Jumat, 27 September 2013

Tipe Darah B

Kumpulan twit dari @TipeDarah n @Blood_types
Aku nemuin beberapa twit yang ngena abis sama aku, bener banget.. bagaimana denganmu??

  1. Basa-basi bukan tipikal TipeDarah B, namun mereka gemar memberikan pernyataan implisit yang sebenarnya bertujuan mengingatkanmu.
  2. Ketertarikan TipeDarah B bukan pada hal yang disenanginya saja, di luar hobi pun mereka dapat menancapkan ketertarikan pada banyak hal.
  3. Selain berusaha tampil apa adanya, TipeDarah B tetap lebih memilih melakukan sesuatu dengan usaha sendiri.
  4. Type B are creative
  5. Type B are unpredictable.
  6. Adakalanya TipeDarah B tidak memperhatikanmu, namun itu bukan berarti mereka melupakanmu.
  7. Biarkan saja TipeDarah B membuatmu penasaran, karena mereka paling senang dengan hal yang berbau kejutan.
  8. Salah satu ciri B adalah menggebu-gebu pada sesuatu yg baru, namun sayangnya beresiko cepat bosan juga.
yah cukup segini dulu.... byk yg belum dikerjain...
CIAO...

Kamis, 26 September 2013

Huuff ~ Salah Paham bag.2


 “Hmm… maaf tapi kamu sudah salah paham!” KiKi hari itu dengan berat hati melangkahkan kaki ke panti, berharap dapat menemukan jalan keluar dari masalah yang mengganggunya akhir-akhir ini.
JunHyung menatap KiKi dengan penuh tanda tanya.”Salah paham? Mengenai apa?”
KiKi yang tadinya menunduk saat meminta maaf , mendongakkan kepala melihat reaksi JunHyung. “Hmm… mengenai pernyataan ngawur  yang dibilang Furukawa 3 hari yang lalu, aku…benar-benar minta maaf nggak langsung men-clear kannya.”
“Ooh... mengenai itu…” JunHyung tersenyum kecil,” Salah paham yah?? Hmm… apa kamu berfikir aku menyukaimu?”
KiKi terbelalak mendengar perkataan Junhyung,”Ja-jadi… reaksi waktu itu…?”
JunHyung tertawa, ini untuk pertama kalinya KiKi melihat ekspresi ini. Dia sedikit terkejut, JunHyung tertawa seperti  baru mendengar sebuah lelucon.
“Ehem..ehem… maaf… jadi sampai dimana kita tadi?”
KiKi masih terkejut, dipandanginya JunHyung seperti orang asing yang aneh.
“Hei!!” JunHyung mengembalikan kesadaran KiKi, KiKi tersadar layaknya orang yang baru ketiduran.
“Ah! Yah… ja- jadi kamu sebenarnya?”
“Hehe…Gomen..gomen…  aku nggak sengaja mendengar pembicaraan kalian.”
Kali ini KiKi benar-benar tersentak ,” Eiiiiiih!!!! Pembicaran yang mana?”
JunHyung masih cekikikan, didekatinya KiKi lalu dengan santai dia membisikkan sesuatu,”Kamu su-ka ama Yuki… desu yo?”
KiKi melotot, dipandanginya JunHyung dengan tatapan tak percaya. JunHyung menjulurkan lidah tengil. KiKi nggak pernah menyangka, kalau JunHyung ternyata Cuma  akting?! Rasa bersalahnya yang tadinya melekat begitu besar langsung meluap seketika.
“Lalu apa maksud dari tingkah menyebalkanmu waktu itu?!” Suara KiKi meninggi, Junhyung terbelalak.
“Ano… aku mau ngetes reaksi Yuki aja sih sebenarnya, kenapa dia harus bo’ong, padahal aku lihat sendiri kalau dia juga nguping.” KiKi melihat JunHYung dengan tatapan penuh tanda tanya.
“Ok… jadi… aku nggak sengaja lewat waktu itu, sebenarnya aku nggak ada niat nguping, tapi… aku lihat Yuki mengendap-endap dibalik pohon tempat kalian bisik-bisik…hmm waktu mau mendekat, aku dengar Wulan teriak kalau kamu suka ama Yuki.”
KiKi merasa benar-benar sudah dipermainkan, “Ka-kalian benar-benar nyebelin!!!!” KiKi menatap marah JunHyung dan dengan kesal dia pergi meninggalkannya, tapi belum jauh dia pergi dia kembali lagi,”Kalau Wulan sampai MATI! Itu semua karena KAMU! Oh… nggak ..itu  karena KALIAN!!!” Furukawa yang baru saja menampakkan diri ikut kena semprot KiKi, dia melongo nggak mengerti. Di tatapnya JunHYung yang seperti baru kena hentakan dahsyat, kaku. KiKi menatap kedua laki-laki yang berdiri penuh tanda tanya di hadapannya, matanya melotot marah. Lalu tanpa berkata apa-apa dia pun pergi.
