Jumat, 29 Juni 2012

Cerita Singkat Ala LeeAne


Toda Erika (ni foto cuma nampang aja, habis aku demen ama nih artis, hehe)

Hey Guys long time no post,.. untuk post kali ini, aku pengen ngangkat cerita tentang gadis nakal, terinspirasi setelah tadi malam baru aja nonton Girl X Girl. movie Korea yang bertemakan persahabatan ini, ceritanya sebenarnya  bagus, hanya saja menurutku kisah cintanya kurang,.. jujur ..aku suka ama si gadis nakal (Se-Ri) walaupun karakter si Yu-Mi merupakan karakter yang buaik buanget. Kedua karakter yang berbeda ini menggambarkan kalau memang persahabatan itu bukan lah mencari persamaan tapi bagaimana menyamakan perbedaan itu dengan saling melengkapi...so swiiit ^,^//... walaupun awal kedekatan mereka karena seorang cowok yang di film ini dikatakan cool (too-cool mungkin) ..tapi akhirnya mereka malah tidak terlalu memikirkan tuh cowok, cowoknya juga geje sih... but berbeda dengan film yang dimana persahabatan mereka hancur karena cowok, di film ini malah sebaliknya. karena cowok yang bernama Ki-Chan itu, mereka malah jadi berteman. aku senang karena akhirnya Si Se-Ri yang awalnya mau ngebuat Yu-Mi jadi cewek nakal biar nggak di deketin ama Ki-Chan, malah dia yang berubah jadi anak yang senang belajar ... ceritanya benar-benar ringan, hanya saja seperti yang kubilang sebelumnya, kurang banget andil si too-cool Ki chan... sebenarnya emang dia bukan tokoh penting sih di sini, tapi tetap aja dia punya bagian yang seharusnya sedikit banyak diceritakan, hehe... karena jujuur aku ngarepnya si Ki-Chan suka ama Se-Ri...hehe...
Kebetulan aku memang suka liat si Se-Ri (Kwak Ji-Min) gara-gara dulu waktu nonton Love Letter nggak ada cowok yang milih dia, kasian padahal dia cantik, katanya sih karena auranya mencekam, jadinya entah sejak saat itu Ji Min menarik perhatianku, (ciee), walaupun agak nggak suka ama film yang buat dia tenar Samaritan Girl, soalnya selain cover filmnya yang nggak buanget, ceritanya juga tentang prostitute gitu, jadi males, apalagi dia jadi prostitute buat bayar utang temennya yang belum sempat ngelayanin clientnya karena keduluan mati. Mereka juga (dia ama temennya) kenapa pula cari uang ke Europe lewat jalan itu, huuff...

Baiklah sekian intro yang puanjang banget dariku... setelah sedikit membahas tentang Girl X Girl berikut cerita dariku yang kubuat dengan penuh keterpaksaan hanya supaya aku puas. ^^...

"Sae Min...? dia suka ama kamu? wah... ternyata anak itu bisa juga suka ama orang."
Kwang Min hanya terdiam.
"Hyaaah Kwang Min ah... apa pula yang kau pikirkan? terus kamu jawab apa waktu dia nembak kamu?"
Kwang Min mendesah... "aku belum menjawabnya.."
Jae Kwon tersentak, "Apa?! apa kamu diancam? apa dia membawa pisau, atau pistol atau tongkat baseball?" Jae Kwon memperlihatkan muka menakutkan," apa mukanya seperti ini?" Jae Kwon benar-benar bersusah payah menggambarkan kengerian Sae Min. Kwang Min hanya mengernyitkan kening, sedikit menahan tawa.

