woooah!!
setelah sempat kecewa karena nggak lolos untuk ikut pelatihan penulisan
#JustWrite2, hari ini kekecewaan itu sedikit terobati...
Kenapa?
tentu saja karena hari ini aku bisa menatap
langsung penulis yang sudah dua kali bukunya aku bahas di blog ini.
Dari Talk Show yang diadakan oleh BEM KM UGM ini,
aku akhirnya dapat melihat langsung penulis yang karyanya membuatku tergelitik
untuk menulis. Seperti yang telah aku katakan sebelumnya waktu membahas
bukunya, aku sangat menyukai bagaimana Tere Liye menceritakan setiap detail
dari alur cerita yang terasa mengalir dan aku sampai bisa membayangkan dengan
jelas apa yang ingin beliau sampaikan.
Kembali kukatakan, aku pada dasarnya tidak gemar
membaca. Aku hanya membaca saat aku memang ingin membaca. Alhamdulillah, aku
masih sanggup membaca buku tanpa ilustrasi, aku masih sanggup membaca buku
berpuluh-puluh lembar sampai ratusan. Tapi... aku masih sangat sulit sekali
mendapatkan mood membaca setiap saat. Hari ini, Bang Tere Liye memberikan kami
semangat serta alasan kenapa kami harus memulai untuk menulis dan mulai
membekali diri kami dengan amunisi yang melimpah.
Bang Tere Liye, dengan kostum kasual yaitu kaos
oblong putih dengan syal serta topi rajut berwarna hijau dipadani dengan sandal
jepit hijau, sempat membuat MC menjadi salah tingkah karena berpakaian formal.
Tapi... itulah beliau, tampil seadanya membuatnya tampak begitu sederhana
sebagaimana cerita-cerita yang kerap diangkatnya, sederhana tapi kaya makna.
Ok... aku emang belum banyak membaca karya beliau, tapi menurutku, yang membuat
cerita beliau menarik selain dari ide cerita adalah bagaimana beliau memainkan
kata-kata yang sederhana menjadi menarik tetapi tidak malah membuat kata-kata
itu menjadi sulit untuk dicerna. Yeah... paling tidak itu menurutku, seperti
yang telah disampaikan Bang Tere tadi, setiap orang memiliki sudut pandang
tersendiri dalam mencerna suatu tulisan, jadi tak heran jika ada kelompok orang
yang menyukai suatu tulisan sampai mengagungkan tulisan itu tapi ada sekelompok
orang lainnya yang malah merasa tulisan itu tak berarti apa-apa.
Sayang... aku tidak sempat menulis apa yang Bang
Tere sampaikan tadi. Bukannya malas, aku hanya ingin berkonsentrasi memahami
setiap wejangan yang beliau sampaikan. Aku tahu, yang kulakukan ini seharusnya
tidak menjadi kebiasaanku, karena ilmu itu harus ditulis. Aku tiba-tiba
teringat dengan masa turunnya Al- Qur'an. Saat itu tak banyak orang arab yang pandai menulis, tapi hafalan mereka sangat kuat. Oleh karena itu, banyak sekali sahabat yang menghafal Al-Qur'an. Hanya saja, pada masa ke-khalifah-an Abu Bakar ra, banyak sahabat penghafal Al-Qur'an yang gugur di medan jihad, sehingga saat itu Umar bin Khattab ra berinisiatif menggabungkan ayat-ayat Al-Qur'an yang ditulis di berbagai media, ada pelapah kurma, batu dsb. Setelah akhirnya tersusunlah Al-Qur'an dengan urutan sesuai petunjuk Rasulallah, pada zaman Utsman bin Affan ra, Al Qur'an diperbanyak dan tersebar luas di berbagai pelosok negeri sampai sekarang.
Woaaah malah jadi mengingat sejarah. Kembali lagi
ke topik. Pagi tadi, Bang Tere Liye memberikan berbagai hentakan semangat
melalui beberapa cerita yang Woooaahh!! banget. Walaupun tidak sempat
menulisnya aku masih inget setiap cerita itu, karenanya
sebelum lupa aku akan mengulasnya... get ready!! :P
aku hanya akan menceritakan satu dari sekian
banyak cerita yang sempat diceritakan Bang Tere tadi, kisah yang wah banget
menurutku yaitu Kisah 3 Dokter Cantik
Jadi dikisahkan ada 3 mahasiswi kedokteran yang
berparas cantik, serta berperingai baik dan berotak encer. 3 Mahasiswi ini
berteman baik, mereka satu kelas serta satu kos-kosan, tak heran jika mereka
menjadi sangat dekat. Waktu pun berlalu. Setelah melewati getar getir kehidupan
kampus, mereka akhirnya lulus bersama-sama dengan menyandang gelar dokter. Saat
itu mereka bertiga berjanji 10 tahun yang akan datang, mereka akan bertemu
kembali dan saat itu mereka masing-masing harus menceritakan apa saja yang
mereka kerjakan dan mereka lalui.
