“Maki ! kenapa masih disitu? Ayo!
Kamu bisa ketinggalan bis nih!”
Tak kusadari ternyata teman-temanku
sudah naik ke bis, aku bergegas mengikuti mereka. Sengaja kupilih tempat duduk
dekat jendela. Perlahan-lahan kuperhatikan GeunSuk yang sudah mulai menjauh.
“Hei! Tau nggak, hari ini GeunSuk
menghebohkan kelasku.” Risa memakan bekal onigirinya dengan semangat sambil
tetap bercerita.
“Yah… pelan-pelan ceritanya, nih
minum dulu.” Aku begitu tertarik dengan cerita Risa, tapi kucoba untuk menahan
diri untuk tidak terlihat antusias.
Diantara kami berempat, hanya
Risa yang beda kelas. Awalnya aku kecewa, tapi semenjak Risa sekelas dengan GeunSuk
aku merasa ada untungnya juga.
“GeunSuk untuk pertama kalinya
presentasi di depan kelas, semua terpikat dengan presentasinya. Dia benar-benar
cerdas. Teman-teman cewekku yang lainnya langsung jatuh hati padanya, mereka
malah berencana untuk membuat fansclub-nya.”
Aku shock, cerita ini tidak
semenarik cerita yang biasanya aku dengar. Risa terus berkicau menceritakan GeunSuk
yang tiba-tiba saja menjadi populer karena presentasi-nya yang katanya super
hebat.
***
“Eh!! Naoki menembak Misa?”
Kami bertiga heboh mendengar Risa
yang sudah kucel berurai air mata.
“Naoki bodoh! Sudah tahu bakalan
ditolak tapi dia maksa buat nembak.” Risa masih manyun, ditarik-tariknya
kelopak bunga yang sedari tadi dipegangnya.
Kami bertiga hanya terdiam, tak
berani mengeluarkan suara apa-pun. Risa benar-benar mengerikan kalau sedang
kesal.
“Kalian tahu!” Katanya tiba-tiba
melotot kea rah kami satu persatu.
“Dengan sombongnya Misa menarik
lengan GeunSuk dan berkata aku suka dia.”
“Apa!!” Aku tanpa sadar berdiri
sambil melotot kearah Risa.
Ketiga sahabatku itu melihatku
sambil bengong. Aku seketika itu menyadari kehebohanku sendiri, sebelum aku
malu aku langsung duduk sambil menyembunyikan mukaku yang sepertinya sudah
memerah.
“Kamu suka GeunSuk ?” Risa
melihatku penuh selidik.
“Ah… Masa iya sih, kamu nggak
sadar Sa,” Nana tersenyum, diikuti Ena yang cekikikan.
“Jadi? Hanya aku yang nggak tahu?
Kalian tega ya, nggak bilang-bilang aku.” Risa mulai memonyongkan bibir merasa
dikhianati.
“Sebenarnya itu awalnya Cuma
tebakan Sa, hanya saja melihat tingkah Maki yang barusan kami jadinya yakin.”
Ena sekarang tambah cekikikan.
Aku akhirnya menatap sahabatku
itu satu per satu. “Kelihatan yah? Padahal aku udah berusaha nutupin.”
“Kenapa? Kita kan sahabat, kenapa
pula kamu nutupin? Aku aja ngasih tahu kalau aku suka Naoki.”
“Maki beda ama kamu Sa, dia malu
kalau ketahuan suka sama orang.” Nana yang paling dewasa diantara kami member
risa pengertian. Aku akhirnya bisa menghela nafas lega.
“Tapi… aku masih bingung dengan
ceritamu Sa, bagaimana bisa si Misa menarik lengan GeunSuk, emangnya Naoki
nembak Misa dimana.”
Risa yang tadinya udah mendingin,
kembali mendidih.
“Itulah kenapa aku bilang si
Naoki itu Baka!!! Dia dengan PD-nya nembak Misa di kelas, saat semua orang
sedang ada di kelas. Hampir saja jantungku berhenti berdetak. Dasar NAOKI
BAKA!!!”
Risa terus teriak-teriak nggak
jelas. Kami tidak berani menggubrisnya, untung saja kami sedang di atap gedung
sekolah.
***
Esoknya. Kami seperti biasa
berangkat ke sekolah pagi-pagi, karena kami paling anti terlambat. Hanya saja Risa
masih uring-uringan. Aku lebih uring-uringan, soalnya Risa belum menyelesaikan
cerita mengenai GeunSuk yang ditembak Misa. Apa
GeunSuk menerimanya ? Risa terus mengulangi kata Naoki bodoh, sialan sepanjang perjalanan. Nana dan Ena sampai
menarikku menjauh dari Risa, jangan sampai kami tertular stress-nya.
Kami berjalan di belakang Risa.
Risa bahkan tidak menyadari keberadaan kami, dia terus bergumam sambil
menunduk. Mukanya benar-benar kucel, rambut hitam panjangnya yang biasanya rapi
sekarang terikat seadanya. Matanya terlihat hitam dan bengkak, sepertinya dia
tidak bisa tidur semalaman.
Kami begitu khawatir melihat
keadaan Risa. Pelan-pelan kami berjalan mengikuti langkahnya. Di depan kami ada
Misato bersaudara, Ken dan Kei yang saling oper-oper bola sepak. Mereka memang
andalan kelas kami dalam olahraga sepakbola. Si kembar Ken dan Kei membuat Nana
dan Ena senyum-senyum sendiri. Ken berkali-kali melakukan atraksi menangkap dan
mengoper bola ke Kei, Kei tak kalah hebatnya.