“Kenapa kamu ke sini?” Sesaat setelah KiKi pergi,JunHyung akhirnya menyadari keberadaan Furukawa. Dia tiba-tiba aja jadi beneran kesal sama sahabatnya ini.
“Ouuuw… santai Hyung… Fujimaru sekarang di Jepang.”
“Fujimaru?? Mana dia sekarang?” JunHyung terlihat begitu antusias mendengar kabar itu, dia hampir lupa dengan apa yang baru saja dikatakan KiKi.
“Hah… lupakan dulu Fujimaru, apa kamu sudah lupa dengan apa yang baru saja dikatakan KiKi? Wulan bisa mati karena Kita… apa maksudnya??”
JunHyung menghela nafas. Kebahagiaan mendengar Fujimaru di Jepang langsung sirna. Ditatapnya Furukawa yang balik menatapnya bingung.
“Apa kamu tahu dimana dia tinggal?” JunHYung memecahkan kebingungan. Furukawa mengangkat kedua bahunya sambil menggeleng-gelengkan kepala.
***
“Aku benar-benar nggak nyangka, kalau aku benar-benar mirip dengan orang bernama YunHo ini.” Hiro memandangi  gambar Yunho-Tohoshinki .
“Sejak kapan kamu doyan Boyband?” Otoya ikut nimbrung memperhatikan gambar yang  sedang diperhatikan Hiro.
“Kamu… tahu dia?” Hiro terlihat sedikit shock.
“Hahaha… dia salah satu yang disukai Nina, BB dari Korea kan? Kenapa kamu tiba-tiba tertarik?”
“Hmm… Ilma memanggilkku dengan nama orang ini.”
“Ilma? Ah… perempuan yang dulunya ngejer kamu itu?” Hiro mengangguk. Otoya hanya tersenyum tak percaya.”Jangan-jangan dulu dia berfikir kamu Yunho… hahaha.”
“Mungkin…sepertinya dia sangat tergila-gila dengan laki-laki ini.”
“Oh yah… kamu pernah pake komputerku yah?”
Otoya yang tadinya cekikikan langsung diam.”Kamu udah liat yah?”
“Yah… siapa itu gadismanis? Perasaan aku nggak pernah meng-add orang dengan ID itu… lagian kenapa kamu harus pake ID-ku.”
Otoya tersenyum simpul,” Gomen… aku awalnya Cuma iseng, anaknya manis sih.Tapi… nggak tahu kenapa waktu dia ketemu Nina, dia tiba-tiba seperti ngehindar gitu. Kita udah nggak kontak lagi sekarang.”
“Hah… kenapa juga kamu harus pake ID-ku, emangnya kalau kamu mau kontak dia kamu mau pinjam ID-ku lagi?”
Otoya melirik Hiro dengan tatapan manja,”Hentikan!! Tatapan itu mengerikan..”
“Hiro ~.. boleh yah… kan kamu juga nggak doyan chatting kan…boleh..boleh..” Hiro merinding dengan rayuan Otoya, “Ok…pake..pake aja… huuff~.”
“Ouh Arigatou!! Hiro chan!!” Hiro menghindar jijik lihat rayuan Otoya.
“Katanya Jinki mau lanjutin sekolah ke Inggris?”
“Yup… dia berangkat hari sabtu pekan ini. Tadi katanya sih mau mampir sebentar kesini, kok dia belum datang yah?”
***
“Jinki… bukannya kamu sebentar lagi mau pergi, kenapa masih belum beres-beresin barang yang bakalan dibawa? Perasaan dari kemarin kamu pegang gitar terus….” Ibu Jinki terus mengomel, melihat ketidakpedulian Jinki akan keberangkatannya yang tinggal menunggu hari.
Jinki tidak memperhatikan ibunya yang members-bereskan barangnya. Perhatiannya terpusat pada kertas yang penuh dengan coretan-coretan. Berkali-kali terdengar suara petikan gitar dan desahan nafas lelah dan putus asa. Dia harus segera menyelesaikan lagu ini, sebelum dia meninggalkan Jepang.
***
“Wulchin!! Ada yang nyariin kamu nih…” Rani mengetuk-ngetuk pintu kamar Wulan.
Hening… tak ada jawaban.
Rani menatap lemas JunHyung dan Furukawa. “Sudah 3 hari Wulan ngurung diri di kamar, aku nggak tahu apa sebabnya, tapi… dia kayak gini semenjak dia pulang dari panti.”
JunHyung dan Furukawa hanya terdiam.
“Wulan masih belum keluar Ranchin?” Ilma yang baru setengah sadar, keluar sambil nguap dan garuk-garuk kepala, membuat penampilannya serba berantakan.