Singkat cerita, akhirnya 10 tahun pun berlalu.
Dalam kurun waktu yang tak singkat itu, ketiga dokter cantik itu masing-masing
menyimpan cerita yang luar biasa. Saat mereka akhirnya bertemu dan berkumpul,
mulailah salah satu dari mereka bercerita, sebut saja namanya si "A".
Dia menceritakan bagaimana pengalamannya mengabdi selama ini di suatu pelosok
yang mungkin tak banyak dokter mau mengunjunginya, disana dia mengobati pasien
tanpa pandang bulu dari jam 8 pagi sampai jam 1 malam.Tak jarang dia mengobati
tanpa menerima bayaran, hal tersebutlah yang membuatnya selalu ramai dikunjungi
pasien sehingga dalam sepuluh tahun terakhir, dia sudah mengobati sekitar
100.000 pasien atau sekitar 10.000 pasien per tahun. Kedua sahabatnya kagum
dengan cerita si A, maka tibalah giliran si B untuk bercerita.
Lain halnya dengan si A, si B mengabdikan dirinya
sebagai dokter bencana alam. Kerjaan si B selama 10 tahun adalah mengunjungi
setiap wilayah yang tertimpa bencana, baik itu bencana alam atau pun
peperangan. Hampir setiap daerah di pelosok negeri ini yang mengalami bencana
telah dia kunjungi, tak luput negara-negara yang kerap mengalami konflik,
sebut saja Palestina. Jadi, jika dikalkulasikan, paling tidak dia telah
mengobati kurang lebih sekitar 120.000 pasien, lebih banyak daripada si A. Si A
dan C takjub dengan cerita si B.
Akhirnya, tibalah giliran si C yang bercerita.
Kedua sahabatnya terlihat begitu antusias mendengarkan cerita si C. Bagaimana
tidak, dari ketiga dokter ini, prestasi akademik si C yang paling bagus, tak
heran jika kedua sahabatnya ini membayangkan hal yang lebih hebat dari yang
telah mereka lakukan. Tapi... wajah si C tampak tak ceria. Setelah menghela
nafas sejenak, dia pun mulai bercerita.
"Kalian tahu kan, tak lama setelah kelulusan
kita, ibuku sakit-sakitkan. Aku adalah anak beliau satu-satunya yang dapat
menemani beliau. 6 tahun aku lewatkan untuk menjaga ibuku sampai akhirnya aku kalah oleh waktu. Ibuku meninggal, sedih sekali rasanya tapi aku tidak boleh
meratapi nasib. Setelah kepergiannya aku mulai kembali membenah diri memikirkan
masa depanku, cita-citaku sebagai dokter yang sempat tertunda. Semangat yang
telah lama kukubur ini kembali bergejolak. Namun, Tuhan memberikanku cerita
lain. Tak lama dari sepeninggal ibuku, suamiku jatuh sakit. 2 tahun kulewati menjaga
suamiku yang sakit. Alhamdulillah suamiku sembuh, tapi... semangatku saat itu
sudah sirna. Aku merasa sudah sangat terlambat sekali untuk menggapai
cita-citaku sebagai dokter, mungkin inilah titik aku menyerah dengan
cita-citaku. Tapi... entah kenapa, kebiasaan yang telah kulakukan 8 tahun
terakhir begitu terasa manfaatnya saat ini. Aku masih teringat, bagaimana
frustasinya aku saat harus membuang jauh cita-citaku karena aku harus menjaga
ibuku yang sakit-sakitan. Saat teman-temanku yang lain mengejar mimpinya, aku
malah tetap berkutat di tempat, tak ada prestasi yang bisa kubanggakan. Aku
mungkin saat itu sangat putus asa, tapi untungnya aku tidaklah meratapi
nasibku. Aku tidak berdiam diri, untuk mengisi waktu, aku mulai menulis
tips-tips kesehata yang kuharapkan dapat memberi manfaat bagi yang membacanya.
