Sudah seminggu Erisa dan Fira menikmati hari-hari
mereka sebagai pelajar baru di SMA 5 Toupat. Mereka begitu dekat, walaupun baru
berkenalan seminggu yang lalu. Walaupun berbeda kelas, Erisa dan Fira selalu
menyempatkan bertemu setiap jam istirahat. Tak jarang pula mereka pulang bersama.
Suatu hari Fira membuka facebook-nya. One new friend request, Fira membuka profil orang yang baru saja
meng-addnya –kebiasaan yang kerap kali
dia lakukan sebelum meng-accept
pertemanan- orang tersebut ternyata cowok. Foto profilnya begitu jelas, hanya
saja Fira tetap merasa tidak pernah melihat cowok tersebut. Kembali dia
lanjutkan dengan membaca info nya, SMA 5
Toupat? Fira menemukan suatu alasan yang membuatnya akhirnya berfikir untuk
meng-accept orang tersebut. Siapa tahu bisa nambah teman, pikirnya
saat itu.
Tidak seperti Fira, Erisa
begitu terkenal di kelasnya. Selain karena supel, Erisa juga ternyata menjadi
pengurus kelas, tepatnya bendahara kelas. Sedangkan Fira di kelasnya hanya
sebagai orang terasing, yang terkadang tidak terdeteksi keberadaanya.
“Wah ... wah uangmu
banyak banget Sa,” Erisa sedang sibuk menghitung uang kelas yang rencananya mau
digunakan untuk pembuatan baju kelas.
“Ssst ... jangan ganggu,
lagi konsen nih.”
“Ah ... Erisa nggak seru.”
Fira akhirnya memalingkan
perhatiannya ke tempat lain, supaya tidak tergoda untuk mengganggu Erisa. Diseruputnya
Jus mangga segar sambil memperhatikan anak-anak cowok yang sedang sibuk bermain
basket. Tapi pikirannya malah berkelana entah kemana.
***
Malam itu, seperti biasa
Fira mengecek FB-nya. Tiba-tiba cowok
yang baru dia accept kemarin mengajak chatting.
Hi,
makasih udah di confirm
Kamu kelas
berapa ya?
Sama-sama :)
Kelas 1F,
kamu?
Kelas 1A, jauh ya...
Pantesan kurang familiar
Namanya
Fira
Tadi itu terkirim duluan, maksud
saya kurang familiar namanya, hehe
Maaf
Haha
Gpp
Pembicaraan itu pun selesai. Namun setelah pembicaraan
itu, cowok itu mulai menarik perhatiannya.
***
Esoknya, Fira seperti biasa menunggu Erisa di gerbang
sekolah. Walaupun terkadang mereka suka pulang bersama, jarak rumah mereka
tidak begitu dekat. Tiba-tiba dia berpapasan dengan sosok seseorang yang tidak
asing menurutnya. Arya Kurniawan? Dia kah itu?
Sungguh lucu rasanya melihat teman di FB
secara nyata, dimana sebelumnya hanya mengenalnya berdasarkan foto saja. Tentu saja, Arya tidak
memperhatikannya. Fira memang menggunakan nama aslinya tapi bukan nama
lengkapnya dan tanpa foto profil yang jelas.
Akhirnya Erisa datang. “Maaf aku telat, tadi malam
begadang ngerjain tugas Pak Agung.”
“Oh ya Sa, tu yang pake’ jaket merah temen kelasmu
bukan?” Fira menunjuk Arya dari kejauhan.
“Arya?” Fira mengangguk.
“Kenapa?” Tanya Erisa.
“Nggak ada ...” Sahut Fira sambil mengibas-ngibas tangan
kanannya.
***
Hari berganti hari. Erisa telah memiliki banyak teman
dan termasuk anak yang cukup populer di kelasnya. Tentu saja Fira mengetahui
hal ini, karena sering berinteraksi dengan Erisa. Tidak jarang Erisa berpapasan
dengan teman sekelasnya dan saling tebar senyum ketika mereka berdua sedang
asyik menghabiskan waktu jam istirahat di kantin, atau di halaman sekolah. Sedangkan
Fira di kelas masih seperti anak terbuang.
“Kamu populer juga Sa.”
“Nggak kok, biasa saja.” Erisa tersenyum, terlihat
sekali kalau dia menyetujui perkataan Fira.
Fira hanya tersenyum melihat tingkah temannya yang
sudah seperti saudara ini. Mereka pun akhirnya melanjutkan pembicaraan dengan topik
utama “para guru”.
***
Entah kenapa, akhir-akhir ini Erisa sibuk dengan handphone-nya. Tidak seperti biasanya,
Fira sampai merasa cemburu sendiri.
“Siapa sih tu Sa, asyik banget. Masih mau dengerin aku
cerita nggak?”
