Kamis, 24 Januari 2013

Ah ! Part 2

Ulasan cerita sebelumnya: Risa tanpa sengaja mengungkapkan perasaannya ke Naoki, semenjak itu dia menjadi sungkan dengan Naoki. Misa menembak GeunSeuk saat Naoki menyatakan perasaannya pada Misa, hal itu membuat Maki kepikiran. lebih lengkapnya simak Ah ! part 1

Semenjak Risa menembak Naoki, dia tak pernah lagi menyinggung Naoki. Kami pun tak berani bertanya atau membicarakannya. Aku sampai melupakan GeunSuk.
“Eh sebenarnya Misa dan GeunSuk itu pacaran atau nggak sih?” aku mencuri dengar saat sedang mencuci tanganku di kamar mandi.
“Entahlah tapi kalau mereka pacaran berarti Tuhan udah nggak adil, masa sih si Keren GeunSuk sama si sok popular Misa? Huh…”  Kedua cewek yang sibuk mengobrol itu, terus mencaci-caci Misa. Mereka sepertinya sangat membenci Misa. Sekali dua mereka tertawa ribut sekali.
BRAAAKK!!
Seseorang tiba-tiba membanting salah satu pintu toilet dengan keras. Kedua cewek tadi langsung terdiam. Misa keluar dari tolilet itu, matanya langsung menatap tajam kedua cewek itu, aku juga kena tatapan mautnya.
“Sudah puas mengataiku?” Misa tersenyum meremehkan, terlihat raut wajahnya menahan emosi.
Kedua cewek itu terlihat gemetar. Tentu saja, Misa selain terkenal cantik dan pintar, dia juga jago Karate. Aku berusaha untuk bersikap biasa saja, karena aku memang tidak mengucapkan sepatah kata pun sedari tadi.
“Kamu? Siapa namamu?! Misa berteriak, tapi aku tak tahu ke siapa, karena aku tak berani melihatnya.
“Hei!! Kamu!! Yang sedang mencuci tangan!!” Misa kembali berteriak, dengan suara yang lebih besar dari sebelumnya. Aku langsung melihat ke sekelilingku. Ternyata yang mencuci tangan hanya aku sendiri. Aku langsung mematikan kran air, menghembuskan nafas dan sambil menelan ludah aku memberanikan diriku menatap Misa.
“A-aku? Aku Maki Horikita.” Kataku ragu.
Misa mendekat ke arahku. Di pandanginya aku dari ujung kepala sampai ujung kaki, mengelilingiku lalu kemudian mendesah.
“Apa kamu juara kelas?”
Pertanyaan itu sangat lucu menurutku, karena aku adalah anak rata-rata dari yang rata-rata.
“Aku berharapnya begitu.” Kataku sedikit cekikikan karena merasa tergelitik oleh pertanyaannya.
“Jawab yang benar!!” suara melengking Misa begitu menakutkan, Kedua cewek tadi itu pun sampai tak berani bergerak.
Aku menutup mata,” Tidak… aku hanyalah siswi dengan nilai pas-pas an.” Sedih rasanya mengakui hal ini.
Misa mulai menggigit jempolnya, berusaha berfikir dan terus bergumam,” Dia tidak cantik, tidak pintar, tidak popular, badannya pun tidak terlalu tinggi dan  kurus, apa yang menarik dari gadis ini? “
Aku benar-benar terganggu dengan tatapan Misa. Untung saja, ketiga sahabatku datang menjemputku, mereka khawatir aku begitu lama di kamar mandi. Melihat ketiga sahabatku, Misa akhirnya melepaskan pandangannya ke arahku.
“Kamu tumben banget lama di kamar mandi, terus kenapa Misa melihatmu kayak gitu?” Risa terlihat begitu penasaran, sesaat kami keluar dari kehororan kamar mandi.
Aku hanya menggeleng-gelengkan kepala.
***
Acara ulang tahun sekolah kami semakin dekat. Berbagai lomba diadakan untuk menyambutnya. Kelasku 3B, melawan kelas 3A-kelasnya Risa dalam tanding sepakbola. Belum saja jadwal pertandingan fix ditentukan, Ken dan Kei sudah pesimis. Naoki, kapten sepakbola sekolah kami, serta ketua kelas 3A pastinya akan ambil bagian. Si kembar walaupun terkenal pemain belakang yang solid, tapi mereka tetap saja takut menghadapi Naoki si jenius sepakbola. Nana dan Ena sampai kesal-kesal sendiri melihat tingkah si Kembar yang selalu optimis tiba-tiba saja ciyut.
