Kamis, 20 November 2014

Ada Apa Dengan Dia? part 3

"Maki!!! Maki!!! Maki!!!" Erika menuruni tangga dengan tergesa-gesa, nafasnya sampai tersenggal-senggal membuatnya sulit untuk memulai kata-katanya.
"Dou shita no?* daijoubu? take ur time, speak slowly..." Maki yang baru saja dari ruang kesehatan lantaran mag-nya kambuh hanya bisa mengerutkan kening.
"ano..."
Mendengar penjelasan Erika, Maki segera berlari ke kelas disusul Erika yang nafasnya masih tidak beraturan.
Sepi... sudah tidak ada razia... terlihat para siswa duduk di sembarang tempat, ada yang bisik-bisik sesama teman, ada yang duduk merenung sendiri, suasanya sungguh... tegang.Maki menyisir sekeliling kelasnya, dia tidak menemukan keberadaan Shota.
"Ah!! Toda chan! Matsuda dibawa ke ruang guru untuk diinterogasi lebih lanjut." Risa mendekati Erika ketika melihatnya di ambang pintu. Langsung saja Maki dan Erika menuju ke ruang guru, dari balik jendela dapat dillihatnya betapa tegang muka Matsuda.
"Apa menurutmu Matsuda akan dipenjara?" Maki menghela nafas.
"entahlah... aku berharap ada keringanan karena bagaimanapun Shota masih di bawah umur." Erika terlihat begitu khawatir, mukanya terlihat sangat tegang, keningnya selalu berkerut, berkali-kali dia menggigit ujung bibirnya, dan kakinya tak henti-hentinya dia hentakkan dengan cepat.
Maki dan Erika secara bersamaan merebahkan diri di dinding, berbagai macam pikiran buruk terlintas di benak mereka masing-masing, sungguh tak disangka masalahnya begini rumit.
Akhirnya pintu ruang guru bergeser, keluar dari balik pintu Shota dengan wajah muram, kepala tertunduk, dan terlihat sekali badannya lemas.
"Shota kun?" Erika memanggilnya dengan sungkan.
Shota menoleh, lemah sekali... matanya sayu, terlihat ada beban berat yang sedang dipikulnya tapi dia tetap memberikan senyum hangatnya ke Erika.
"Gomen ne..." sahut Shota sambil menatap Erika hangat.
Erika tanpa sadar mulai mengeluarkan air mata,"Walaupun a-aku tidak tahu dan tidak mengerti demo.. atashi wa shota kun o shinjite iru* ..." Mendengar pernyataan polos Erika, Shota cuma tersenyum.
"Arigatou...Eri chan ..." Shota mengelus-elus rambut halus Erika, membuat Erika tambah terisak,"Jangan menangis, perbuatanku tidak pantas ditangisi," Shota mengusap air mata Erika.
"Hirokita... maaf... aku titip Erika... sepertinya sebentar lagi jemputanku datang."
Benar, tak berselang lama Shota ditangkap oleh beberapa polisi. Semua mata tertuju padanya, di sepanjang koridor kelas menyembul beberapa kepala di jendela, semua berbisik-bisik sampai terdengar seperti dengungan lebah,Shota hanya menundukkan kepala, hari itu... anak berprestasi kebanggaan sekolah dalam sekejap telah menjadi seorang kriminal, tangan yang terlilit borgol membuatnya nampak buruk.Erika tak henti-hentinya menangis, dia tidak tega memandangi Shota yang digiring polisi seperti itu, dia sembunyikan kepalanya dibalik pundak Maki sambil terus terisak-isak, membuat seragam Maki basah.
"Ada apa dengan dia yah?" pikir Maki.

to be continued...

* Apa yg terjadi?
* Aku mempercayai Shota

Kamis, 06 November 2014

Ada Apa Dengan Dia? part 2

“Bagaimana? Apa ada sesuatu mencurigakan yang kamu temukan?” Erika memandangi Maki penuh tanya, semenjak membuntuti Shota dari toko buku kemarin,Maki menjadi lebih sering melamun.
“ah eh… ano.. hmm … oh ya aku lupa… aku belum mengerjakan PR matematika, sepertinya aku harus pulang cepat hari ini, gomen Eri-Chan.”
“Ano… Maki!! Maki chan!!” Erika mengerutkan kening, memandangi Maki yang terkesan terburu-buru dengan perasaan penuh tanya.

