Kamis, 06 Juni 2013

Woooah!!! Ada Bang Tere Liye!!!



woooah!! setelah sempat kecewa karena nggak lolos untuk ikut pelatihan penulisan #JustWrite2, hari ini  kekecewaan itu sedikit terobati...

Kenapa?

tentu saja karena hari ini aku bisa menatap langsung penulis yang sudah dua kali bukunya aku bahas di blog ini. 


Siapa lagi kalau bukan Bang Tere Liye, penulis yang kerap kali disangka perempuan lantaran namanya. 

Dari Talk Show yang diadakan oleh BEM KM UGM ini, aku akhirnya dapat melihat langsung penulis yang karyanya membuatku tergelitik untuk menulis. Seperti yang telah aku katakan sebelumnya waktu membahas bukunya, aku sangat menyukai bagaimana Tere Liye menceritakan setiap detail dari alur cerita yang terasa mengalir dan aku sampai bisa membayangkan dengan jelas apa yang ingin beliau sampaikan. 

Kembali kukatakan, aku pada dasarnya tidak gemar membaca. Aku hanya membaca saat aku memang ingin membaca. Alhamdulillah, aku masih sanggup membaca buku tanpa ilustrasi, aku masih sanggup membaca buku berpuluh-puluh lembar sampai ratusan. Tapi... aku masih sangat sulit sekali mendapatkan mood membaca setiap saat. Hari ini, Bang Tere Liye memberikan kami semangat serta alasan kenapa kami harus memulai untuk menulis dan mulai membekali diri kami dengan amunisi yang melimpah.

Bang Tere Liye, dengan kostum kasual yaitu kaos oblong putih dengan syal serta topi rajut berwarna hijau dipadani dengan sandal jepit hijau, sempat membuat MC menjadi salah tingkah karena berpakaian formal. Tapi... itulah beliau, tampil seadanya membuatnya tampak begitu sederhana sebagaimana cerita-cerita yang kerap diangkatnya, sederhana tapi kaya makna. Ok... aku emang belum banyak membaca karya beliau, tapi menurutku, yang membuat cerita beliau menarik selain dari ide cerita adalah bagaimana beliau memainkan kata-kata yang sederhana menjadi menarik tetapi tidak malah membuat kata-kata itu menjadi sulit untuk dicerna. Yeah... paling tidak itu menurutku, seperti yang telah disampaikan Bang Tere tadi, setiap orang memiliki sudut pandang tersendiri dalam mencerna suatu tulisan, jadi tak heran jika ada kelompok orang yang menyukai suatu tulisan sampai mengagungkan tulisan itu tapi ada sekelompok orang lainnya yang malah merasa tulisan itu tak berarti apa-apa.

Sayang... aku tidak sempat menulis apa yang Bang Tere sampaikan tadi. Bukannya malas, aku hanya ingin berkonsentrasi memahami setiap wejangan yang beliau sampaikan. Aku tahu, yang kulakukan ini seharusnya tidak menjadi kebiasaanku, karena ilmu itu harus ditulis. Aku tiba-tiba teringat dengan masa turunnya Al- Qur'an. Saat itu tak banyak orang arab yang pandai menulis, tapi hafalan mereka sangat kuat. Oleh karena itu, banyak sekali sahabat yang menghafal Al-Qur'an. Hanya saja, pada masa ke-khalifah-an Abu Bakar ra, banyak sahabat penghafal Al-Qur'an yang gugur di medan jihad, sehingga saat itu Umar bin Khattab ra berinisiatif menggabungkan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis di berbagai media, ada pelapah kurma, batu dsb. Setelah akhirnya tersusunlah Al-Qur'an dengan urutan sesuai petunjuk Rasulallah, pada zaman Utsman bin Affan ra, Al Qur'an diperbanyak dan tersebar luas di berbagai pelosok negeri sampai sekarang. 

