Ulasan cerita sebelumnya: Risa tanpa sengaja mengungkapkan perasaannya ke Naoki, semenjak itu dia menjadi sungkan dengan Naoki. Misa menembak GeunSeuk saat Naoki menyatakan perasaannya pada Misa, hal itu membuat Maki kepikiran. lebih lengkapnya simak Ah ! part 1
Semenjak Risa menembak Naoki, dia
tak pernah lagi menyinggung Naoki. Kami pun tak berani bertanya atau
membicarakannya. Aku sampai melupakan GeunSuk.
“Eh sebenarnya Misa dan GeunSuk
itu pacaran atau nggak sih?” aku mencuri dengar saat sedang mencuci tanganku di
kamar mandi.
“Entahlah tapi kalau mereka
pacaran berarti Tuhan udah nggak adil, masa sih si Keren GeunSuk sama si sok
popular Misa? Huh…” Kedua cewek yang
sibuk mengobrol itu, terus mencaci-caci Misa. Mereka sepertinya sangat membenci
Misa. Sekali dua mereka tertawa ribut sekali.
BRAAAKK!!
Seseorang tiba-tiba membanting
salah satu pintu toilet dengan keras. Kedua cewek tadi langsung terdiam. Misa
keluar dari tolilet itu, matanya langsung menatap tajam kedua cewek itu, aku
juga kena tatapan mautnya.
“Sudah puas mengataiku?” Misa
tersenyum meremehkan, terlihat raut wajahnya menahan emosi.
Kedua cewek itu terlihat gemetar.
Tentu saja, Misa selain terkenal cantik dan pintar, dia juga jago Karate. Aku
berusaha untuk bersikap biasa saja, karena aku memang tidak mengucapkan sepatah
kata pun sedari tadi.
“Kamu? Siapa namamu?! Misa
berteriak, tapi aku tak tahu ke siapa, karena aku tak berani melihatnya.
“Hei!! Kamu!! Yang sedang mencuci
tangan!!” Misa kembali berteriak, dengan suara yang lebih besar dari
sebelumnya. Aku langsung melihat ke sekelilingku. Ternyata yang mencuci tangan
hanya aku sendiri. Aku langsung mematikan kran air, menghembuskan nafas dan
sambil menelan ludah aku memberanikan diriku menatap Misa.
“A-aku? Aku Maki Horikita.”
Kataku ragu.
Misa mendekat ke arahku. Di
pandanginya aku dari ujung kepala sampai ujung kaki, mengelilingiku lalu
kemudian mendesah.
“Apa kamu juara kelas?”
Pertanyaan itu sangat lucu
menurutku, karena aku adalah anak rata-rata dari yang rata-rata.
“Aku berharapnya begitu.” Kataku
sedikit cekikikan karena merasa tergelitik oleh pertanyaannya.
“Jawab yang benar!!” suara
melengking Misa begitu menakutkan, Kedua cewek tadi itu pun sampai tak berani
bergerak.
Aku menutup mata,” Tidak… aku
hanyalah siswi dengan nilai pas-pas an.” Sedih rasanya mengakui hal ini.
Misa mulai menggigit jempolnya,
berusaha berfikir dan terus bergumam,” Dia tidak cantik, tidak pintar, tidak
popular, badannya pun tidak terlalu tinggi dan kurus, apa yang menarik dari gadis ini? “
Aku benar-benar terganggu dengan
tatapan Misa. Untung saja, ketiga sahabatku datang menjemputku, mereka khawatir
aku begitu lama di kamar mandi. Melihat ketiga sahabatku, Misa akhirnya
melepaskan pandangannya ke arahku.
“Kamu tumben banget lama di kamar
mandi, terus kenapa Misa melihatmu kayak gitu?” Risa terlihat begitu penasaran,
sesaat kami keluar dari kehororan kamar mandi.
Aku hanya menggeleng-gelengkan
kepala.