Sesaat matanya dan mata JunHyung bertemu. Sontak dia teriak, kaget.
“Ke-ke kenapa ada cowok di sini!!! Ranchin kok nggak bilang-bilang sih?” Mood Ilma yang tadinya jelek tambah jelek, dia segera masuk ke kamarnya. Rani Cuma terdiam, Oops.
***
“Jadi… gaya sok nervousnya itu cuma akting?” Wulan mencincang daging yang akan dimasaknya dengan geram.
“Aku juga kesel banget waktu denger itu. Makanya spontan aja aku bilang  kalau sampai Wulan mati itu semua karena kamu… hehehe waktu bilang gitu, muka JunHyung ama Furukawa kayak orang bloon, aku puas banget ngeliatnya.  Aku bahkan sampai harus nahan nafas biar nggak ketawa.” KiKi mulai menumis bumbu-bumbu yang sudah diracik oleh Rani.
“Yah… kata Ranchin muka mereka ngenes banget waktu ke sini nyariin aku, kkk… rasain!”
***
“Wah… kalau dilihat baik-baik dari ekspresi wajah kalian, kalian seperti sedang kena masalah yang kalian sendiri nggak paham, yah kan?” Fujimaru duduk diantara JunHyung dan Furukawa lalu merangkul mereka berdua,” Uuuh!! Aku kangen banget ama kalian!!” Katanya gemas.
JunHyung dan Furukawa berusaha melepaskan rangkulan Fujimaru yang hampir membuat mereka nggak bias bernafas.
“Hei!! Kamu beneran Fujimaru nggak sih!! Huuk huuuk… jangan-jangan kamu itu pembunuh bayaran yang nyamar jadi Fujimaru buat bunuh kami?” JunHyung mencibir, mengelus-elus lehernya.
“Wah.. Junhyung kenapa tuh? Tumben banget dia kayak gitu.” Fujimaru ngelirik Furukawa yang adem ayem. Furukawa Cuma mengangkat alis.
“Ini pasti masalah cewek, hmm… ayo cerita dong, aku ngerasa udah banyak ketinggalan berita nih.”
“Akhirnya ada yang suka ama Yuki…” JunHyung menaik turunkan alisnya nakal. Fujimaru mengerling Furukawa yang sekarang wajahnya memerah.
“Wah!! Siapa tuh cewek nggak normal yang bisa suka ama kamu ?hahaha!!!” Fujimaru tanpa tunggu aba-aba langsung ketawa sejadi-jadinya. Wajah memerah furukawa yang tadinya karena malu sekarang berubah menjadi wajah memerah penuh emosi. Dengan penuh dendam di gelitiknya pinggang Fujimaru, Fujimaru tambah nggak bias menahan ketawanya. Melihat adegan seru itu, JunHyung nggak mau ketinggalan bagian.
“Hahahahahahaha…hahahahaha…hahahahaha…hahahahaha…hahahaha…”
***
“Wow!! Daebak, kamu yang nulis lirik ini? Wah… buat nuna-mu itu lagi?” Otoya begitu terkesima melihat hasil jerih payah Jinki selama seminggu terakhir ini.
“Yah… aku udah coba cari musik yang pas, tapi… aku nggak bisa kosentrasi karena waktu keberangkatanku semakin dekat.”
Hiro memperhatikan lirik yang dibuat JinKi dengan seksama, sambil membacanya tanpa sadar dia membuat beberapa melodi. JinKi terperanjat dari duduknya.
“Aku suka! Aku suka itu Aniki!! Apa kamu bisa mengulangnya?”
Hiro menghela nafas… kembali membaca lirik itu dan mencoba kembali melantunkan beberapa melodi seperti sebelumya. JinKi menutup mata mencoba menikmati melodi dadakan itu. Otoya yang mendengar melodi itu segera mengambil gitarnya.
***
Rani melihat kalender yang terpajang manis di atas meja belajarnya. Tepat di samping kalender itu, bingkisan dari JinKi masih terbungkus rapi. Sejenak Rani berfikir untuk membukanya, tapi… beberapa detik kemudian dia mengurungkan niatnya. Tapi… bingkisan itu sudah membuat–nya  penasaran beberapa hari terakhir ini. Dengan berat hati dia mulai membuka bungkusan itu, saking ragunya, dia bahkan membuka bungkusan itu sambil memejamkan matanya.
Belum terbuka semuanya, Rani mencoba mengintip isi bingkisan itu. Tidak terlihat. Tiba-tiba dia menjadi mengurungkan niat lagi melanjutkan membuka bingkisan itu. Rani menghela nafas berat, di lemparkannya bingkisan itu di kasur.
Bersambung