Sesuatu terjadi saat kami naik di
jalanan yang menanjak. Bola yang tadinya seperti menempel di badan kedua
saudara kembar itu, tiba-tiba terlepas dan terlempar tepat kea rah Risa berada.
Risa tentu saja tidak menyadarinya, aku baru saja akan berteriak menyuruh Risa
menyingkir, seseorang lebih dahulu menangkap bola itu dan menopang badan Risa
dengan sebelah tangannya karena Risa hampir terjatuh. Risa yang begitu
terkejut, spontan berteriak,” Naoki Bodoh! Sial-an…”
Risa menggigit bibirnya, terpaku
menatap orang yang telah menopang badannya.
“Ap-pa ka-mu ba-ik-ba-ik saja?”
Naoki terbata-bata dan terlihat begitu shock mendengar kata-kata Risa. Dia
langsung menunduk terdiam.
Risa benar-benar menjadi salah
tingkah dan speechless.” A..ano…”
Belum sempat Risa bersuara Ken
dan Kei memanggil Naoki,” Nao!! Bola kami!!”
Naoki langsung berbalik badan dan
melempar bola itu ke Kei dan Ken,” Lain kali kalian harus hati-hati mainnya!!”
teriak Naoki serius. Ken dan Kei hanya cengar-cengir sambil garuk-garuk kepala
mereka.
“Kenapa malah Cuma nyengir! Ayo
minta maaf!” Naoki si kapten sepakbola sekaligus ketua kelas terlihat begitu
tegas. Ken dan Kei akhirnya turun dan berkali –kali membungkukkan badan meminta
maaf ke Risa. Risa hanya tersenyum sambil mengangguk tersentuh.
“Hmm… kalau begitu, kami duluan…”
Naoki masih terlihat kikuk.
Risa yang merasa bersalah dengan
ucapannya, akhirnya nggak mau berdiam diri.” Ano… Misuzaki kun!… aku suka
kamu!” Risa berteriak tepat di depan Naoki yang sekarang bengong.
Aku, Nana dan Ena tak kalah
kagetnya. Ken dan Kei sampai tak sadar kalau bola kesayangan mereka
menggelinding terlepas dari tangan mereka.
“Kei!! Sora menggelinding!!” Ken
memukul-mukul lengan Kei. Kei yang masih kaget dengan pernyataan Risa, butuh
beberapa detik untuknya menyadari maksud perkataan Ken. Mereka pun langsung
mengejar Sora yang menggelinding semakin cepat.
Terlepas dari kehebohan Kei dan Ken,
suasana di sekitar Naoki dan Risa sungguh beda. Mereka seperti tidak
terpengaruh oleh keadaan lingkungan sekitar. Naoki masih terdiam, bingung
sendiri, dia terlihat begitu terkejut dan susah sekali untuk menentukan
jawaban. Aku merasa Naoki ada ketertarikan dengan Risa. Risa sendiri masih
menunduk penuh harap. Aku dan yang lainnya tak kalah deg-deg an nya.
“Maaf…” sahut Naoki setelah
beberapa menit suasana di sekitar kami hening.
Risa yang mendengar kata maaf
langsung bertingkah aneh, dia seperti orang gusar, Naoki tak diberinya
kesempatan melanjutkan kata-katanya.
“Hmm… aku aku ngerti kok, dasar Risa
bodoh.” Risa memukul-mukul kepalanya.
“Ah… ano…” Naoki mengerutkan
kening mencoba untuk memberi kejelasan, tapi Risa sepertinya tidak mau
mendengar penolakan.
“Sudahlah…aku… nggak mau denger.
Aku… aku hanya ingin kamu tahu aja kok, kamu nggak usah jawab, nggak usah. Aku
udah tahu jawabannya apa.” Risa menguatkan dirinya dengan terus mengoceh dan
memaksakan dirinya tersenyum, tapi matanya tak berani menatap Naoki.
Naoki masih berusaha untuk
memberi kejelasan tapi Risa sudah lebih dulu mengambil langkah seribu. Aku
yakin, Risa pasti tak ingin terlihat cengeng di depan Naoki. Naoki terlihat
sangat tidak nyaman, kami sampai enggan menyapanya.
***
To be continued...
hari ini aku boring banget, dengan perasaan tak menentu aku malah nulis cerita geje ini, lucunya aku nulis seharian ampe akhirnya aku nulis cerita panjang lebar ini, hanya saja aku akan posting tulisan ini nggak sekaligus soalnya terlalu banyak, jadi anggaplah kayak cerbung aja. :P
Awalnya aku mau ambil Setting di Indonesia, tapi ceritaku nggak mendukung, ambil Korea, tapi aku jarang nemuin cderita korea bertema sekolahan jadi ... karena aku penggemar Komik aku ngambil setting Jepang.
so Minna enjoy the story... :)
go naoki,,,go naoki,,,
BalasHapusjadi inget pemeran naoki di itazura na kiss,,,,tapi beda karakternya,,,he
beda..beda..beda... hahahaha... Naoki yang ini lebih kayak Kazehaya kun (kimi ni todoke), hehe...
Hapus