***
Acara ulang tahun sekolah kami
semakin dekat. Berbagai lomba diadakan untuk menyambutnya. Kelasku 3B, melawan
kelas 3A-kelasnya Risa dalam tanding sepakbola. Belum saja jadwal pertandingan
fix ditentukan, Ken dan Kei sudah pesimis. Naoki, kapten sepakbola sekolah
kami, serta ketua kelas 3A pastinya akan ambil bagian. Si kembar walaupun
terkenal pemain belakang yang solid, tapi mereka tetap saja takut menghadapi
Naoki si jenius sepakbola. Nana dan Ena sampai kesal-kesal sendiri melihat
tingkah si Kembar yang selalu optimis tiba-tiba saja ciyut.
“Kalian ini gimana sih? Emangnya
Naoki bakalan apakan kalian?” Ena mengomeli Ken dan Kei, tapi tatapannya lurus
menatap tajam Kei.
Kei maupun Ken hanya menunduk.
“Semua teman sekelas membutuhkan kalian, ayolah…jangan seperti anak kecil
begini.” Nana lebih kalem menghadapi mereka. “ Ken, kamu biasanya tidak seperti
ini, jangan sampai ketakutan Kei mempengaruhimu.”
Ken menatap Nana, lalu menghela
nafas dan menunduk lagi.” Aku sudah terbiasa dengan Naoki sebagai kapten,
rasanya susah kalau seandainya menghadapi dia sebagai lawan.”
Nana akhirnya bingung mau berkata
apa lagi. Ena hanya bisa manyun. Teman-teman sekelas hanya bisa pasrah.
***
Risa terlihat suram dari tadi.
Kami bingung, bagaimana harus menghadapinya. Dia tidak mengatakan apa-apa
semenjak pulang sekolah tadi sore. Rencana belajar bersama yang biasanya seru
sekarang malah terasa sangat tidak nyaman.
Risa menatap halaman rumahnya
dengan tatapan kosong tapi sesekali mendesah, memijit-mijit kepala dan akhirnya
bengong lagi.
“Terjadi sesuatu dengan Naoki?”
Nana akhirnya memecahkan kesunyian.
Risa langsung bereaksi menatap
Nana. “Bagaimana ini Nana!! Huahuahuahuahuahua…” Tanpa aba-aba Risa langsung
menumpahkan air matanya membasahi seragam Nana. Nana mencoba menenangkannya.
Aku dan Ena hanya saling tatap tak mengerti.
Setelah tangisan Risa mereda.
Sambil cegukan, Risa memberitahukan kami suatu informasi yang di sisi lain
menyedihkan tapi di sisi lainnya lagi menguntungkan.
“Naoki cedera ! kakinya terkilir
saat latihan kemarin. Dia sepertinya terlalu memaksakan diri. Padahal itu hanya
pertandingan antar kelas. Aku bingung… aku pengen jenguk dia, tapi aku malu…
kalian tahu sendiri kapan terakhir kali aku mengobrol dengannya.”
Mendengar Naoki cedera adalah
suatu keberuntungan untuk kami. Tapi… tentu saja kami tidak menunjukkan raut
wajah bahagia mendengar berita yang memang tidak mengenakkan ini.
“Mau aku temani?” entah kenapa
tibna-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku.
“Ka-kamu mau nemenin aku
Maki-chan!! Ah!! Makasih !!” Risa terlihat begitu senang, langsung dipeluknya
aku erat sekali.
“Kami juga akan nemenin kamu,
biar kamu nggak malu.” Ena dan Nana
tersenyum ke Risa. Risa semakin terharu.
***
Aku sangat jarang melihat GeunSuk.
Suatu keajaiban kalau kami bertemu. Kalau pun kami berpapasan, hanya aku saja
yang tak bisa melepaskan pandanganku padanya.
Nana memencet mengetuk rumah
Naoki. Risa berdiri di belakangku meremas lenganku sambil menyembunyikan diri
seakan-akan ada segerombolan orang jahat mencarinya. Pintu akhirnya terbuka
setelah tiga kali diketuk Nana. Nyonya Misuzaki begitu senang melihat
kedatangan kami.
“Temannya Naoki yah? Ayo masuk…”
Kami langsung di bawa ke kamarnya
Naoki yang letaknya di lantai 2. Rumah naoki begitu sederhana, kecil dan
dipenuhi perabot rumah tangga yang dijejalkan rapi di sela-sela rumahnya.