"Kenapa kamu malah tertawa?" Jae Kwon terlihat dongkol. Kwang Min berusaha untuk kembali serius.
"Penggambaranmu terlalu berlebihan, dia nggak sengeri itu kok, malah dia berlaku sangat manis di depanku."
"Apa? Lalu? kamu tersentuh gitu? terpesona? ....jangan bilang kamu suka." Jae Kwon lebih terkesan mengancam daripada sekedar menebak.
Kwang Min kembali terkikik, "Aniya...nggak kok... aku malah ngerasa merinding liat sikapnya."
"Keurom,.. alasan kamu nggak langsung nolak dia?"
Kwang Min kembali terdiam...
***
"Apa? kamu udah nembak dia? terus reaksinya gimana? apa dia udah nerima kamu? apa..." Da Bin begitu semangat mengetahui perkembangan cinta Sae Min. Sae Min hanya menatapnya setengah hati.
"Kamu kenapa Sae Min ah? apa dia menolakmu?"
Sae Min terdiam, masih sangat jelas terbayang bagaimana muka Kwang Min sewaktu dia menembaknya. Kwang Min tidak berekspresi sama sekali, senyum nggak, takut nggak, resah nggak, kaget nggak, bingung nggak, heran nggak, apalagi ngomong, sama sekali nggak, ekspresinya beanr-benar daa-taar~....  Sae Min akhirnya menyerah melihat tatapan tak bernafsu Kwang Min, itu merupakan pukulan yang lebih sakit daripada pukulan yang selama ini dia terima setiap berkelahi. Tanpa menunggu jawaban Kwang Min, dia pergi begitu saja.


Da Bin melihat Sae Min dengan tatapan penuh antusias, dia merupakan penggosip kelas kakap yang tak ingin ketinggalan sedikitpun detail cerita dari setiap masalah, tapi sayang Sae Min bukan juga tipe orang yang terbuka membeberkan setiap apa yang dipikirkannya. Jadilah Da Bin, melongo menatap Sae Min yang tidur begitu saja malam itu di kamarnya.
***
Lingkaran hitam terlihat jelas di bawah mata Sae Min, ternyata walaupun terlihat tertidur, dia tidak bisa tidur malam itu. Dengan enggan dia berangkat sekolah. Da Bin seperti biasa begitu ceria dan semangat ke sekolah. Di goyang-goyangkannya sebelah tangan Sae Min sambil bernyanyi ria sepanjang jalan. Sae Min hanya terdiam, dia sudah terbiasa dengan tingkah kekanak-kanakan Da Bin. Setengah perjalanan menuju sekolah mereka berpapasan dengan Kwang Min, kali ini Kwang Min memperlihatkan sedikit ekspresi, alisnya terangkat beberapa mili dan pandanngannya agak sedikit berbeda.

"Aaah!!! Kwang Min ah!! wah kebetulan sekali!! " Da Bin teriak dengan heboh, dipukulnya pundak Kwang Min yang lebar itu dengan semangat, Kwang Min sampai bergeser beberapa centi. Sae Min sedikit malu, dipalingkannya pandangannya dari Kwang Min, entah kenapa jantungnya berdegup lebih kencang saat di dekat Kwang Min semenjak kasus menyakitkan kemarin.
Kwang Min seperti biasa hanya terdiam.

"Eiiiiih!! tampangmu hari ini kok agak lain yah? Da Bin sibuk memperhatikan Kwang Min, Kwang Min terlihat sedikit nggak nyaman. "Aaah!!!" Baik Kwang Min atau Sae Min terperanjat, "Matamu! hahahahaha matamu sama ngerinya ama matanya Sae Min!! kamu nggak bisa tidur juga ya?? Da Bin menyenggol badan Kwang Min dengan nakal. Kwang Min dan Sae Min saling tatap sekilas, tapi kemudian sama-sama langsung mengalihkan pandangan.

"Wooooiii!! Kwang Min ah!! ngapain disitu!! ayo cepat !! udah mau masuk nih!!" Jae Kwon dari kejauhan memanggil Kwang Min yang berdiri kaku layaknya patung. Kwang Min pun tanpa berkata apa-apa, segera pergi dari kekakuan itu.
***
Seminggu berlalu tak ada kepastian yang jelas antara hubungan Sae Min dan Kwang Min. Da Bin pun terlihat sudah melupakan kejadian memalukan seminggu yang lalu. Dan ... setelah melewati 1 pekan penuh kegalauan...
"Sae Min!! gawat!! Geng Akar Ginseng buat onar lagi. Terakhir, mereka mengganggu siswa dari sekolah kita."
Sae Min melirik tajam Seong Oen, " siapa siswa itu?"
"Si juara kelas, Yoen-Ha."
Sae Min melihat bangku Yoen-Ha, kosong.
"Jangan-jangan dia diancam, sampai nggak berani ke sekolah. huuuff... berani benar mereka."