Maki mempercepat langkahnya, sedikit khawatir Erika berpikir yang tidak-tidak, tapi dia sendiri juga bingung, seharian ini dia memperhatikan shota namun tidak ada hal mencurigakan yang dapat dia tangkap. Sesekali mata mereka bertemu dan Shota tersenyum padanya, biasa… hal ini sangat biasa… iya kan?

“Hirokita ! Chotto matte!* ”Terdengar suara seeseorang memanggilnya, membuat Maki harus menghentikan langkahnya, ketika ia berbalik terlihat Shota berlari kecil menghampirinya.
“Apa kamu ada waktu? Ada yang ingin aku omongin…” Shota menyunggingkan senyum manisnya, tapi entah kenapa perasaan Maki malah tidak nyaman.
“Hmm mochiron*, kamu mau ngomong apa?” Maki mencoba untuk tidak menunjukkan ketidaknyamanannya.
“Hmm… eto…Apa Eri tau?” Shota menatap Maki lekat-lekat, Maki sampai merasa tercekik.
“Tau? Tau apa? sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan? Aku tidak mengerti.” Maki mencoba untuk tetap tenang, seakan-akan dia tidak mengetahui apa-apa.
“Aku hanya takut Eri akan berfikir yang tidak-tidak tentangku, bahkan sebelum aku sempat menjelaskan apa pun.” Shota melepaskan pandangannya ke Maki, dia meluruskan badannya, lalu dengan gaya santai menatap ke sekelilingnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Shota sepertinya tetap percaya kalau Maki mengetahui sesuatu.
“Hmm… hmm… apa kamu selalu melakukan hal itu?” Maki membisiki Shota, rasa penasarannya ternyata membuatnya tidak bisa bertahan untuk tetap berakting tidak tahu.
“Eh… iie..iie… ah… mana mungkin aku… kamu tahu sendiri kalau aku…” Shota tiba-tiba salah tingkah, dia mencoba membela diri tapi akhirnya terdiam ketika melihat Maki yang begitu serius memperhatikannya.
“Haaah… itu…aku… aku tidak selalu melakukannya… aku… Cuma iseng…yah Cuma itu.” Shota akhirnya bisa berbicara lebih tenang, terlihat dia mulai berkeringat. Entah kenapa Maki malah menjadi semakin semangat menginterogasinya.
“Apa menurutmu itu bisa dianggap biasa? Iseng? Hah… tapi… aku merasa apa yang kamu lakukan kemarin bukanlah sesuatu yang kamu lakukan satu atau dua kali, menurutku itu sudah menjadi kebiasaanmu.”
“kebiasaan? Hah… apakah itu masuk akal untuk orang sepertiku?”
“Itulah keanehannya… aku tidak habis pikir, anak sepertimu? Kebanggaan sekolah dan orangtuamu? Melakukan hal itu? Huff…”
Shota tanpa basa-basi memegang pundak Maki dengan posisi membungkuk, kepalanya menunduk sambil melihat ke bawah, terdengar suara hembusan nafasnya yang berat,  tiba-tiba dia mengangkat kepalanya dan dengan seius menatap Maki, Maki sedikit tersentak… dia menelan ludah, bisa dilihatnya pantulan dirinya di bola mata Shota yang hitam,” Kamu bisa merahasiakan ini kan?”
Maki terdiam sejenak, ini mengerikan… Shota memang tidak mengancamnya, tapi Maki merasa Shota bukannya “tidak” mengancamnya…hanya saja “belum” mengancamnya.
Maki menurunkan tangan Shota dari pundakknya,”Hmm… aku bukan orang yang suka ngomong sembarangan,  tapi… aku berharap kamu bisa menghilangkan kebiasaan itu, hanya menunggu waktu saja sampai orang tahu, kalau kamu tidak berusaha untuk menghentikan kebiasaan itu, cepat atau lambat…”
Maki belum selesai meneruskan kata-katanya karena ponsel Shota berdering. Shota merogoh ponsel dari saku jaketnya, ketika dia membaca pesan dari ponselnya mimik wajahnya berubah.
“Gomen … aku… harus pergi, arigatou Hirokita…” Terlihat wajah Shota begitu tegang, setelah menepuk pundak Maki sebagai tanda terima kasih dia pun segera berlari seakan ada sesuatu yang sedang menunggunya.