“Iya? Ada apa!” Erisa seperti alien yang baru mendarat
di bumi, linglung tidak jelas.
“Kamu sms an sama siapa sih? Dari tadi sibuk sendiri,
sebel.”
“Hahahaha maaf Fir, ini lagi sms an ama Arya. Temen
yang pernah kamu tanyain itu. Lagi sibuk bahas tugas Fisika dari Bu Tari. Kebetulan
kami kebagian tugas kelompok, dua hari lagi presentasi. Oh ya, tadi sampai
mana?”
Fira sudah tidak bernafsu lagi melanjutkan ceritanya. “Udah,
kita balik ke kelas aja, biar kalian nggak usah sms an segala.”
Erisa terlihat bingung, tapi akhirnya Ia pun
mengiyakan. Mereka pun hari itu untuk pertama kalinya tidak banyak mengobrol.
***
Semenjak Erisa sering sms an sama Arya –entahlah apa
yang mereka bicarakan- Erisa juga kerap kali menceritakan bagaimana sosok Arya
itu dengan penuh semangat. Erisa terlihat begitu terpesona dengan sosok Arya,
dan tanpa canggung Ia pun mengakuinya. Menurut Erisa, Arya itu tidaklah tampan,
tapi orang nya baik, ramah, supel dan sangat senang membagi ilmunya, apalagi
dia sangat pintar. Entahlah apakah itu benar, tapi Fira tetap mendengarkan
cerita Erisa. Sampai pada titik dia juga akhirnya sedikit ada “ketertarikan” dengan
Arya, walaupun sama sekali tidak pernah berinteraksi.
***
Hari itu, jam pelajaran Erisa maupun Fira kebetulan
kosong. Pak Rhoni dan Bu Diah yang kebetulan Guru kelas 1F dan 1A, izin karena
Pak Rhoni harus mengantar Bu Diah yang tiba-tiba kurang enak badan. Mereka
adalah pasangan Guru yang sempat menghebohkan sekolah ini beberapa bulan yang
lalu. Sekarang Bu Diah katanya sudah hamil 4 bulan.
Fira yang terasing di kelas, tentu saja memanfaatkan
momen yang jarang itu untuk segera meluncur ke kelas Erisa. Guru-guru pun
sepertinya tidak ambil pusing untuk memberikan guru pengganti, karena baik Pak
Rhoni dan Bu Diah izin nya mendadak sekali.
Fira pun asyik bersenda gurau dengan Erisa. Di sana
ada Arya tentunya sedang bercanda dengan teman-temannya yang lain. Fira tidak
memperdulikannya, walaupun Erisa tidak pernah mengatakan dia menyukai Arya,
Fira tidak ingin membiarkan perasaan tertariknya berkembang karena pada dasarnya
dia tidak memiliki hubungan apa pun dengan Arya.
Kembali lagi, Erisa memperhatikan handphone-nya. Aduh jangan
lagi dong? Pikir Fira.
“Eh Arya nanyain kamu nih?”
“DEG” jantung Fira serasa mau lompat. Perasaan yang tadinya
sudah di buang jauh-jauh, seperti mau dipungut lagi. Fira benar-benar kaget.
“Emang dia tanya apa? Lalu kamu jawab apa?”
“Dia cuma nanya, temenmu itu siapa? Yah aku jawab aja
Fira anak kelas 1F.”
“Oh ...” Jawab Fira santai, padahal degup jantungnya
sampai terdengar dengan jelas.
Fira tidak menyangka dia
diperhatikan. Dari tadi Arya terlihat sibuk bercanda dengan teman-temannya. Setelah
perbincangan di FB beberapa waktu
yang lalu, mereka tidak pernah chatting
lagi. Tentu saja memang tidak ada alasan untuk Fira atau pun Arya untuk saling
sapa. Apalagi ternyata Arya baru saja mengetahui Fira yang pernah di sapa nya
dulu di dunia maya itu, adalah Fira yang sekarang sedang bengong tak jauh dari
nya.
***
Tidak ada perkembangan lagi setelah itu. Perasaan Fira
seperti terombang-ambing tidak jelas dan tentu arah. Dia berusaha untuk tidak
memperdulikan perasaan tak menentu itu. Tapi Erisa yang masih terus sibuk sms
an selalu mengingatkannya pada Arya. Semakin lama tingkah Erisa semakin aneh,
tidak seperti biasanya, sekarang dia sedikit tertutup. Tidak seperti
sebelumnya, akhir-akhir ini dia sudah jarang membahas Arya. Erisa sekarang
sedikit tertutup dan mata Fira selalu tertuju ke tangan yang sedari tadi sibuk
membalas sms. Pertemuan mereka sudah tidak se-asyik dulu. Erisa seperti sudah mempunyai
dunia sendiri.