Woaaah malah jadi mengingat sejarah. Kembali lagi ke topik. Pagi tadi, Bang Tere Liye memberikan berbagai hentakan semangat melalui beberapa cerita yang Woooaahh!! banget. Walaupun tidak sempat menulisnya aku masih inget  setiap cerita itu, karenanya sebelum lupa aku akan mengulasnya... get ready!! :P

aku hanya akan menceritakan satu dari sekian banyak cerita yang sempat diceritakan Bang Tere tadi, kisah yang wah banget menurutku yaitu  Kisah 3 Dokter Cantik

Jadi dikisahkan ada 3 mahasiswi kedokteran yang berparas cantik, serta berperingai baik dan berotak encer. 3 Mahasiswi ini berteman baik, mereka satu kelas serta satu kos-kosan, tak heran jika mereka menjadi sangat dekat. Waktu pun berlalu. Setelah melewati getar getir kehidupan kampus, mereka akhirnya lulus bersama-sama dengan menyandang gelar dokter. Saat itu mereka bertiga berjanji 10 tahun yang akan datang, mereka akan bertemu kembali dan saat itu mereka masing-masing harus menceritakan apa saja yang mereka kerjakan dan mereka lalui. 

Singkat cerita, akhirnya 10 tahun pun berlalu. Dalam kurun waktu yang tak singkat itu, ketiga dokter cantik itu masing-masing menyimpan cerita yang luar biasa. Saat mereka akhirnya bertemu dan berkumpul, mulailah salah satu dari mereka bercerita, sebut saja namanya si "A". Dia menceritakan bagaimana pengalamannya mengabdi selama ini di suatu pelosok yang mungkin tak banyak dokter mau mengunjunginya, disana dia mengobati pasien tanpa pandang bulu dari jam 8 pagi sampai jam 1 malam.Tak jarang dia mengobati tanpa menerima bayaran, hal tersebutlah yang membuatnya selalu ramai dikunjungi pasien sehingga dalam sepuluh tahun terakhir, dia sudah mengobati sekitar  100.000 pasien atau sekitar 10.000 pasien per tahun. Kedua sahabatnya kagum dengan cerita si A, maka tibalah giliran si B untuk bercerita. 

Lain halnya dengan si A, si B mengabdikan dirinya sebagai dokter bencana alam. Kerjaan si B selama 10 tahun adalah mengunjungi setiap wilayah yang tertimpa bencana, baik itu bencana alam atau pun peperangan. Hampir setiap daerah di pelosok negeri ini yang mengalami bencana telah dia kunjungi, tak luput negara-negara yang kerap mengalami konflik, sebut saja Palestina. Jadi, jika dikalkulasikan, paling tidak dia telah mengobati kurang lebih sekitar 120.000 pasien, lebih banyak daripada si A. Si A dan C takjub dengan cerita si B.

Akhirnya, tibalah giliran si C yang bercerita. Kedua sahabatnya terlihat begitu antusias mendengarkan cerita si C. Bagaimana tidak, dari ketiga dokter ini, prestasi akademik si C yang paling bagus, tak heran jika kedua sahabatnya ini membayangkan hal yang lebih hebat dari yang telah mereka lakukan. Tapi... wajah si C tampak tak ceria. Setelah menghela nafas sejenak, dia pun mulai bercerita.
"Kalian tahu kan, tak lama setelah kelulusan kita, ibuku sakit-sakitkan. Aku adalah anak beliau satu-satunya yang dapat menemani beliau. 6 tahun aku lewatkan untuk menjaga ibuku sampai akhirnya aku kalah oleh waktu. Ibuku meninggal, sedih sekali rasanya tapi aku tidak boleh meratapi nasib. Setelah kepergiannya aku mulai kembali membenah diri memikirkan masa depanku, cita-citaku sebagai dokter yang sempat tertunda. Semangat yang telah lama kukubur ini kembali bergejolak. Namun, Tuhan memberikanku cerita lain. Tak lama dari sepeninggal ibuku, suamiku jatuh sakit. 2 tahun kulewati menjaga suamiku yang sakit. Alhamdulillah suamiku sembuh, tapi... semangatku saat itu sudah sirna. Aku merasa sudah sangat terlambat sekali untuk menggapai cita-citaku sebagai dokter, mungkin inilah titik aku menyerah dengan cita-citaku. Tapi... entah kenapa, kebiasaan yang telah kulakukan 8 tahun terakhir begitu terasa manfaatnya saat ini. Aku masih teringat, bagaimana frustasinya aku saat harus membuang jauh cita-citaku karena aku harus menjaga ibuku yang sakit-sakitan. Saat teman-temanku yang lain mengejar mimpinya, aku malah tetap berkutat di tempat, tak ada prestasi yang bisa kubanggakan. Aku mungkin saat itu sangat putus asa, tapi untungnya aku tidaklah meratapi nasibku. Aku tidak berdiam diri, untuk mengisi waktu, aku mulai menulis tips-tips kesehata yang kuharapkan dapat memberi manfaat bagi yang membacanya. Tak pernah kusangka, setelah lama menulis, ada yang tertarik untuk menerbitkan tulisanku, sehingga saat ini tulisanku telah tercetak lebih dari 30.000 eksemplar."