“Kalian ini gimana sih? Emangnya Naoki bakalan apakan kalian?” Ena mengomeli Ken dan Kei, tapi tatapannya lurus menatap tajam Kei.
Kei maupun Ken hanya menunduk. “Semua teman sekelas membutuhkan kalian, ayolah…jangan seperti anak kecil begini.” Nana lebih kalem menghadapi mereka. “ Ken, kamu biasanya tidak seperti ini, jangan sampai ketakutan Kei mempengaruhimu.”
Ken menatap Nana, lalu menghela nafas dan menunduk lagi.” Aku sudah terbiasa dengan Naoki sebagai kapten, rasanya susah kalau seandainya menghadapi dia sebagai lawan.”
Nana akhirnya bingung mau berkata apa lagi. Ena hanya bisa manyun. Teman-teman sekelas hanya bisa pasrah.
***
Risa terlihat suram dari tadi. Kami bingung, bagaimana harus menghadapinya. Dia tidak mengatakan apa-apa semenjak pulang sekolah tadi sore. Rencana belajar bersama yang biasanya seru sekarang malah terasa sangat tidak nyaman.
Risa menatap halaman rumahnya dengan tatapan kosong tapi sesekali mendesah, memijit-mijit kepala dan akhirnya bengong lagi.
“Terjadi sesuatu dengan Naoki?” Nana akhirnya memecahkan kesunyian.
Risa langsung bereaksi menatap Nana. “Bagaimana ini Nana!! Huahuahuahuahuahua…” Tanpa aba-aba Risa langsung menumpahkan air matanya membasahi seragam Nana. Nana mencoba menenangkannya. Aku dan Ena hanya saling tatap tak mengerti.
Setelah tangisan Risa mereda. Sambil cegukan, Risa memberitahukan kami suatu informasi yang di sisi lain menyedihkan tapi di sisi lainnya lagi menguntungkan.
“Naoki cedera ! kakinya terkilir saat latihan kemarin. Dia sepertinya terlalu memaksakan diri. Padahal itu hanya pertandingan antar kelas. Aku bingung… aku pengen jenguk dia, tapi aku malu… kalian tahu sendiri kapan terakhir kali aku mengobrol dengannya.”
Mendengar Naoki cedera adalah suatu keberuntungan untuk kami. Tapi… tentu saja kami tidak menunjukkan raut wajah bahagia mendengar berita yang memang tidak mengenakkan ini.
“Mau aku temani?” entah kenapa tibna-tiba saja kata-kata itu keluar dari mulutku.
“Ka-kamu mau nemenin aku Maki-chan!! Ah!! Makasih !!” Risa terlihat begitu senang, langsung dipeluknya aku erat sekali.
“Kami juga akan nemenin kamu, biar kamu nggak malu.” Ena  dan Nana tersenyum ke Risa. Risa semakin terharu.
***
Aku sangat jarang melihat GeunSuk. Suatu keajaiban kalau kami bertemu. Kalau pun kami berpapasan, hanya aku saja yang tak bisa melepaskan pandanganku padanya.
Nana memencet mengetuk rumah Naoki. Risa berdiri di belakangku meremas lenganku sambil menyembunyikan diri seakan-akan ada segerombolan orang jahat mencarinya. Pintu akhirnya terbuka setelah tiga kali diketuk Nana. Nyonya Misuzaki begitu senang melihat kedatangan kami.
“Temannya Naoki yah? Ayo masuk…”
Kami langsung di bawa ke kamarnya Naoki yang letaknya di lantai 2. Rumah naoki begitu sederhana, kecil dan dipenuhi perabot rumah tangga yang dijejalkan rapi di sela-sela rumahnya. Adik-adiknya yang masih kecil kira-kira masih sekitar kelas 3 – 4 SD sedang asyik mencoret-coret kertas gambar yang berserakan di sekitar mereka. Saat kami melewati mereka, terlihat raut wajah ketakutan mereka melihat kami, aku berusaha tersenyum manis ke mereka, tapi mereka malah memeluk crayon mereka tambah erat.
Terlihat sinar lampu remang-remang merambat keluar dari kamar Naoki. Pintu kamar Naoki tampaknya terbuka.
“Masuk saja, Ibu siapkan makanan kecil dulu.” Nyonya Misuzaki tersenyum dan meninggalkan kami yang berdiri kikuk di samping kamar Naoki. Risa meremas lenganku lebih kencang dari tadi. Tangannya basah dia keringatnya bercucuran.
“Siapa di sana?” terdengar suara Naoki menyeru kami. Entah kenapa kami masih belum menampakkan wajah.