Ternyata, kedekatan Erisa dan Arya dirasakan juga oleh
teman sekelasnya. Fira yang sering berkunjung ke kelas Erisa, terkadang
mendengar pula gosip-gosip mengenai mereka. Annisa, teman kelas Erisa yang
juga akhirnya dekat dengan Fira sering bercerita mengenai Erisa dan Arya yang sering sebagai bahan olokan teman-teman sekelasnya.
Terkadang Arya mengajak Fira chatting, tapi obrolan mereka tidak berkembang sehingga terhenti
begitu saja. Sampai suatu hari Fira dikerjai temannya. Pada waktu yang
bersamaan Arya tanpa sengaja lewat di tempat perkara.
“Ada apa?” Tanyanya.
“Nggak tahu nih Mona nyembunyiin dompetku.”
Mona hanya menjulurkan lidahnya dengan usil dibalas
oleh Fira dengan memonyongkan
mulutnya.
Arya hanya tersenyum,” oh sudah dulu yah, aku mau
ketemuan sama Pak Dwi.”
Fira mengangguk sambil tersenyum. Arya pun berlalu. Ia
memperhatikan punggung Arya sampai tidak terlihat lagi. Itulah perbincangan
pertama mereka selain di dunia maya.
Malamnya, Fira begitu bosan. Dengan sangat malas ia
membuka FB. Rasa suntuk yang sangat
kuat tadinya sedikit terobati ketika melihat teman-temannya banyak yang sedang online. Sehingga mereka sibuk saling
membalas comment. Asyik membalas comment, tiba-tiba terdengar suara cling, suara yang menandakan ada yang
mengajak chatting, mengganggu
perhatian Fira. Nama Arya Kurniawan terpampang di monitor.
Dompetnya gimana?udah
ketemu?
Alhamdulillah ya...
Si Mona akhirnya insaf setelah bel
pulang berbunyi...
Hahahaha ada ada saja...
Tapi, tadi itu aku benar-benar nggak
enak jadi bahan perhatian orang ...
Habisnya Mona telat ngaku kalau dia
yang nyembunyiin...
Aku udah heboh-heboh duluan kayak
orang kebakaran jenggot ...
Hahahaha ...
Begitulah ... entah kenapa perbincangan kali ini
mengalir dengan sendirinya, mereka mengobrol seperti teman lama. Fira baru
menyadari kalau ternyata Arya memang sangat enak di ajak sebagai teman mengobrol.
Ia sampai lupa dengan Erisa.
***
Obrolan Fira dan Arya akhirnya terhenti setelah sebelumnya
berlanjut selama 3 hari berturut-turut, tepat setelah obrolan mereka akhirnya
ngelantur tidak jelas arahnya kemana.
Seminggu ... dua minggu ... waktu pun berlalu tanpa
obrolan lagi antara mereka. Walaupun sering berpapasan di sekolah, Fira masih
sedikit canggung begitu pula sebaliknya. Mereka masih bingung mau membahas topik
apa. Alhasil, perkembangan hubungan mereka kembali terhenti. Fira kembali
menyadari Erisa masih sibuk sms an dengan Arya. Sedikit rasa iri terbersit di
hati Fira, tapi ia mencoba membuang jauh-jauh perasaan tidak menyenangkan itu.
Hubungannya dengan Erisa masih seperti dulu, namun
setelah tugas sekolah makin menumpuk, ujian makin mendekat, mereka menjadi
jarang bertemu. Fira pun akhirnya memiliki teman-teman yang asyik diajak
berbincang di kelas, membuat waktu luangnya dengan Erisa semakin sedikit. Tapi ...
Erisa seperti tidak ada masalah dengan hal tersebut, karena ia yang populer itu,
memiliki teman yang lebih banyak dari Fira yang terasing.
Adapun hubungan Fira dengan Arya maupun Erisa tidak
berkembang jauh. Erisa tetap menjadi temannya walaupun sudah tidak sedekat dulu,
dan ia masih menjadi secret admirer
Arya. Erisa pun tidak pernah memberikan reaksi setiap di olok-olok dengan Arya
oleh teman-teman yang lain, selain mengelak dengan tampang malu. Sedangkan
Arya, tidak menunjukkan ekspresi yang berarti. Namun, Fira sudah mulai mencoba
membuang perasaan canggung dan malu nya setiap bertemu Arya, walaupun sangat
susah menatap Arya secara langsung. Berbagai harapan datang silih berganti
memenuhi relung hati Fira, berharap Arya memiliki perasaan yang sama. Namun,
Fira pun mencoba untuk tegar jika seandainya Arya lebih memilih Erisa.
FIN
terimakasih yang sudah membaca sampai akhir. cerita dadakan yang kelar sehari ini, terinspirasi setelah membaca Blog Bunda Ory,.. thanks ya Vin...^^V.. cerita Black Coffe yang ku baca di blog-nya Bunda Ory benar-benar membangkitkan keinginanku menulis,..^^