Sae Min tanpa pikir panjang beranjak dari tempat duduknya. dia terlihat sangat marah, dikepalnya tangannya dengan keras. Matanya menatap lurus ke depan dengan tajam tanpa mengurangi ritme langkahnya yang cepat, dia berjalan dengan mantap. Tiba-tiba Kwang Min dari arah berlawan melewatinya. Sontak langkah Sae Min terhenti, teman-teman gengnya yang mengekor di belakang satu persatu saling tabrak-menabrak. Kwang Min menoleh ke arah mereka, Jae Kwon terlihat menggenggam dengan erat lengannya.

"Ka-kalian mau kemana?" Jae Kwon memberanikan diri bertanya, ternyata rasa penasaran mengalahkan ketakutannya.
Sae Min terdiam. Yang lainpun jadinya ikut terdiam.
Kwang Min melihat Sae Min, tapi Sae Min tidak berani menatapnya. Takut jantungnya bakalan copot, Sae Min segera meninggalkan Kwang Min dengan langkah lebih tergesa-gesa dari sebelumnya.
***
"Sae Min!! apa yang terjadi? Ya ampun... muka mulus itu..." Da Bin si tukang lebai, mengobati muka Sae Min yang lebam ampe matanya bengkak.
"Kalau kayak gini bagaimana ada cowok bakalan suka ama kamu..." Da Bin terus mengoceh, namun terlihat mukanya begitu khawatir, " Dengan badan yang kecil ini, kamu begitu berani melawan mereka, ada apa sih di otakmu? kenapa kamu begitu keras kepala sih? apa harus kamu yang..."
Sae Min tiba-tiba bangkit dari tempat duduknya, terkesan menolak untuk diobati lagi.
 "Aku sudah baikan, makasih." Masih dengan tampang yang sok kuat, Sae Min dengan sedikit kesal keluar mencari angin. Da Bin sampai tak bisa membantah atau memaksanya untuk tetap tinggal diobati.

Da Bin dan Sae Min hanyalah teman dekat. Sae Min kerap kali menginap di rumah Da Bin yang biasanya sepi. Kesibukan membuat kedua orangtua Da Bin jarang di rumah, sedangkan Da Bin adalah anak tunggal. Kebersamaan mereka sedari kecil membuat hubungan mereka begitu dekat. Tak jarang Da Bin harus berbohong ke orangtua Sae Min kalau Sae Min baru habis berkelahi. Jadi, yang tahu kelakuan Sae Min luar dalam tak lain hanya Da Bin.
***
"hua hua hua hua"...
" Kamu kenapa? kenapa menangis?"
Si kecil Da Bin mengusap air mata Sae Min yang mengalir dengan deras.
"Beluang..beluangku diambilnya...hua hua hua." Sae Min menunjuk segerombolan anak SD yang berbadan besar dan sangar. Terlihat mereka memukul-mukul beruang itu, layaknya orang yang latihan tinju.
Da Bin menelan ludah, badannya gemetar, suara nafasnya terdengar berat, lama dia memandang segerombolan anak SD itu. Berkali-kali dia mantapkan hati, kembali dipandanginya Sae Min. Mata Sae Min membesar penuh tanya dengan kelakuan Da Bin, tapi dia tidak tahu mau bertanya apa. Da Bin pun dengan penuh pertimbangan akhirnya memberanikan diri mendekati gerombolan anak SD itu.