Mendengar cerita si C, si A maupun si B berdecak kagum. Bagaimana tidak, tanpa keluar dari sarangnya (baca: rumah/tempat tinggal), Si C telah membagikan ilmunya yang inshaAllah bermanfaat ke banyak orang tanpa terkecuali,tak menutup kemungkinan bukunya sampai ke pelosok-pelosok negeri. Yeah.. begitulah intinya. Jadi... begitu dahsyatnya sebuah tulisan, sampai bisa membawa manfaat bagi orang lain tanpa kita harus bertatap muka dengan mereka.

Hmm... cerita kedua intinya hampir sama... yaitu kita tidak perlu berputus asa dengan keadaan kita yang mungkin membuat kita tak bisa kemana-mana karena kita masih bisa memberikan manfaat kepada orang lain tanpa harus pergi kemana-mana.

Huuufff... hebat... ada dari perkataan beliau yang aku garis bawahi yaitu semua tulisan itu sama, tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk jika isinya adalah untuk kebaikan, yang membuatnya berbeda adalah apakah tulisan itu relevan dengan pembaca.

 
Beliau juga menegaskan, menulis itu ada 3 level. Level pertama adalah tulisan untuk kepuasan diri dan menyenangkan diri sendiri, Level kedua tulisan yang bermanfaat bagi orang lain dan Level  ketiga adalah level tersulit yaitu tulisan yang dapat menginspirasi orang lain. Yeah kalau memang masih susah menulis yang kira-kira bermanfaat untuk orang lain yah paling tidak bisa memuaskan diri sendiri dulu, karena pada dasarnya menulis itu sangat bagus untuk meluruhkan penat, stress serta uneg-uneg yang mungkin kerap hinggap mengganggu keseharian kita. Bagi yang doyan nulis diary pasti tahu bener gimana rasanya saat emosi atau perasaan yang meluap setelah dituangkan lewat tulisan akan membuat kita menjadi merasa lebih baik karena ada tempat menyalurkan-nya.
Oh yah… seperti yang kita ketahui, banyak sekali penulis sukses yang bukunya telah diterbitkan sampai berjuta-juta eksemplar, sehingga royalty yang didapatkannya bisa menghidupi generasinya sampai tujuh turunan, sebut saja JK. Rowling. Kesuksesan ini tak luput jadi perhatian para penulis, sehingga ada beberapa penulis yang mungkin menulis untuk itu. Tak masalah, setiap orang memiliki tujuan masing-masing dalam menulis, hanya saja sebaiknya saat menulis janganlah memikirkan hal itu, karena saat semua yang kita inginkan itu tercapai (anggap saja seperti buku kita menjadi best seller, buku kita di filmkan, kita menjadi tenar) selesai sudah semangat menulis itu. Oleh karenanya pesan Bang Tere jangan bertujuan untuk royalty karena tujuan menulis itu tidaklah sesederhana itu.
Tiba-tiba jadi teringat, jika sekarang tulisan dihargai per-eksemplar, jaman dulu para penulis mendapatkan royalty tergantung dari seberapa berat buku yang mereka tulis, semakin berat yah semakin banyak dinar yang mereka dapatkan.

Hmmm… karena tadi nggak mencatat, aku jadi lupa pesan Bang Tere yang lain. Oh yah… gaya menulis itu akan muncul dengan sendirinya seiring dengan terbiasanya kita menulis. Aku jadi ingat dengan nada kita mengaji, akan muncul dengan sendirinya seiring dengan seringnya kita mengaji. Jadi… pada awal penulisan, tak masalah kita mengikuti gaya menulis penulis yang kita sukai atau penulis yang mungkin baru saja karyanya kita baca. Jika kita memang rajin menulis, menulis apa saja, maka lama kelamaan kita akan terbiasa menulis apa pun itu, sehingga gaya menulis itu akan muncul dengan sendirinya.