Senin, 23 September 2013

Huuff~ "Salah Paham"

"Apa?! kamu suka ama Furukawa? gimana ceritanya?"
Wulan heboh saat KiKi membisiki dia sore itu di panti. Melihat reaksi lebai Wulan KiKi segera membungkam mulut Wulan sambil berjinjit. Maklum, tinggi Wulan jauh melebihi KiKi jadinya butuh tenaga ekstra untuk membungkamnya.
"Sstt... bisa nggak sih kamu nggak teriak gitu, ntar kalau ada yang denger kan gawat," KiKi melihat ke sekelilingnya, memastikan nggak ada yang mencuri dengar pembicaraan mereka.
Wulan masih cekikikan,"Aku kaget aja, habisnya dari kemarin kamu ngomel-ngomel terus. Bahkan kamu terlihat anti sama dia."
"Yah... makanya aku juga bingung, kayak sinetron aja rasanya. Tapi... nggak tahu nih, tuh muka nyebelin nongol terus di mimpiku akhir-akhir ini, terus sering kebayang tiba-tiba gitu. Huuff~ nyebelin banget harus inget dia terus." KiKi mencibir.
"Hahahaha... nikmatilah Ki, gitu dah rasanya kalau lagi "Pol in Lop"..." Wulan sangat menikmati reaksi yang diberikan KiKi dari semua hasil ejekannya.
"Pol in Lop? siapa?" Tiba-tiba entah dari mana Furukawa muncul aja diantara mereka. Wulan dan KiKi terperanjat.
"Gomen...aku nggak nyangka kalian begitu serius sampai kaget banget." Furukawa tanpa rasa bersalah tersenyum tengil.
"Hei!! aku kira kalian nggak datang," JunHyung berlari kecil mendekati mereka."Eh, Yuki... kamu datang juga? ada apa?"
"Nggak ada, aku lagi boring aja, Poyo-poyo kemarin dibawa Kyoko pulang."
"Orang tuamu datang?"
"Nggak, cuma Kyoko. Dia di sini selama seminggu, apartemenku menjadi berasa neraka."
KiKi dan Wulan hanya saling tatap mendengar perbincangan yang mereka tak mengerti. Tapi KiKi yang baru menyadari perasaannya mulai punya keingin tahuan tentang Furukawa yang besar, membuat lidahnya terasa gatal.
"Siapa Kyoko?" Dengan lantang KiKi bertanya, bukannya bertanya pada Furukawa, matanya malah tertuju ke JunHyung. Melihat Reaksi KiKi yang sedikit lebai, JunHyung sedikit tertegun. Dia menatap Furukawa, Furukawa ternyata juga memberikan ekspresi tak kalah herannya melihat reaksi tak terduga itu.
"Oh... adiknya Yuki. Jadi di sini Yuki tinggal sendiri, keluarganya..."
"Cukup..cukup... kamu nggak perlu jelasin panjang lebar gitu ..." Furukawa menepuk pundak JunHyung." Oh yah... aku tiba-tiba ingat percakapan kalian tadi... siapa yang sedang Pol in Lop? Wulan? atau..."
"KiKi!"Wulan spontan menunjuk KiKi, membuat KiKi merasa seperti tersengat listrik. Langsung matanya melotot ke arah Wulan.
"Oh... boleh aku tebak?" Furukawa nggak memperlihatkan reaksi yang berarti, dia malah tersenyum santai dan merangkul JunHyung," sama dia kan?"
Spontan muka JunHyung memerah, dia langsung melepas rangkulan Furukawa,"Ah... kamu ap-apaan sih... a-aku duluan ada yang perlu aku beresin." JunHyung memberikan respon yang tak terduga, entah kenapa dia menjadi salah tingkah, dan gugup.
Furukawa yang melihat reaksi JunHyung pun hanya terdiam tak percaya, mukanya terlihat sedikit shock. Wulan tak kalah kagetnya, kakinya bahkan tiba-tiba lemas. Dia tertunduk, menutup mulutnya dengan tangannya, jelas dia sangat shock. KiKi yang menjadi topik di sini menjadi orang yang serba salah. Dipandanginya Furukawa dengan kesal," Apa kamu mendengar pembicaraan kami semua?"
Furukawa mengerling," Hah...apa itu penting." Dia baru saja akan beranjak, KiKi menghalanginya." Ya..penting, apa kamu dengar semua?"
Furukawa kali ini menatapnya," Yah... se-mu-a... lalu kenapa?" Katanya menantang.
"Kenapa? lalu kenapa ...kenapa kamu..." KiKi sulit meneruskan kalimatnya.
"Kamu... kenapa denganku?" Furukawa semakin menekan KiKi, nggak seperti tadi, mukanya sekarang terlihat penuh kemenangan.
KiKi benar-benar kesal melihat tingkah Furukawa yang menyebalkan, tanpa pikir panjang tangannya melayang begitu saja menampar Furukawa.
"Ada apa denganmu!" Furukawa terlihat marah.
"Menyebalkan!! kalau kamu tahu aku suka sama kamu, kenapa kamu harus ... kamu harus menunjuk JunHyung!!" Tanpa sadar air matanya mengalir, perasaan malu dan marah bercampur menjadi satu. Setelah melancarkan tamparan mautnya, KiKi segera meninggalkan Furukawa yang sekarang terdiam kaku dengan tatapan kosong sembari tangannya masih berada di tempat dimana tamparan tadi mendarat.
"KiKi benar, kamu emang nyebelin!!" Kali ini Wulan menginjak kaki Furukawa. Terdengar Furukawa teriak-teriak kesal karena tingkah laku kedua gadis itu.
***
 "Apa itu?" Ilma melihat bingkisan yang sedari tadi dipandangi Rani sambil senyum-senyum sendiri.
"Entahlah... aku terasa berat membukanya."