"Hei!! kalian!! kembalikan beruang itu!! itu buka milik kalian!" Masih gemetar, Da Bin menggigit bibirnya.
Gerombolan anak SD itu memicingkan mata, menatap dengan tatapan meremehkan.
"Huh... kalau kami nggak mau? gimana? kamu mau apain kami?"
Da Bin terdiam. Segerombolan anak SD itu tertawa, " Hahahaha lihat dia gemeteran, hahahahaha..."
Sae Min dari kejauhan, tidak mengerti dengan semua itu. Capek melihat dari kejauhan diapun mencoba untuk mendekat. Baru bangun dari duduknya...
BRUUUUG....
Da Bin terjatuh, Sae Min sangat terkejut hampir saja dia menginjak tali sepatunya saat berlari. Ternyata Da Bin didorong oleh seorang anak yang oleh teman-temannya di panggil Seung Gun.
"Kalian apakan Onni !!" Sae Min teriak dengan keras, tak terlihat tampang takut dari wajahnya seperti beberapa waktu lalu.
Sedikit bergeming, Seung Gun dkk mencoba terlihat tenang. " Oh..oh oh... ternyata ada adik kecil yang mencoba sebagai pahlawan, cup cup cup lutunya...hahahahahaha"
Sae Min menghembuskan nafas berat seperti banteng yang siap menyundul, ... dan benar...tanpa pikir panjang, tanpa membawa apapun, Sae Min bermodalkan kepala dan keberanian, menyundul gerombolan anak SD yang bertubuh besar itu.
Seung Gun yang tanpa pertahanan, terjatuh dengan keras. Gengnya kaget bukan main, maklum Seung Gun si Ketua memiliki badan paling gembul dan tinggi, melihatnya roboh, seperti layaknya melihat menara pertahanan kita dirobohkan. Seung Gun kaget bukan kepalang, teman-temannya pergi meninggalkannya  begitu saja. Seung Gun begitu marah, di pegangnya kepala Sae Min, Sae Min meronta-ronta melawan layaknya anak kesurupan.
"Ha ha ha ha, hanya begitu kemampuanmu kecil?"
Sae Min benar-benar kesal, hilang semua rasa takut itu. Dia menghentikan perlawanannya. Seung Gun terlihat bingung. Sae Min mulai menatapnya tajam, tiba-tiba bulu kuduk Seung Gun berdiri. Tanpa sadar, dia mundur selangkah, ketika Sae Min berjalan mendekat, begitu seterusnya sampai tanpa sadar dia tersandung dan.... pingsan.

Saat itu, Sae Min berusia 5 tahun dan Da Bin 7 tahun... itulah pertemuan mereka yang pertama. Semenjak kejadian itu, rasa takut Sae Min benar-benar telah meluap. harga dirinya serta niatnya menolong Da Bin membuat keberanian dan kepercayaan diri itu muncul seketika. Hebatnya Sae Min tetap mempertahankan tampang menakutkannya itu, sampai tak ada seorang laki-laki pun dari dia SD sampai SMA saat ini yang berani dekat-dekat dengannya. Berita perkelahiannya dengan Geng -geng nggak jelas telah menyebar di kalangan para siswa. Awalnya Sae Min nggak peduli, mungkin sampai sekarang juga begitu, sampai ...

"Kau tidak apa-apa?"
Sae Min menatap orang yang menyapanya itu dengan lemas. Sulit rasanya dia mengangkat badannya. Baru saja dia melibas Geng Yoja yang berjumlah 15 orang sendirian, badannya babak belur. Orang yang tak dikenalnya itu menopang tubuhnya tanpa banyak bertanya. Ketika sadar, Sae Min telah berada di rumah Da Bin. Ternyata waktu dia menanyakan alamat rumah Sae Min, Sae Min sempat menyebutkan rumah Da Bin sebelum akhirnya pingsan.

"Kau harus berterima kasih." Da Bin menyerahkan dompet yang begitu asing buat Sae Min.
"Anak itu melupakan dompetnya, dia sepertinya teman sekolahmu."
Sae Min mengerutkan kening, diambilnya dompet itu dan terselip di dalam dompet itu kartu pelajar anak tersebut. Kim Kwang Min...
***
Sae Min menendang batu kerikil yang di temukannya di sepanjang jalan yang dilewatinya. Dengan hanya ditemani lampu jalanan, Sae Min melewati kegelapan malam itu tanpa perasaan gentar. Bibirnya tersungging lebar saat melihat kaleng minuman tidak pada tempatnya, dengan sekuat tenaga dia menendang kaleng itu.

"Aw!!" seseorang merintih kesakitan. Sae Min mencari letak suara, tapi sebelum menemukannya dia berinisiatif untuk pergi, tapi...
"Mau kemana kau?"
Suara itu terdengar berat dan menakutkan, Sae Min bukannya takut, hanya saja dia sudah sangat lelah dengan perkelahian siang tadi, dengan menghembuskan nafas berat dan menundukkan kepala dan membalikkan badan.
"Ah?! Kau?"
Sae Min mengangkat kepalanya. Tak seperti bayangannya, lelaki di depannya itu berwajah tampan dan berbadan semampai, tapi tampilannya tak terurus.
"Kau gadis yang bernama Sae Min kan?"
sebelah alis Sae Min terangkat. "Maaf, apa aku mengenalmu?"
"Hahahaha, tentu saja tidak.... hahahahaha, ehem ehem..." laki-laki itu terlihat seperti salah tingkah, "yah anggap saja begitu, hahahaha".
Sae Min tambah tidak mengerti. Laki-laki itu mulai memandangnya dengan aneh, Sae Min sudah mulai nggak nyaman.
"Mukamu kenapa? kelahi lagi? hmmm ck ck ck  gadis itu nggak baik berkelahi.." kata laki-laki itu sambil menggeleng-gelengkan kepalanya layaknya seorang bapak yang lelah menasehati anaknya.