Adik-adiknya yang masih kecil kira-kira masih sekitar kelas 3 – 4 SD sedang
asyik mencoret-coret kertas gambar yang berserakan di sekitar mereka. Saat kami
melewati mereka, terlihat raut wajah ketakutan mereka melihat kami, aku
berusaha tersenyum manis ke mereka, tapi mereka malah memeluk crayon mereka
tambah erat.
Terlihat sinar lampu
remang-remang merambat keluar dari kamar Naoki. Pintu kamar Naoki tampaknya
terbuka.
“Masuk saja, Ibu siapkan makanan
kecil dulu.” Nyonya Misuzaki tersenyum dan meninggalkan kami yang berdiri kikuk
di samping kamar Naoki. Risa meremas lenganku lebih kencang dari tadi.
Tangannya basah dia keringatnya bercucuran.
“Siapa di sana?” terdengar suara
Naoki menyeru kami. Entah kenapa kami masih belum menampakkan wajah.
Nana sedikit ragu melihat reaksi
Risa yang begitu tegang, tapi karena kami sudah terlanjur datang ke sini, Nana
akhirnya menarik paksa kami.
“Eh! Kalian juga datang?”
Ternyata Kei dan Ken sedari tadi menemani Naoki di sana. Aku melihat ke
sekeliling kamar Naoki berharap ada tamu lainnya lagi. Risa terus
menyembunyikan wajahnya di balik bajuku.
“Kalian datang sama siapa? Siapa
itu dibalik badannya Maki?” Kei memicingkan mata.
“Risa?” Naoki ternyata menyadari
keberadaan Risa. Risa begitu terkejut, dikendurkannya pegangan eratnya sedari
tadi di lenganku. “Kenapa kamu harus sembunyi begitu?”
Risa menunduk malu,” Aku…”
“Sepertinya aku mematahkan kran
kamar mandimu.” Tiba-tiba seseorang datang memotong kata-kata Risa.
Perhatian kami langsung tertuju
ke orang itu. Menyadari semua orang memandangnya GeunSuk hanya terdiam.
Sedangkan aku rasanya mau pingsan, karena aku berdiri tepat di depannya dan
posisiku sekarang adalah posisi terdekat dengannya selama kami pernah bertemu.
Tiba-tiba GeunSuk menoleh ke arahku, aku begitu terkejut langsung kualihkan
pandanganku. Jantungku seketika itu rasanya mau melompat saja.
“Maaf lama menunggu, anak-anak.”
Nyonya Misuzaki akhirnya datang mencairkan suasana. Sebelum memasuki kamar
Naoki, matanya terhenti memperhatikan GeunSuk yang basah kuyup di bibir pintu.
“Kamu kenapa GeunSuk?”
GeunSuk tersenyum kecil,” Maaf…
aku sepertinya merusak kamar mandi anda lagi.”
“Anda? Sudah berapa kali aku
bilang. Jangan panggil anda… panggil Oka-san. Aku udah anggap semua teman
anakku sebagai anakku sendiri… baiklah sekarang kamu lebih baik ganti baju,
masalah kran biar Bapaknya Naoki yang urus.” Nyonya Misuzaki benar-benar Ibu
yang baik. Aku terkesima.
“Baiklah Oka san.” GeunSuk cengar
cengir seperti anak kecil, masuk ke kamar Naoki, membuka lemari dan Naoki
segera memberi aba-aba baju mana yang GeunSuk bisa pakai. Setelah mendapatkan
baju yang diarahkan Naoki, GeunSuk keluar lagi untuk mengganti baju. Setiap GeunSuk
melewatiku aku menundukkan kepala, tapi entah kenapa aku merasa dia melihatku.
Setelah menawarkan beberapa
potongan kue yang begitu menggiurkan dan sirup orange yang begitu segar ke
kami, Nyonya Misuzaki keluar dengan ceria. Aku benar-benar merasa kerasan
melihat senyuman ramahnya. Kami langsung duduk mengelilingi makanan di depan
kami, hanya Naoki yang pasrah melihat kami di atas kasurnya yang tak berdipan.