"Kenapa? dari siapa sih." Ilma tanpa pikir panjang merampas bingkisan itu dari Rani. Rani spontan merebut bingkisan itu lagi.
"Wah... cepet banget tangan itu... mau ini dari siapa, bukan urusanmu...ok!" Rani segera memasuki kamarnya merasa keberadaan Ilma adalah suatu ancaman.
Ilma merebahkan dirinya di sofa, kembali rasa bosan menghampirinya. Wajah orang yang ditemuinya kemarin di kantin kembali terbayang. Berkali-kali dia mencoba untuk menghalau ingatan itu, tapi terasa sangat sulit. Akhirnya dia memutuskan untuk mencari udara segar di luar.
***
Rani memandangi terus bingkisan itu. Tiba-tiba ponselnya berdering.
Moshi moshi...
Nu..na...apa Nuna udah buka bingkisan itu?
Jinki terdengar agak berhati-hati memilih kata-katanya.Rani tertegun, dipandanginya lagi bingkisan itu.
Emangnya kenapa? apa aku harus melapor?
Kata-kata itu meluncur begitu saja, Rani merasa kata-katanya sedikit kasar. Lama dia menunggu jawaban Jinki.
Nuna masih marah sama aku?
Rani terdiam cukup lama. Dia sebenarnya nggak marah, dia hanya bingung  bagaimana seharusnya dia merespon.
Nggak... apa aku terdengar marah?
Iya... 
Rani tertegun.
Hmm.. Nuna... kalau aku pergi jauh apa Nuna bakalan kangen sama aku?
Terdengar suara Jinki memelas.
Apa maksudmu? kamu mau kemana?
Inggris... Aku akan melanjutkan sekolahku di Inggris.
Rani hampir menjatuhkan ponselnya karena badannya tiba-tiba saja menjadi lemas.
I..Inggris? ka-kapan kamu pergi?
Terdengar dengan sangat jelas suara Rani melemah.
Minggu depan... 
Oh...
Rani nggak tahu harus berkata apa, pikirannya tiba-tiba menjadi kosong.
Tapi Nuna!! aku janji!! aku nggak akan ngelirik cewek lain. Buatku hanya Nuna, hanya Nuna yang ada di hatiku.
Mendengar teriakan heboh Jinki di telpon, Rani bisa membayangkan bagaimana ekspresi wajahnya saat ini. Perasaan yang tadinya suram tiba-tiba terasa sedikit cerah. Kata-kata JinKi cukup menghibur untuknya. Walaupun terasa sangat gombal, tapi entah kenapa Rani berharap itu kenyataan.
Awas kalau kamu selingkuh
Tanpa sadar kata-kata itu keluar dari mulut Rani.
Selingkuh??... apa itu berarti...
Rani tiba-tiba tersadar dengan apa yang baru saja dia ucapkan
Ah eh...itu oh...
Tenggorokan Rani rasanya tercekat, dia benar-benar bingung harus  berkata apa.
Yah aku mengerti Nuna!! huuff~ sekarang aku benar-benar tenang, entah kenapa beban yang tadinya terasa berat sekarang menjadi ringan. Kalau Nuna berjanji akan menungguku, aku juga akan berjanji tidak akan melirik perempuan lain. Tidak... walaupun Nuna nggak mau menungguku, aku tetap nggak akan melirik perempuan lain.
Kata-kata Jinki yang benar-benar meyakinkan membuat Rani kehilangan kata-kata. Dia nggak memberikan respon apa pun.
hati hati... aku sepertinya nggak dapat mengantarmu...
Nuna nggak sanggup melihatku pergi?
Itu... aku sibuk.
Baiklah... aku mengerti...
Suara Jinki terdengar kecewa.
Bye Nuna...
Mendengar kata-kata itu, Tiba-tiba Rani nggak rela membiarkan JinKi pergi. Baru saja dia akan mengatakan sesuatu sambungan telpon terputus. Waktu dia mencoba menelpon lagi, jaringan telpon sibuk. Seketika itu Rani menjadi resah.
***
Di kafe...
 "Sendiri?"
Ilma melihat laki-laki yang menyapanya, betapa kagetnya ia.
"Yun...Yunho?" Ilma gagap seperti melihat hantu.
"Yunho??" Laki-laki itu mengernyitkan kening."Hiro...Yamada Hiro... boleh aku duduk?"
Ilma merasa sedikit malu, tapi dia segera mempersilahkan laki-laki itu untuk duduk tepat di depannya.
"Hmm... sepertinya kamu lupa sama aku." Yamada menatap Ilma yang dari tadi terus menatapnya tanpa berkedip.
"Ah...itu...maaf..tapi aku akhir-akhir ini melihat orang seperti orang lain." Ilma tersenyum kecil, malu.
"Orang lain? jadi aku sekarang terlihat seperti orang lain?"
"Hmmm..hehe sepertinya," Ilma menggaruk kepalanya yang nggak gatal,"Kamu tahu YunHo? anggota Tohoshinki?"
"To...Toho..?"
"Tohoshinki...huuff, aku kira boyband itu cukup laris di Jepang." Ilma bergumam sendiri. Yamada hanya menatapnya bingung.
"Memangnya kenapa dengan ..siapa tadi... Toho--toho itu?"
"Tohoshinki, jadi... aku akhir-akhir ini merasa melihat cowok itu seperti Yunho."
"Oh...jadi... sekarang kamu lihat aku seperti Yunho itu?" Yamada terlihat mengerti.
"Yah... begitulah... jadi aku nggak tahu apa aku ingat kamu apa nggak."
Yamada termangu menatap Ilma. "Hmm... baiklah... aku rasa saat ini bukan saat yang tepat untuk mengatakan itu, aku akan tunggu sampai kamu bisa melihat orang seperti aslinya." Yamada tersenyum mencoba untuk mengerti," Tapi... ingat yah... namaku Yamada Hiro...jangan sebut nama yang lain lagi." Yamada tersenyum manis, dan  meninggalkan Ilma yang hanya melongo mengiyakan setiap yang dikatakannya.