Sae Min benar-benar sudah tak tahan lagi, mendengar ocehan orang asing yang sok kenal dengannya membuatnya benar-benar mual.
" Kamu kenapa? nggak enak badan?" laki-laki itu mendekat seperti mau menyentuh Sae Min, dengan spontan Sae Min melipat tangan lelaki itu.
"Aw..aw...aw..aw.. sakit sakit.."
"Hah... Nuguya?! kamu siapa? kenapa kamu seperti sok kenal ama aku? buat aku muak aja." Sae Min yang sedari tadi menahan dirinya akhirnya sudah nggak tahan lagi untuk bersuara.
" a.. aku..."
Belum selesai laki-laki itu berbicara, terdengar suara seseorang memangigilnya dari kegelapan.
"Seung Gun Hyung?! kamu kah itu? Hyung?!" Suara itu terdengar familiar di telinga Sae Min, apalagi nama yang baru disebut itu. Dengan penuh kewaspadaan Sae Min memusatkan pendengarannya pada langkah kaki yang kian mendekat, lalu setelah terkena sinar lampu jalanan, sosok orang itu teridentifikasi dengan sangat jelas. Tangan yang tadinya kuat menahan laki-laki dewasa yang telihat berkali-kali lebih kuat darinya lemas seketika, dengan cepat Sae Min memalingkan muka.
"Oh! Kwang Min ni...." Dengan manja laki-laki  yang sudah teridentifikasi bernama Seung Gun itu mendekat dan memeluk Kwang Min.
"Ah.. Hyung...lepaskan, nih makan malam dari ibu." Kwang Min menyerahkan dua kresek besar ke Seung Gun.
Seung Gun tersenyum sok imut," Gomawo Kwang Min ni,... Oh ya.." Seung Gun sambil menoleh ke arah Sae Min yang sedari tadi memalingkan muka membisikkan sesuatu ke telinga Kwang Min," dia habis berkelahi, mukanya benar-benar parah, sebaiknya kamu jangan dekati dia." dengan memberi sedikit tepukan di pundak Kwang Min, Seung Gun pergi meninggalkan mereka berdua.
Kwang Min tidak ikut beranjak pergi, dia menghela nafas, dan perlahan mendekati Sae Min.
"Gwenchana? Kamu baik-baik saja?" Sedikit kaget, Sae Min mundur selangkah. Ini pertama kalinya Kwang Min menyapanya setelah terakhir kalinya ketika dia ditolong waktu itu.
"A- aku ... aku harus pergi.. " Sae Min nggak berani mengangkat wajahnya, tanpa melihat bagaimana ekspresi Kwang Min saat itu, dia segera pergi meninggalkan tempat itu.
***
2 hari berlalu. Muka lebam Sae Min sudah sedikit membaik.
"hari ini, kamu harus sekolah, aku udah nggak mau buatin kamu surat ijin lagi."
Da Bin 2 hari ini telah menulis surat palsu dengan mengatas namakan orang tua Sae Min. Sae Min melakukan itu tanpa takut ketahuan karena kedua orang tuanya telah menitipkannya ke Da Bin. Saat ini, mereka sedang bertugas ke Hawaii, entah kenapa Sun Ha bisa ikut. Sepertinya dia mengeluarkan seluruh kemampuan merengeknya lagi untuk bisa diijinkan ikut, dia benar-benar dikasih membolos selama seminggu. Sedikit kesal memiliki Adik yang letak kecerdasannya tidak menguntungkan kedua belah pihak.

