Minggu, 27 Januari 2013

Hidup adalah Perjuangan

Setelah sekian lama nggak post lagi mengenai sebuah novel, aku akhirnya menyelesaikan membaca sebuah novel, tepat sehari yang lalu. Hanya saja novel yang kubaca itu lagi-lagi karangan Mas/Om/Pak apalah... karangan Tere-liye lagi...denger-denger tere-liye itu berasal dari bahasa India yang artinya untuk-mu. Jadi sempat geli aja denger temen yang bilang "itu si tere liye penggemar India ya?"...

Kembali lagi ke pokok bahasan. Aku sekali lagi akan menegaskan kalau aku itu nggak doyan baca, jadi menghabiskan membaca sebuah novel dalam sehari merupakan record mencengangkan untukku. Entahlah, aku begitu bersemangat membaca buku ini... kenapa? tentu saja karena buku ini menarik. Jadi bagi yang belum baca (siapa tahu masih ada yang belum sempat baca), kudu coba deh baca nih buku. Banyak pelajaran yang dapat dipetik dari buku ini. Ciyuuus? Enelan... :P
Ok aku bahas dikit dah mengenai buku ini, bener-bener dikit... 
 






     
Judul Buku           : Moga Bunda Disayang Allah
Penulis                 : Tere Liye
Penerbit               : Republika
Cetakan Pertama : Juni 2006
Tebal                   : 306 halaman, paperback
ISBN                  : 978-979-3210-79-7



Jadi, buku yang ceritanya terinspirasi dari kisah nyata ini mengangkat cerita mengenai seorang anak yang cacat. Dia bisu dan tuli sehingga mau nggak mau dia juga menjadi gagu. Cerita ini mengandung banyak sekali pelajaran yang hendaknya membuat kita merenung sejenak. Kita sering mengeluh saat keinginan kita tak terpenuhi, saat doa yang kita panjatkan terasa belum terkabul, saat masalah terasa begitu menyesakkan, saat mulut kita lebih banyak mengeluarkan keluhan dari pada kata syukur, kita sering lupa tentang orang-orang di sekitar kita. Kita sering lupa bagaimana Allah telah begitu adil dalam menetapkan sesuatu, tapi kita bahkan tidak mengetahui dimana letak keadilan itu, karena kita mengukur keadilan itu hanya dari kacamata kita saja. Lihatlah Melati (tokoh gadis kecil di cerita ini), yang begitu frustasi dengan keterbatasan yang dia miliki. Keinginannya mengenali dunia tidak didukung oleh panca inderanya yang seharusnya berfungsi, tiba-tiba saja menjadi tak berfungsi saat dia menginjak usia 19 bulan. Berat baginya, dan tak kalah berat pula bagi orang-orang yang menyayanginya. Butuh kesabaran ekstra untuk merawat anak seperti Melati. Bukan karena dia nakal? bukan karena dia bodoh? bebal? tapi... karena rasa ingin tahu Melati yang tak bisa Ia lampiaskan sebagaimana anak-anak normal lainnya. Dibalik keterbatasan yang dimilikinya, Melati dikelilingi oleh orang-orang yang sangat menyayanginya, sangat peduli padanya, orang-orang yang selalu menjaganya, memberikan dia perhatian penuh 24 jam. Memang susah mencari letak keadilan Allah, saat kita sendiri larut dengan prasangka-prasangka buruk tentang kehidupan yang kita jalani/hadapi.

Berbicara tentang cerita ini...cerita yang diangkat dari kisah nyata seorang perempuan bernama Helen Keller yang lahir sekitar 133 tahun yang lalu yaitu 27 Juni 1880, telah menarik perhatian banyak kalangan. Bagaimana tidak? dengan keterbtasannya dia menjadi orang buta pertama di dunia yang lulus dari universitas dengan gelar magna cum laude (artinya: the great honor). Mungkin kalau mau dilihat tingkatannya, gelar ini menduduki peringkat kedua setelah cum laude dan sebelum summa cum laude. Aku nggak tahu mengenai prestasi akademiknya, hanya saja dengan gelar itu GPA (IPK)-nya bisa diprediksikan sekitar 3.75 - 3.99. Helen memang cerdas, bayangkan saja, dia bisa membaca huruf Braille dalam lima bahasa (Inggris, Jerman, Perancis, Yunani dan latin. Dia belajar berbicara menggunakan metode tadoma (metode yang digunakan oleh tunanetra sekaligus tunarungu <deafblind people> ).Caranya dengan meletakkan tangannya di mulut orang yang berbicara. Menariknya kisah hidup Helen, membuat beberapa produser tertarik untuk memfilmkan kisah hidupnya, sebut saja The Miracle Worker (1962) yang mendapatkan penghargaan Oscar (aku belum nonton sih) dan ada pula film India yang berjudul Black (yang menjadi dasar pembuatan novel ini) Berhubung aku nonton film ini duluan, aku jadi benar-benar nggak bisa bayangin Melati seperti apa yang ingin disampaikan penulis, melainkan selalu membayangkan gadis kecil di film Black.
Anne Sullivan
Memang, berhasilnya Helen tak luput dari peran seorang guru yang begitu gigih mengajarinya untuk dapat mengenal dunia. Film the Miracle Worker mengangkat kisah mengenai sosok Anne Sullivan - orang yang sangat berpengaruh di hidup Helen. Anne yang juga buta dan baru berusia 20 tahun saat pertama kali bertemu dengan Helen, dengan tekun dan sabar  melawan ke'bringasan' Helen sampai akhirnya 49 tahun mereka lewatkan dengan dipenuhi banyak cerita yang menakjubkan. Anne meninggal di tahun 1936 saat usianya menginjak 70 tahun dimana di detik-detik kepergiannya Helen memegangi tangannya. Baru di tahun 1968 (32 tahun setelahnya) Helen menyusul gurunya dan abunya ditaruh disebelah abu Anne di Washington National Cathedral.