***
KiKi memutuskan untuk segera pulang. Sambil terisak-isak dia menaiki bis. Seseorang menawarkan sapu tangannya.
"Putus cinta yah?"
Mendengar kata-kata orang itu, KiKi langsung mengurungkan niat untuk menerima tawaran sapu tangan itu. Ditatapnya wajah orang itu.
"Air mata itu... terlihat seperti kamu baru habis disakiti, hmmm..." Orang itu mendekatkan wajahnya menatap KiKi dengan seksama.
"Hei!! apa-apaan kamu?" KiKi mendorong badan orang yang duduk di sampingnya itu.
Orang itu tersenyum geli,"Hahaha... kamu lucu, kamu pikir aku akan macam-macam sama kamu?"
"Semua perempuan akan berfikir kamu itu laki-laki nggak benar. Lagipula, kamu siapa? peramal? sok nebak air mata orang," KiKi entah kenapa menjadi sebal.
"Wah galak amat, aku jadi semakin yakin dengan tebakanku tadi."
"Huuff~ "
"Miura..." Laki-laki itu menyodorkan tangannya.
"Apa?" KiKi menatap tangan yang disodorkan di depannya.
Laki-laki itu meraih tangan KiKi dan menggenggamnya," Hiruma Miura, salam kenal." Laki-laki itu tersenyum nakal.
KiKi menjadi salah tingkah, kalau dilihat baik-baik, laki-laki itu cukup tampan," KiKi...itu saja." KiKi segera melepaskan tangan laki-laki itu.
"Ki-Ki-- haha nama yang unik." Laki-laki itu memainkan tangannya di bibir. KiKi hanya terdiam, perasaannya campur aduk saat ini.
***
"JunHyung...?"
"Eh??"
"Airnya kepenuhan."
"Oh...!!"
JunHyung segera mengambil lap untuk membersihkan luapan air yang dituangnya. Dari tadi fikirannya melayang entah kemana. Dia susah sekali untuk fokus.
"Kamu..baik-baik saja?" Wulan menatap JunHyung dengan khawatir.
"Ah..i-iya... tentu saja." JunHyung masih saja kikuk.
"Apa kamu suka ... Ki-Ki?" Dengan berat hati Wulan bertanya, dia sampai nggak berani menatap JunHyung.
Seperti dugaannya, JunHyung memberikan respon yang tak disukainya.
PRAAANG...
Tanpa sengaja gelas yang sedang dipegang JunHyung terlepas dari genggamannya." Ah...!!" JunHyung terlihat salah tingkah," Ma..maaf..hmm...aduh... sepatumu jadi basah, a-akan aku ambilkan lap, tunggu sebentar yah... aku.."
"Cukup...haaah... cukup..." Wulan terlihat terpukul, dia sampai nggak bisa lagi membendung air mata yang sedari tadi di tahannya. " A-aku pulang saja." Wulan berlari meninggalkan JunHyung tanpa menatapnya. JunHyung hanya terdiam merasa tidak nyaman.
BUUKK!! Wulan menabrak Furukawa.
"Maaf..." Wulan berlari menunduk tanpa memperhatikan apa yang dilaluinya, matanya berair, dia tidak bisa melihat dengan jelas. Furukawa membantunya berdiri, tapi melihat air mata Wulan, dia tidak berkata apa-apa. Badan Wulan terasa lemas, dan bergetar.
Dari kejauhan terdengar suara derap langkah kaki mendekat. Ternyata JunHyung dengan nafas tersengal berhenti di tempat Furukawa melongo berdiri.
"Apa kamu lihat Wulan?"
Furukawa menatap JunHyung, berfikir sejenak lalu berkata," Yah... ada apa dengan kalian?"
"Entahlah...aku bingung, setelah bertanya apa aku suka KiKi, Wulan tiba-tiba menangis." JunHyung mencoba mengatur nafasnya.
"Lalu... kamu jawab apa? apa kamu suka sama dia?" Furukawa memperhatikan reaksi yang akan ditunjukkan JunHyung.
JunHyung berfikir sejenak, tidak seperti tadi, dia sekarang sedikit lebih tenang."Hmm.. entahlah, hanya saja aku senang kalau dia menyukaiku."JunHyung tersenyum, Furukawa mengernyitkan alis.
"Berarti kamu belum menyukainya," Furukawa menepuk pundak JunHyung sambil tersenyum lega. Baru saja Furukawa akan meninggalkan JunHyung masih dengan senyum lega-nya, JunHyung menjawab,"Kenapa kamu berfikir begitu? aku bilang aku senang dia menyukaiku, itu karena aku tertarik dengannya." Kali ini JunHyung menepuk pundak Furukawa sambil tersenyum. Furukawa terdiam, menatap JunHyung tak percaya.
"Apa?... kamu menyukainya...?? haha Tapi... kamu hanya tertarik kan ...bukan berarti kamu menyukainya." Furukawa bergumam sendiri masih tidak menerima pernyataan JunHyung.
"Ada apa sih denganmu? apa kamu juga menyukainya?"
"Apa? Menyukai? aku? dia? hah?? no way.... " Furukawa menjadi salah tingkah,"Lebih baik kamu segera menyusul Wulan saja, keadaanya sepertinya sedang tidak baik."
JunHyung menatap Furukawa,"Mencoba mengganti topik? huuff... kamu dari dulu sampai sekarang emang nggak berubah. Tadi dia kearah mana?"
Furukawa menunjukkan arah kemana Wulan pergi." Dia sudahpergi cukup lama, semoga dia masih terkejar."
"Yah... terimakasih udah ngehalangin aku." JunHyung dengan senyum sinis meninggalkan Furukawa.