Nana sedikit ragu melihat reaksi Risa yang begitu tegang, tapi karena kami sudah terlanjur datang ke sini, Nana akhirnya menarik paksa kami.
“Eh! Kalian juga datang?” Ternyata Kei dan Ken sedari tadi menemani Naoki di sana. Aku melihat ke sekeliling kamar Naoki berharap ada tamu lainnya lagi. Risa terus menyembunyikan wajahnya di balik bajuku.
“Kalian datang sama siapa? Siapa itu dibalik badannya Maki?” Kei memicingkan mata.
“Risa?” Naoki ternyata menyadari keberadaan Risa. Risa begitu terkejut, dikendurkannya pegangan eratnya sedari tadi di lenganku. “Kenapa kamu harus sembunyi begitu?”
Risa menunduk malu,” Aku…”
“Sepertinya aku mematahkan kran kamar mandimu.” Tiba-tiba seseorang datang memotong kata-kata Risa.
Perhatian kami langsung tertuju ke orang itu. Menyadari semua orang memandangnya GeunSuk hanya terdiam. Sedangkan aku rasanya mau pingsan, karena aku berdiri tepat di depannya dan posisiku sekarang adalah posisi terdekat dengannya selama kami pernah bertemu. Tiba-tiba GeunSuk menoleh ke arahku, aku begitu terkejut langsung kualihkan pandanganku. Jantungku seketika itu rasanya mau melompat saja.
“Maaf lama menunggu, anak-anak.” Nyonya Misuzaki akhirnya datang mencairkan suasana. Sebelum memasuki kamar Naoki, matanya terhenti memperhatikan GeunSuk yang basah kuyup di bibir pintu.
“Kamu kenapa GeunSuk?”
GeunSuk tersenyum kecil,” Maaf… aku sepertinya merusak kamar mandi anda lagi.”
“Anda? Sudah berapa kali aku bilang. Jangan panggil anda… panggil Oka-san. Aku udah anggap semua teman anakku sebagai anakku sendiri… baiklah sekarang kamu lebih baik ganti baju, masalah kran biar Bapaknya Naoki yang urus.” Nyonya Misuzaki benar-benar Ibu yang baik. Aku terkesima.
“Baiklah Oka san.” GeunSuk cengar cengir seperti anak kecil, masuk ke kamar Naoki, membuka lemari dan Naoki segera memberi aba-aba baju mana yang GeunSuk bisa pakai. Setelah mendapatkan baju yang diarahkan Naoki, GeunSuk keluar lagi untuk mengganti baju. Setiap GeunSuk melewatiku aku menundukkan kepala, tapi entah kenapa aku merasa dia melihatku.
Setelah menawarkan beberapa potongan kue yang begitu menggiurkan dan sirup orange yang begitu segar ke kami, Nyonya Misuzaki keluar dengan ceria. Aku benar-benar merasa kerasan melihat senyuman ramahnya. Kami langsung duduk mengelilingi makanan di depan kami, hanya Naoki yang pasrah melihat kami di atas kasurnya yang tak berdipan.
“Kamu yakin GeunSuk bisa gantiin kamu?” Kata Kei sambil mengunyah kue yang baru saja disajikan.
“Tidak sepenuhnya, tapi GeunSuk bukanlah tipe yang menyerah kalau dia belum menguasai sesuatu.”
“Yah… aku paham sih, tapi… sepakbola adalah kerja tim.” Kali ini Ken yang menyahut.
Aku melihat Nana dan Ena geram mendengar kata-kata Kei dan Ken. “Kalau Naoki cedera seharusnya bagus dong, kalian jadinya tak ada alas an untuk kalian nggak ikut main.” Ena keceplosan.
Kali ini giliran Kei dan Ken yang geram melihatnya. Nana yang sedari dulu paling kalem, malah memukul Ena karena tak bisa menjaga bicaranya. Risa masih menunduk lesu, tapi dia sudah terlihat cukup santai. Naoki yang mendengar kata-kata Ena, bukannya kesal atau marah malah tertawa.
“Oh! Jadi kalian sempat berniat nggak ikut pertandingan? Kalian nggak mau membela kelas kalian? Kalian benar-benar mengecewakanku, padahal kalian adalah pemain yang sangat aku andalkan.” Naoki tiba-tiba berkata tegas. Ken dan Kei hanya menunduk.
Hening sesaat, sampai akhirnya GeunSuk kembali dari kamar mandi dan mengambil tempat duduk di dekat Kei atau tepat di depanku. Ekspresinya datar, melihat semua orang terdiam GeunSuk dengan santai memakan kue di depannya.