Black Poster
The Miracle Worker PosterKalau di kisah nyatanya ada Anne Sullivan, di Film Black (2005), Amitabh Bachchanlah yang memainkan peran Anne Sullivan. Di film ini kita akan melihat perjuangan Debraj Sahai (Amitabh Bachchan) dalam menangani Michelle (Rani Mukherjee) yang berperan sebagai Helen. Perjuangan yang begitu menguras otak dan tenaga, apalagi caranya mengajar terlihat begitu kasar membuat keluarga Mc Nally khususnya Mr. Mc Nally sempat naik pitam. Tapi... setelah menempuh berbagai cara yang didasari kesabaran dan keyakinan yang penuh dan kuat, perjuangan Debraj menuai hasil tepat sebelum Mr. Mc Nally berniat mengusirnya secara paksa. Michelle menunjukkan banyak perubahan yang untuk keluarga Mc Nally adalah suatu kejaiban yang selalu mereka nantikan selama ini. Jika di kisah nyatanya Helen lulus kuliah di Radcliffe college hanya dalam waktu 4 tahun dengan predikat yang sangat luar biasa, di Film ini, Michelle diceritakan lulus kuliah saat sudah menginjak usia 40 tahun. Dia melewati banyak failed semasa kuliah, untung saja Universitasnya berbaik hati tetap menampungnya tanpa DO, karena melihat perjuangannya yang begitu ingin belajar. Walau  Anne aslinya buta, amitabh bachchan di sini merupakan lelaki yang sehat, hanya saja ternyata seiring bertambahnya usia dia terserang penyakit Alzheimer, membuatnya melupakan segalanya, termasuk murid kesayangannya Michelle. Michelle yang begitu terpukul dengan menghilangnya guru berharganya itu secara tiba-tiba, terus melakukan berbagai cara  mencoba mencari gurunya. Sampai akhirnya gurunya berhasil dia temukan, dia kembali disibukkan dengan berusaha membuat gurunya mengingat dia lagi.

Sedangkan di novel ini, penulis tetap mengangkat kekuatan Allah sebagai penguasa segala hal. Selain lebih religius, novel ini juga menyelipkan suatu kisah cinta antara Karang (pemuda yang mengambil peran Anne di sini) dan Kinasih. Berbeda dengan Amitabh bachchan yang saat menjadi guru Michelle sudah lumayan berumur lah (hehehehe), sedangkan Karang bisa dibilang masih muda banget, nggak semuda Anne sih tapi dia juga merupakan pemuda sehat yang tampan dan tanpa kekurangan apa pun selain  terlahir menjadi anak yatim piatu. Beruntung ada lelaki penyayang anak yang membesarkannya sampai dia menjadi anak paling dibanggakan. Walaupun kebanggaan yang melekat pada dirinya hampir sirna karena masa lalunya yang sempat membuatnya seperti zombi (hidup tak segan mati , nggak mati-mati) Karang akhirnya  kembali bangkit untuk berjuang hidup setelah melihat kondisi Melati. Dengan mewarisi kecintaannya kepada anak-anak dari ayah angkatnya yang telah membesarkannya, Karang berjuang dengan sangat keras, mengajari Melati untuk dapat mengakses dunia melalui inderanya yang lain. 

Novel ini mungkin tidak membuatku menangis, bukan karena ceritanya yang tidak mengharukan, tapi lebih karena aku sudah tahu jalan ceritanya, tapi... aku tetap penasaran dengan kejutan-kejutan yang kerap ditampilkan oleh penulis.

Oh yah... dari kisah ini, selain kita diajarkan untuk pandai mensyukuri nikmat, kita juga diajari tentang kerja keras, Optimis, jangan cepat menyerah,ikhlas dan sabar, serta jangan berlarut-larut dalam merenungi masa lalu. Masa lalu boleh kelam, tapi jangan sampai masa lalu itu menghambat masa depan kita. Sungguh setiap proses itu bermakna, walaupun mungkin dari setiap proses itu hanya sedikit yang dapat kita raih.

Sekian celoteh dariku, semoga bermanfaat.. :)
Au revoir Amis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)