Hari itu Sae Min menguap sepanjang hari, kebanyakan tidur selama bolos dua hari membuat tubuhnya benar-benar malas. Dengan tubuh lunglai dia berjalan seperti orang tak punya semangat hidup, mungkin kalau dilihat sekilas dia berjalan seperti zombi, bedanya dia nggak menjulurkan tangannya ke depan.
"Sae--Sae Min ah!!...makasih!!"
seseorang menghalangi jalannya sambil memberikan sebuah bungkusan. Sae Min mengangkat wajahnya menyibak rambut lurusnya yang hari ini dibiarkannya tergerai.
"Oh.. Yoen Ha...Gwenchana?" Dengan wajah seperti orang mabuk, Sae Min pergi meninggalkan Yoen-Ha tanpa menunggu jawaban dari pertanyaannya.
Berkali-kali dia tersandung, ngantuknya benar-benar parah. Yoen Ha akhirnya mengantarnya ke ruang kesehatan. Segera setelah kepalanya menyentuh bantal, Sae Min lupa dengan semuanya. Dia tidur dengan sangat pulas....
Bel sekolah berbunyi, Sae Min tersentak, dengan sigap dia bangun tapi kakinya malah belum siap menopang tubuhnya dan ...
BRUUUGG,.. dia menimpa seseorang yang ternyata beristirahat tepat di sebelahnya. (jadi, ruang kesehatan itu memiliki 2 kasur yang dibatasi oleh sebuah korden).

"Ouuh..." laki-laki itu menahan tubuh Sae Min yang menimpa badannya.
Sae Min segera mengangkat tubuhnya, kain korden pembatas itu telepas menahan tarikan dari badan Sae Min yang terjatuh. Sae Min mengangkat kain korden yang menutupi hampir seluruh tubuhnya..
 
"Hai? akhirnya aku menemukanmu..." laki-laki itu berseru.
Sae Min melihatnya, laki-laki itu tersenyum. disodorkannya tangannya. " Jun Ki, Lee Jun Ki, salam kenal."
Laki-laki itu menarik tangannya setelah sekian lama melihat Sae Min tidak berniat membalas jabatan tangannya. Sae Min masih menatapnya bingung.

Laki-laki itu menunjukkan kaki kanannya, kaki kanan yang telah berubah jadi kaki robot. dia tersenyum lagi. Tanpa kamu, mungkin kaki kiriku bahkan kedua tanganku akan mengalami nasib yang sama. Sae Min masih mengeryitkan kening.

"Aku orang yang kamu tolong waktu itu, waktu kamu melawan Geng Mutora, aku hampir, hampir mati karena dihajar habis-habisan, kau yang kebetulan lewat tanpa pikir panjang melawan mereka. aku benar-benar sangat berterima kasih."

Sae Min tidak ingat. Gosip dia menghajar banyak geng itu benar, tapi ... dia bukanlah tipe pencari masalah. Walaupun sering berkelahi, Sae Min tidak pernah mengingat nama-nama geng yang dia lawan. yang dia ingat hanya berkelahi, menang atau kalah, babak belur, bolos, dan selesai.

"Maaf, aku nggak ingat," Sae Min sedikit sungkan, "Hmm aku harus pergi."
Sae Min segera melangkah pergi, sebelum mencapai pintu Jun Ki berteriak," Namamu?"
Sae Min berhenti sejenak," hmm Sae Min, Kwak Sae Min." tanpa menoleh ke arah Jun Ki, Sae Min keluar dari ruang kesehatan dan menabrak Kwang Min.
Sae Min tidak sadar telah menabrak Kwang Min, dia masih tertunduk dan bergegas pergi setelah mengucapkan sepatah kata maaf, Kwang Min hanya terdiam melihat dia berlalu sampai hilang dari pandangan.

to be continued...

weleh-weleh, tadinya beneran mau buat cerita singkat tapi eh kok malah keterusan dan berkembang kemana-mana, aku emang payah kalau buat cerita, suka susah buat endingnya...
karena emang udah niatin cerita singkat aku udahin ampe di sini dulu deh... kapan-kapan aku lanjutin, mudahan ceritanya nggak berkembang melebar kemana-mana, ntar malah jadi tambah ngebosenin...

yah sekian cerita yang sepertinya akan berlanjut ini, ...terimakasih buat yang udah baca ampe di sini...^^// buat Rany, makasih banget udah bangkitin keinginan manulis, padahal sebelumnya nggak ada ide sama sekali, membaca cerita Rany aku langsung pengen nulis aja, hehe...
so Arigatou minna ^^... Jya ne....!!