Bersambung






Sabtu, 21 September 2013

Sok Sibuk

Akhir-akhir ini aku sedang bergulat dengan penelitian yang seperti nggak ada ujungnya. Larutan indukku udah mau abis tapi dataku masih ngawur... aku stress minta ampun dibuatnya. Tiap hari aku mikirin "what should I do" walaupun akhirnya " Just do waht you can do" ...so... begitulah my day dipenuhi oleh "berfikir berfikir dan berfikir"

ngeliat temen-temen yang always update postingan, kadang aku iri juga. Berbagai ide cerita silih berganti tiap harinya. Tapi bukannya aku tuangkan dalam bentuk tulisan, ide itu malah cuma menuhin otakku doang. Kalau seandainya ide itu bisa aku buat cerita pasti lumayan buat ngilangin uneg-unegku. Tema cerita yang nggak biasa aku buat itu sekarang udah meluap waktu aku coba buat inget ulang, malah jadinya nggak inget-inget tapi campur aduk. aku jadinya sekarang lebih doyan nulis apa yang aku alami sehari-hari.

well... sepertinya aku akan sedikit cerewet hari ini...hehe
Ciao

Odieyo??

Cerita berantai? awalnya berfikir begitu, tapi setelah terhenti di Ilma, cerpen ini seperti terlupakan... sedih juga waktu baca cerita yang cukup menggugah otak buat ngehasilin berbagai macam ide, waktu baca lagi aku berfikir kok bisa ide keren ini muncul tiba-tiba, kira-kira aku bisa lanjutin lagi nggak yah?? so berikut cerita yang dulu sempat aku susun beserta rentetan cerita lanjutannya oleh teman-temanku...
awal cerita, Apa bisa kembali lagi? (by Rany), Sang petualang science (by Yiq)... sesaat setelah membuat awal dari cerita ini aku sebenarnya udah ngedapetin karakter-karakter masing-masing tokoh dan mau dibawa ke mana ceritanya, tapi... setelah membuatnya menjadi cerita berantai aku nemuin berbagai macam karakter yang di luar perkiraanku dan cerita yang berbeda hampir 180 derajat dengan yang aku udah bayangin, tapi... itulah letak serunya menggambungkan berbagai macam ide dari berbagai macam kepala. Aku sebenarnya masih nunggu Ilma buat lanjutin cerita ini mengisi kekosongan cerita salah satu karakter, Viona...tapi entahlah kapan itu akan terealisasi.  Awalnya aku  pengen buat cerita kalau mesin waktunya ditemuin, bukan dibuat oleh si jenius Zack, tapi... berhubung cerita udah kelar, so..kita ikuti aja alurnya... semakin di luar perkiraan semakin menantang buat ngerangkai cerita lanjutannya.Selain itu, yang seru adalah bagaimana kami maasing-masing menceritakan setiap sudut pandang dan karakter setiap tokoh. Memang, kita baru mengerti cerita kita tersampaikan atau nggak waktu kita minta temen kita buat lanjutin cerita yang udah kita buat. Seru?? of course... hanya saja apa sekarang nih penulis2 cerpen masih niat buat lanjutin yah, setelah awalnya ngasih komen positif, sekarang di tengah kesibukan dan ketertarikan yang udah beda apa mereka masih nait yah?? huff.. entahlah... ide itu emang kalau udah terlalu lama disimpen bisa melempem, makanya harus segera disalurin...
well aku rasa aku harus calling mereka satu persatu lagi nih, kkk... Apa lagi dengan semakin ahlinya mereka buat cerita pasti nggak butuh waktu lama buat ngehasilin ide baru lagi... go go minna...!!
Annyong...!!

Jumat, 20 September 2013

Dari Asia ke Eropa

01.30 pm
Hari itu tepat jam 01.30 pm, Kak Y udah ngajak aku ke pameran komputer yang kebetulan batas akhirnya yah..hari itu. Udah siap-siap beres-beresin jas lab, rapiin meja, cuci-cuci peralatan lab, dan siiip aku siap berangkat. Tapi... bukan hidup namanya kalau nggak ada hambatan. Dengan tas udah di punggung, Mbak T tiba-tiba minta tolong, hmmm mungkin lebih tepatnya ngajak diskusi masalah hasil penelitiannya. Dengan ilmu seadanya, aku pun mencoba buat bantu sekedar kasih komen lebih tepatnya. Setelah bergulat dengan berbagai pendapat dan pertanyaan, akhirnya muka suntuk Kak Y membuat Mbak T akhirnya mengizinkan kami pergi.