“Kamu yakin GeunSuk bisa gantiin
kamu?” Kata Kei sambil mengunyah kue yang baru saja disajikan.
“Tidak sepenuhnya, tapi GeunSuk
bukanlah tipe yang menyerah kalau dia belum menguasai sesuatu.”
“Yah… aku paham sih, tapi…
sepakbola adalah kerja tim.” Kali ini Ken yang menyahut.
Aku melihat Nana dan Ena geram
mendengar kata-kata Kei dan Ken. “Kalau Naoki cedera seharusnya bagus dong,
kalian jadinya tak ada alas an untuk kalian nggak ikut main.” Ena keceplosan.
Kali ini giliran Kei dan Ken yang
geram melihatnya. Nana yang sedari dulu paling kalem, malah memukul Ena karena
tak bisa menjaga bicaranya. Risa masih menunduk lesu, tapi dia sudah terlihat
cukup santai. Naoki yang mendengar kata-kata Ena, bukannya kesal atau marah
malah tertawa.
“Oh! Jadi kalian sempat berniat
nggak ikut pertandingan? Kalian nggak mau membela kelas kalian? Kalian
benar-benar mengecewakanku, padahal kalian adalah pemain yang sangat aku andalkan.”
Naoki tiba-tiba berkata tegas. Ken dan Kei hanya menunduk.
Hening sesaat, sampai akhirnya GeunSuk
kembali dari kamar mandi dan mengambil tempat duduk di dekat Kei atau tepat di
depanku. Ekspresinya datar, melihat semua orang terdiam GeunSuk dengan santai
memakan kue di depannya.
Tiba-tiba Risa terbatuk, Aku
bergegas mengambil sirup di depanku, di waktu yang bersamaan GeunSuk juga meraih
gelas yang sama, tangan kami tanpa sengaja bersentuhan. Spontan aku
memandanginya, bola matanya yang hitam terlihat jelas olehku. Dia segera
menarik tangannya dan kembali menikmati kuenya seperti tidak terjadi apa-apa.
Aku berusaha untuk bersikap biasa dan segera menawarkan Risa minum. Risa meraih
gelasku dengan tetap menunduk. Entah kenapa posisi yang diambilnya tepat di
depan Naoki, walaupun jarak mereka cukup jauh, tapi Naoki bisa menatapnya
secara langsung.
Sekali dua aku melihat kea rah
Naoki, tatapannya lurus ke depan, mukanya terlihat sedih. Semenjak keceplosan
tadi, Ena lebih banyak membisu, Nana pun tak tahu harus berkata apa, Ken dan
Kei masih merasa tidak enak ke Naoki, mereka akhirnya hanya saling berbisik.
“Ano… keadaan kakimu bagaimana?”
entah kenapa lidahku gatal karena suasana yang begitu kaku ini.
“eh?” Naoki seperti tersadar dari
sesuatu, dia menatapku linglung.
“Besok dia udah bisa ke sekolah,
tapi untuk tanding dia harus bersabar.” GeunSuk tanpa menatapku, menjawab
pertanyaanku membuat Naoki tampak bodoh. Tangannya masih sibuk memotong kue itu
sedikit demi sedikit dengan sendoknya.
“Syu..syukurlah… cederamu nggak
terlalu parah.” Risa masih dalam posisi menunduk mencoba memberanikan diri
untuk mengatakan sesuatu.
Naoki tersenyum kecil,” Terima
kasih sudah mengkhawatirkanku.”
“Dia siapa?” sekali lagi Kei
bertanya mengarahkan telunjukknya kearah Risa.
“Pacarmu Naoki?” Ken langsung
saja menyambar.
Naoki langsung salah tingkah,
Aku, Nana dan Ena langsung tersedak kue, Risa hampir menyemburkan minuman yang
diminumnya. Hanya GeunSuk yang tidak berekspresi, masih sibuk menikmati krim
kuenya.
“Kalian kenapa?” si Kembar
menunjukkan muka polos yang mengarah ke bodoh.
“Namanya Risa dan dia sekelas
dengan Naoki.” Nana menjelaskan sambil tersenyum.