Jangan Lupa! Pada dasarnya setiap tulisan itu memiliki inti yang sama (contoh sederhana saja cerita cinta, pasti ada cewek-cowok-orang ketiga) ç ini aku comot langsung dari kata-kata bang Tere, yang membuat tulisan-tulisan itu berbeda adalah diri kita. Jadi … penulis itu harus dapat berfikir kreatif sehingga membuat suatu benda atau pun apa pun itu yang bagi orang kebanyakan adalah benda atau hal yang biasa saja, oleh penulis menjadi suatu hal yang luar biasa, atau cukup lah berfikir di luar box atau di luar pikiran orang kebanyakan.

Berfikir kreatif tidaklah mudah, kita harus sering mengasahnya. Caranya?? Hmm…oooh… eeeh… <berfikir keras>…yah pokoknya begitulah, aku kasih contoh sederhana dah… jadi sekali lagi, cerita ini berasal langsung dari bang Tere. Jadi saat beliau berkunjung ke sebuah SD aku lupa tepatnya dimana, Bang Tere menyuruh anak-anak SD yang kurang lebih berjumlah 500 saat itu untuk menulis tulisan dari kata “hitam.” Hampir seluruhnya menulis hitam itu adalah warna bla bla bla, tapi dari sekian banyak anak itu ada satu anak yang tulisannya menarik perhatian Bang Tere.. isinya kurang lebih begini (kok aku tiba-tiba lupa yah..)..
Perempuan itu hitam manis,tapi saat sudah tua manisnya hilang tinggal hitam doang.
Ada juga di tempat yang berbeda, seorang anak dengan fikiran kreatif menulis ..
Hitam itu selalu terlambat …. (aku skip karena lupa) kemana-mana dia selalu terlambat, sampai pada akhirnya mejikuhibiniu meninggalkannya naik ke langit sehingga tidak ada hitam di pelangi.
Dan masih banyak lagi contoh cerita anak-anak yang berfikir kreatif…

Wah… aku nggak menyangka akhirnya aku meng-update blog ku setelah beberapa hari terakhir aku hanya buka -tutup blog ini karena bingung mau nulis apa. 

Oh yah foto Bang Tere yang di atas tuh ternyata bukan foto anaknya, hehe melainkan foto anak fansnya… Bang Tere sampai heran kok bisa foto itu tersebar luas… tapi Bang Tere mah enjoy aja.. wong tadi juga banyak yang minta tanda tangan, eh… bukunya bajakan… Bang Tere tetep tanda tanganin…uuuh… salut dah… Beliau katanya nggak marah kalau karyanya dijiplak, yang marah malah orang lain (baca: penerbit) hehe… beliau juga sedikit membagi pengalaman bagaimana dulu beliau ditolak beberapa penerbit, pokoknya seru dah. Satu hal lagi, ternyata lama waktunya Bang Tere menulis mengalahkan umurku hehe (25 tahun)…

Ma… sampai disini dulu dah celotehku mala ini, nggak nyangka udah jam sepuluh aja…kalau lagi nulis gini emang nggak berasa, hihihi

Makasih bagi yang baca…
Au revoir!!

3 komentar:

  1. oh ini bang tere liye...sama, awalnya mengira beliau adalah si mbak2... ^_^ w

    ah sy merasa masih bolak-balik di level 1 dan 2, hihiii....level 3 uwaaa. level 3 uwaaaaaa. nggak berharap juga ke sana..sangat berharap, semoga apa2 yg udah dibuat bisa bermanfaat. mungkin nggak bermanfaat, tapi setidaknya menghibur. orang senang bacanya, sudah alhamdulillah itu..

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup... so far qt baru berada d level 1, tapi seiring dengan kebiasaan kita menulis, ntah kapan qt pasti akan mencapai peningkatan level, inshaAllah... just enjoy what we have done... pada dasarnya menulis itu menyenangkan, so that is it... have fun... :D

      Hapus
    2. that is it...have fun~~~~~~ :D

      Hapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)