Tiba-tiba Risa terbatuk, Aku bergegas mengambil sirup di depanku, di waktu yang bersamaan GeunSuk juga meraih gelas yang sama, tangan kami tanpa sengaja bersentuhan. Spontan aku memandanginya, bola matanya yang hitam terlihat jelas olehku. Dia segera menarik tangannya dan kembali menikmati kuenya seperti tidak terjadi apa-apa. Aku berusaha untuk bersikap biasa dan segera menawarkan Risa minum. Risa meraih gelasku dengan tetap menunduk. Entah kenapa posisi yang diambilnya tepat di depan Naoki, walaupun jarak mereka cukup jauh, tapi Naoki bisa menatapnya secara langsung.
Sekali dua aku melihat kea rah Naoki, tatapannya lurus ke depan, mukanya terlihat sedih. Semenjak keceplosan tadi, Ena lebih banyak membisu, Nana pun tak tahu harus berkata apa, Ken dan Kei masih merasa tidak enak ke Naoki, mereka akhirnya hanya saling berbisik.
“Ano… keadaan kakimu bagaimana?” entah kenapa lidahku gatal karena suasana yang begitu kaku ini.
“eh?” Naoki seperti tersadar dari sesuatu, dia menatapku linglung.
“Besok dia udah bisa ke sekolah, tapi untuk tanding dia harus bersabar.” GeunSuk tanpa menatapku, menjawab pertanyaanku membuat Naoki tampak bodoh. Tangannya masih sibuk memotong kue itu sedikit demi sedikit dengan sendoknya.
“Syu..syukurlah… cederamu nggak terlalu parah.” Risa masih dalam posisi menunduk mencoba memberanikan diri untuk mengatakan sesuatu.
Naoki tersenyum kecil,” Terima kasih sudah mengkhawatirkanku.”
“Dia siapa?” sekali lagi Kei bertanya mengarahkan telunjukknya kearah Risa.
“Pacarmu Naoki?” Ken langsung saja menyambar.
Naoki langsung salah tingkah, Aku, Nana dan Ena langsung tersedak kue, Risa hampir menyemburkan minuman yang diminumnya. Hanya GeunSuk yang tidak berekspresi, masih sibuk menikmati krim kuenya.
“Kalian kenapa?” si Kembar menunjukkan muka polos yang mengarah ke bodoh.
“Namanya Risa dan dia sekelas dengan Naoki.” Nana menjelaskan sambil tersenyum.
“Tuh kan bener, tadi aku nggak salah denger, namanya emang Risa.” Kei tersenyum bahagia seperti baru saja menjawab suatu pertanyaan dengan benar.
Ken masih tampak berfikir,” Risa…Risa… “
“Ah… ini Risa yang nembak kamu itu kan Naoki?” Kei begitu girang karena telah mengingatnya.
Kali ini GeunSuk yang tersedak, di pukulnya dadanya  untuk mencoba menurunkan makanannya yang terasa tersangkut. Melihat tingkahnya, aku baru saja akan memberikannnya minum tapi Risa mendahuluiku, GeunSuk meraih minuman pemberian Risa tanpa pikir panjang.
“Kalian ini… dari tadi membuatku emosi saja, sudahlah kalian latihan saja sana, jangan karena mengira aku tidak ikut kalian menjadi santai.”
“Kami tidak santai, dan kami tidak pernah berharap kamu tidak ikut Naoki.” Kei merengek seperti anak kecil.
“Ya yah…aku mengerti, aku akan berusaha untuk segera sembuh supaya bisa bertanding dengan kalian.” Naoki menurunkan nada bicaranya.
“Ya… cepatlah sembuh, soalnya aku nggak bisa gantiin kamu.” GeunSuk untuk pertama kalinya sedari tadi menatap lawan bicaranya. “Baiklah… cepatlah sembuh yah…aku pulang.” GeunSuk bangkit dari duduknya mengambil tas yang ditaruhnya di meja belajar Naoki.
 “Hmmm… yah…. Sepertinya kamu emang butuh istirahat,” Ken menepuk pundak Naoki.” Kami pulang juga.”
“Kami ikut,” Entah kenapa aku langsung saja bangkit dari tempat dudukku, merasa tak ada gunanya berlama-lama di tempat Naoki.
Ternyata Nana dan Ena menyetujui keputusanku, tapi Risa terlihat berat.
“Kalau kamu mau, kami tungguin di luar yah… supaya kamu ada waktu bicara berdua aja sama Naoki,” aku membisikkan Risa, Risa langsung menolak dan ikut bersama kami.
Kami akhirnya pulang secara bergerombol dari rumahnya Naoki. 