“Tuh kan bener, tadi aku nggak
salah denger, namanya emang Risa.” Kei tersenyum bahagia seperti baru saja
menjawab suatu pertanyaan dengan benar.
Ken masih tampak berfikir,”
Risa…Risa… “
“Ah… ini Risa yang nembak kamu
itu kan Naoki?” Kei begitu girang karena telah mengingatnya.
Kali ini GeunSuk yang tersedak,
di pukulnya dadanya untuk mencoba
menurunkan makanannya yang terasa tersangkut. Melihat tingkahnya, aku baru saja
akan memberikannnya minum tapi Risa mendahuluiku, GeunSuk meraih minuman
pemberian Risa tanpa pikir panjang.
“Kalian ini… dari tadi membuatku
emosi saja, sudahlah kalian latihan saja sana, jangan karena mengira aku tidak
ikut kalian menjadi santai.”
“Kami tidak santai, dan kami
tidak pernah berharap kamu tidak ikut Naoki.” Kei merengek seperti anak kecil.
“Ya yah…aku mengerti, aku akan
berusaha untuk segera sembuh supaya bisa bertanding dengan kalian.” Naoki
menurunkan nada bicaranya.
“Ya… cepatlah sembuh, soalnya aku
nggak bisa gantiin kamu.” GeunSuk untuk pertama kalinya sedari tadi menatap
lawan bicaranya. “Baiklah… cepatlah sembuh yah…aku pulang.” GeunSuk bangkit
dari duduknya mengambil tas yang ditaruhnya di meja belajar Naoki.
“Hmmm… yah…. Sepertinya kamu emang butuh
istirahat,” Ken menepuk pundak Naoki.” Kami pulang juga.”
“Kami ikut,” Entah kenapa aku
langsung saja bangkit dari tempat dudukku, merasa tak ada gunanya berlama-lama
di tempat Naoki.
Ternyata Nana dan Ena menyetujui
keputusanku, tapi Risa terlihat berat.
“Kalau kamu mau, kami tungguin di
luar yah… supaya kamu ada waktu bicara berdua aja sama Naoki,” aku membisikkan
Risa, Risa langsung menolak dan ikut bersama kami.
Kami akhirnya pulang secara
bergerombol dari rumahnya Naoki.
to be continued...
tetep disimak yah... :)
sebenarnya udah mau komen dari kemarin pas selesai baca yg part 1...tapi . . . yah sudahlah
BalasHapuswaw, sy mau ketawa ada masuk kalimat Bapaknya Naoki..tiba2 Indonesia banget :D
eh, ada yang udah ketebak...
btw adek2nya Naoki kenapa ya, mereka bukan anak kecil lagi, udah kelas 3-4 SD tapi kenapa takut sama orang..dan sangat melindungi buku gambar..
aigo...*kecerewetnya*
jadi inget...duh malesin banget, malah blog sy yg gbs di-comment pake hape sy, padahal sy bisa komen ke blog Kiki. maksudnya, udah aja sy minta Kiki hapus chapta, di Kiki bisa eh malah gbs komen di blog sendiri..n sy gtw salah settingnya dmn..
BalasHapushahahaha oh kalau klas 3-4 SD udah besar yah, kkk srharusnya TK yah, hehehe ... maaf maaf, kkkk
Hapuseh lucu yah? soale males mikir bahasa jepangne...
apa yg ketebak Ran? :D
tambah kebelakang tambah lucu Ran ceritane, tapi lumayan buat update postingan, hahay
lanjutkan dulu....nanti sy bilang kalau tebakan sy bener apa salah..hehehe
Hapussuka suka...jangan yg serius2.. :D
yah ceritanya serius :( ... cm sy ngerasa cara sy ceritain tuh kayak gimana gtu, hahahaha...
Hapushmm sepertinya lagi tinggal 1 atau 2 kali postingan baru ceritanya selesai :D
geunsuk yang coollll,,,,,,,,
BalasHapusyang cool geunsuk yang di cerita ini atau yang aslinya, hahahaha
Hapusyg di cerita ini,,kalau aslinya gak suka,,,,he
Hapus