamu suka."
SeungGun tiba-tiba memasuki kamar KwangMin, KwangMin segera menyembunyikan foto SaeMin.
"Sudahlah ngggak usah disembunyiin, aku udah tahu kok, tenang aja.."
"Ngapain kamu kesini." Kwang Min berkata ketus.
"aku rasa dia tidak ingat denganmu, apa kamu mau menyatakan perasaanmu kalau dia ingat."
"Apa maksudmu?"
"SeungMin... jangan terlalu paksakan dirimu.." SeungGun menepuk bahu KwangMin sambil tersenyum sebelum beranjak meninggalkan kamar KwangMin.
***
"KwangMin, kita bolos yuk.." JunKi tersenyum nakal ke KwangMin. KwangMin si anak baik, hanya menggeleng...
"Iyaaaah kali ini aja... aku bosen, aku belum kerjain PR." 
KwangMin tetap tidak mau, JunKi yang tengil menarik tangan KwangMin dan mengajaknya bolos.
"haaaaaaah.....akhirnya....."JunKi menatap langit seperti orang yang baru keluar dari penjara. 
"Aku mau main game, temenin aku yah..."
Kwang Min hanya terdiam dan menuruti keingingan JunKi, mereka pun bermain sepuasnya. Sampai...
"Eh!! cepat menyingkir, aku mau main." Seorang anak berbadan besar tiba-tiba datang menggangu.
JunKi menatap anak berbadan besar itu. " Hei!!! tatapan apa itu!! kamu nantang yah, dasar bocah!!"
"Iya!! emangnya kenapa? ini milik umum, kenapa aku harus mengalah hanya untuk orang sepertimu!! emangnya kamu siapa?"
"Oh... dasar anak ingusan, kamu nggak tahu yah siapa Kim JeongKook-ketua geng Mutora!!" seseorang diantaranya berkata.
"Haah... maaf kamu masih belum terlalu populer tuh, aku nggak kenal..!!" JunKi memperlihatkan wajah menantang.
Anak-anak SMA itu terlihat begitu besar untuk KwangMin dan JunKi yang masih SMP, mereka tidak seimbang, apalagi jumlah anak SMA itu dua kali lipat mereka. KwangMin tidak ingin membuat masalah. Junki yang merupakan anak semata wayang dan lahir di keluarga kaya,  tidak mungkin meminta maaf, maka dia menggantikannya meminta maaf, tapi ternyata anak SMA itu sudah terlanjur marah.
Dihajarnya mereka habis-habisan. Kaki JunKi pun sampai lumpuh di buatnya, KwangMin mencoba melawan, tapi dia pun sudah babak belur. Sae Min saat itu tanpa sengaja melihat perkelahian itu, segera dia menuju ke tempat perkara.
"Hentikan!!!"
"ow ow ow ow ... ada yang mau jadi pahlawan nih, wah... perempuan, hahahahaha."
Sae Min merasa terhina, tanpa pikir panjang diambilnya salah satu pemukul baseball yang tergeletak di tanah. Tentu saja, dia tidak sebanding dengan anak-anak SMA itu, tapi... ternyata dia sudah menelepon polisi sedari tadi, sehingga anak-anak SMA itu pun ditangkap. Sae Min tidak sadarkan diri, ketika sadar dia sudah di rumah sakit. Rumah sakit yang sama dengan tempat JunKi dan KwangMin dirawat, hanya saja, saat Junki mau berterimakasih, Sae Min sudah terlebih dahulu keluar dari rumah sakit.
***

to be continued
Sebenarnya endingnya udah aku buat, paling tidak cerita kasarnya. Tapi kok hilang yah... yah segini aja dulu deh..hehe
rasanya sepi, lama nggak update postingan....
Makasih buat yang udah baca cerita yang terus disambung2  ini... (masih mending bagus, hehe)


So.. amis au revoir