02.00 pm
Aku mengikuti Kak Y yang jalannya super cepet. Sebelum pergi kami berencana ke kantin dulu buat ngisi perut dan basahin kerongkongan. Eh... nggak tahunya aku ketemu ama Al, ternyata dia berencana buat foto larutannya bentar di lab, yah kami ajak juga aja. Berhubung Mbak T nggak mau diajakin jadinya kami berusaha maksa si A buat ikut, hihihi.

02.30 pm
Singkat cerita, dengan muka gondok Al ngeliat kami yang datang sambil nyengir kuda setelah setengah jam berkutat di kantin.

04.00 pm
Akhirnya kami ngedapetin giliran buat naik Bis TJ setelah nunggu hampir sejam setengah dan udah ngelewatin hampir 3 atau 4 bis. Alhamdulillah... walaupun pada akhirnya tetep nggak bisa duduk, tapi... nggak apalah.
Nggak lama berdiri layaknya orang yang sedang surfing, akhirnya aku dapet tempat duduk, Yay!!!
Baru saja aku duduk, bis dipenuhi lagi oleh penumpang yang jumlahnya lebih bejibun dari sebelumnya. Tapi... walaupun bejibun...aku tetep bisa nikmatin perjalanan, karena...hehehehe bisa cuci mata. Jadi ternyata diantara rimbunnya manusia, ada beberapa turis Jepang, kurang lebih sekitar 9 orang, para mahasiswi/a Keio University, asli bo' muka cewek-ceweknya... muluuus buanget... tapi cowoknya jerawatan, hehe... Huuss tapi ada juga sih yang enak dipandang, nyam nyam ... Karena penuh, mereka terpaksa harus berdiri, wah... para cewek-cewek Jepang ni heboh banget!!
Aku berkali-kali cekikikan ngeliat mereka... setelah hampir dua pemberhentian bis kami lewati, akhirnya mereka dapat tempat duduk tepat di sampingku. Tepat waktu mereka duduk salah satu dari cewek Jepang itu bilang "Omoshiroi bla..bla..bla..." tepat di telingaku, aku jelas kaget, ngerasa diajakin ngomong aku langsung noleh tapi bertepatan dengan itu, cewek di sampingnya ngerespon "sore ne~"... aku pun langsung memalingkan muka, malu tepatnya...
Mereka pun mulai ngobrol sesamanya, 2 cewek disampingku dan 1 cowok tepat di depanku. Aku memasang telingaku baik-baik.... tapi tetap aja nggak denger. Cuma sekilas berasa di Jepang aja, di kereta yang penuh sesak, hohoho... ngimpi kok di siang bolong..weleh weleh....
Baru saja aku menikmati jalan-jalan di Jepang... eh... mereka udah siap-siap turun aja, si cewek kembali heboh "Eh?!! Koko!!" ternyata mereka mau ke Prambanan... wah Sayonara dah Minna... Tunggu ane suatu hari liburan ke sana yah....doaku dalam hati.

Aku mulai bosan, tapi ternyata tak lama setelahnya masuk lagi rombongan bule. Sayang.... udah berumur semua, hehehehe. Berbeda ama anak2 brondong dari Jepang, ni om-om ama tante-tante bule bawaannya buanyak banget, tas berkilo-kilo seabrek dah jumlahnya... aku dan Al dan Kak Y sampai merapatkan diri. Mereka...lagi-lagi duduk tepat di samping dan di hadapanku. Mereka ribuuuuut banget...."Was Wes Wos..." wah kalo ini ora mudeng aku.
"Ki.. itu bule kira-kira dari mana yah?" Al tiba-tiba aja nanya. Aku juga jadinya penasaran terus pasang telinga baek-baek.
"Antara Spanyol ama Itali," Jawabku masih ragu.
Tiba-tiba bule yang duduk tepat di depanku ngomong sambil nunjuk-nunjuk aku dan temannya, dengan nada kayak pengen ketawa. Aku pun jadi curiga, tanpa ngeliat tuh bule coba berfikir apa yang kira-kira diketawain. Nggak butuh waktu lama... aku langsung nemu perihal asal muasal tawa itu. Ternyata gaya tanganku persis ama gaya tangan salah satu bule yang di tunjuk-tunjuk tadi... Ampuuun aku jadi kikuk di buatnya, berhubung mereka nggak tahu bahasaku dan aku nggak tahu bahasa mereka jadi bodo amat. Dengan gaya nggak tahu menahu aku pun ngasih tahu Kak Y dan Al perihal kenapa tuh bule ketawa-tawa ngeliat aku, aku pun cerita sambil ketawa sambil ngubah posisi tanganku biar perubahannya terlihat normal nggak kayak orang nyadar gitu. Si bule-nya sih fine-fine aja dan tetap ama gaya tangan ala superman yang sedang terbang. Kalo aku mah udah tengsin... setelah lama denger mereka ngobrol aku pun akhirnya ambil kesimpulan kalau mereka itu orang Itali. Tapi.... waktu kami mau turun... ternyata si bule yang nunjuk-nunjuk tadi sambil da-da an bilang..."Adios" sambil senyum-senyum gitu... aku jadi salting deh, hehe....
Tapi karena itu aku jadi tahu kalau bulenya orang Spanyol...hoho....

yah sekian dulu...aku mau pulang dulu...
Adios!!