To be continued

Ket:


*Tunggu  
*Tentu saja

Rabu, 05 November 2014

Ada Apa Dengan Dia?

"Huff... sepertinya ini hanya perasaanku saja.."
"Hai! Nande?" Maki sepertinya tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Erika, ia sibuk merogoh kantong roknya mencari beberapa keping uang untuk membayar makanan yang sekarang menemani makan siang mereka.
"Maki chan! huff..." Erika dengan lemas menopang dagu.
"Hai! hai! gomen! Matsuda nande?" kali ini Maki dengan serius memperhatikan Erika.
"Shota kun akhir-akhir ini aneh..." Kening Erika berkerut, dia seperti memikirkan sesuatu, pandangannya jauh ke sudut jalan, walaupun saat itu Maki duduk tepat didepannya memperhatikan setiap mimiknya.
"Dia... selalu memandangi ponselnya, setiap waktu, setiap saat. rangkingnya pun akhir-akhir ini menurun." Sambung Erika akhirnya.
"Hmm... souka... bagaimana kalau kita buntuti dia.." Maki menyunggingkan senyum meyakinkan, seolah-olah idenya begitu cemerlang.
"Ah...iie iie... nande sore... muri muri*..."
"ah... okashii* ne...maumu sebenarnya apa sih... penasaran tapi seperti nggak mau cari tahu."
"Demo... apa aku harus membuntutinya, aku merasa seperti stalker aja.."
"Erika chan! kamu bahkan belum melakukannya kamu udah merasa stalker...hmmm.. ini bukan hal yang mudah sepertinya..."
"are... Shota kun??"
"Doko..doko...??" Maki melihat ke jalan raya, tapi dia sama sekali tidak melihat sosok Shota.
"Dia masuk ke toko buku..." Erika kembali menyeruput minumannya.
"Apakah ini hal yang aneh? atau wajar?"
"menurutmu?"
"Orang masuk toko buku, nggak ada yang salah dengan hal itu, tapi... kenapa kita tidak mengeceknya saja..." mata Maki terlihat berbinar-binar, kegemarannya membaca dan menonton serial detektif membuat rasa ingin tahunya begitu besar.
"Silahkan di cek, aku diam di sini aja... Shota pasti akan sangat kecewa padaku kalau tahu aku membututinya.."
"Hitori?? ah... wakatta kamu tunggu di sini..."
Akhirnya Maki segera menyusul Shota ke toko buku di seberang jalan.
Dengan seksama Maki memperhatikan setiap gerak-gerik shota, tidak ada yang mencurigakan, Shota berjalan mengelilingi rak buku, membuka beberapa buku, membacanya sejenak lalu menutupnya dan mengembalikannya ke tempat semula, begitu seterusnya, sampai...
Maki menutup mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, seorang "honour student" bagaimana bisa melakukan hal ini? Oh no... Maki menjatuhkan beberapa buku di dekatnya, dia begitu terkejut, segera dia bersembunyi, berharap Shota tidak menyadari keberadaannya. Setelah agak lama bersembunyi akhirnya dia mencoba mengecek lagi apa Shota masih berada di tempat tadi.
"Nani shiteru no*?" Seseorang memergoki Maki. Takut itu Shota, Maki menunduk mencoba mencari beribu alasan.
"Gakusei? apa kau yang telah membuat buku-buku ini berantakan?" Ternyata sang penjaga toko, dia memarahi Maki yang telah menjatuhkan beberapa buku dan tidak menatanya kembali.
"Ah... hai! hai! sumimasen deshita! sumimasen !" Tanpa pikir panjang, Maki segera memungut buku-buku tersebut, terdengar lonceng pintu toko buku itu berbunyi, sekilas terlihat sosok Shota keluar dengan tergesa-gesa.
Sebenarnya ada apa dengan Shota, apa sebenarnya yang membuatnya seperti itu? berbagai macam pikiran memenuhi otak Maki sembari tangannya tetap sibuk memunguti buku-buku yang membuat aksi "membuntutinya" gagal total.Apa aku perlu memberitahu Erika apa yang baru saja aku lihat? ah tidak.. lebih baik tidak.. aku mau cari informasi lebih banyak lagi, jangan sampai aku menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka.Maki terus berfikir dan berfikir, sampai akhirnya buku terakhir selesai dia rapikan.

to be continued...

Ket:
* impossible
* weird
* what r u doing?