to be continued...

tetep disimak yah... :)

8 komentar:

  1. sebenarnya udah mau komen dari kemarin pas selesai baca yg part 1...tapi . . . yah sudahlah

    waw, sy mau ketawa ada masuk kalimat Bapaknya Naoki..tiba2 Indonesia banget :D

    eh, ada yang udah ketebak...

    btw adek2nya Naoki kenapa ya, mereka bukan anak kecil lagi, udah kelas 3-4 SD tapi kenapa takut sama orang..dan sangat melindungi buku gambar..

    aigo...*kecerewetnya*

    BalasHapus
  2. jadi inget...duh malesin banget, malah blog sy yg gbs di-comment pake hape sy, padahal sy bisa komen ke blog Kiki. maksudnya, udah aja sy minta Kiki hapus chapta, di Kiki bisa eh malah gbs komen di blog sendiri..n sy gtw salah settingnya dmn..

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha oh kalau klas 3-4 SD udah besar yah, kkk srharusnya TK yah, hehehe ... maaf maaf, kkkk

      eh lucu yah? soale males mikir bahasa jepangne...

      apa yg ketebak Ran? :D

      tambah kebelakang tambah lucu Ran ceritane, tapi lumayan buat update postingan, hahay

      Hapus
    2. lanjutkan dulu....nanti sy bilang kalau tebakan sy bener apa salah..hehehe

      suka suka...jangan yg serius2.. :D

      Hapus
    3. yah ceritanya serius :( ... cm sy ngerasa cara sy ceritain tuh kayak gimana gtu, hahahaha...
      hmm sepertinya lagi tinggal 1 atau 2 kali postingan baru ceritanya selesai :D

      Hapus
  3. Balasan
    1. yang cool geunsuk yang di cerita ini atau yang aslinya, hahahaha

      Hapus
    2. yg di cerita ini,,kalau aslinya gak suka,,,,he

      Hapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)