Tak pernah kusangka, setelah lama menulis, ada yang tertarik untuk menerbitkan
tulisanku, sehingga saat ini tulisanku telah tercetak lebih dari 30.000
eksemplar."
Mendengar cerita si C, si A maupun si B berdecak
kagum. Bagaimana tidak, tanpa keluar dari sarangnya (baca: rumah/tempat
tinggal), Si C telah membagikan ilmunya yang inshaAllah bermanfaat ke banyak
orang tanpa terkecuali,tak menutup kemungkinan bukunya sampai ke
pelosok-pelosok negeri. Yeah.. begitulah intinya. Jadi... begitu dahsyatnya
sebuah tulisan, sampai bisa membawa manfaat bagi orang lain tanpa kita harus
bertatap muka dengan mereka.
Hmm... cerita kedua intinya hampir sama... yaitu
kita tidak perlu berputus asa dengan keadaan kita yang mungkin membuat kita tak
bisa kemana-mana karena kita masih bisa memberikan manfaat kepada orang lain
tanpa harus pergi kemana-mana.
Huuufff... hebat... ada dari perkataan beliau
yang aku garis bawahi yaitu semua
tulisan itu sama, tidak ada yang baik dan tidak ada yang buruk jika isinya
adalah untuk kebaikan, yang membuatnya berbeda adalah apakah tulisan itu
relevan dengan pembaca.
Beliau juga menegaskan, menulis itu ada 3 level. Level pertama adalah tulisan untuk kepuasan diri dan menyenangkan
diri sendiri, Level kedua tulisan
yang bermanfaat bagi orang lain dan Level ketiga adalah level
tersulit yaitu tulisan yang dapat
menginspirasi orang lain. Yeah kalau memang masih susah menulis yang
kira-kira bermanfaat untuk orang lain yah paling tidak bisa memuaskan diri
sendiri dulu, karena pada dasarnya menulis itu sangat bagus untuk meluruhkan
penat, stress serta uneg-uneg yang mungkin kerap hinggap mengganggu keseharian kita.
Bagi yang doyan nulis diary pasti tahu bener gimana rasanya saat emosi atau
perasaan yang meluap setelah dituangkan lewat tulisan akan membuat kita menjadi
merasa lebih baik karena ada tempat menyalurkan-nya.
Oh yah… seperti yang kita ketahui, banyak sekali
penulis sukses yang bukunya telah diterbitkan sampai berjuta-juta eksemplar,
sehingga royalty yang didapatkannya bisa menghidupi generasinya sampai tujuh
turunan, sebut saja JK. Rowling. Kesuksesan ini tak luput jadi perhatian para
penulis, sehingga ada beberapa penulis yang mungkin menulis untuk itu. Tak
masalah, setiap orang memiliki tujuan masing-masing dalam menulis, hanya saja
sebaiknya saat menulis janganlah memikirkan hal itu, karena saat semua yang
kita inginkan itu tercapai (anggap saja seperti buku kita menjadi best seller,
buku kita di filmkan, kita menjadi tenar) selesai sudah semangat menulis itu.
Oleh karenanya pesan Bang Tere jangan bertujuan untuk royalty karena tujuan
menulis itu tidaklah sesederhana itu.
Tiba-tiba jadi teringat, jika sekarang tulisan dihargai
per-eksemplar, jaman dulu para penulis mendapatkan royalty tergantung dari
seberapa berat buku yang mereka tulis, semakin berat yah semakin banyak dinar
yang mereka dapatkan.
Hmmm… karena tadi nggak mencatat, aku jadi lupa
pesan Bang Tere yang lain. Oh yah… gaya menulis itu akan muncul dengan
sendirinya seiring dengan terbiasanya kita menulis. Aku jadi ingat dengan nada
kita mengaji, akan muncul dengan sendirinya seiring dengan seringnya kita
mengaji. Jadi… pada awal penulisan, tak masalah kita mengikuti gaya menulis
penulis yang kita sukai atau penulis yang mungkin baru saja karyanya kita baca.
Jika kita memang rajin menulis, menulis apa saja, maka lama kelamaan kita akan
terbiasa menulis apa pun itu, sehingga gaya menulis itu akan muncul dengan
sendirinya.
Jangan Lupa! Pada dasarnya setiap tulisan itu
memiliki inti yang sama (contoh sederhana saja cerita cinta, pasti ada
cewek-cowok-orang ketiga) ç ini aku comot langsung dari
kata-kata bang Tere, yang membuat tulisan-tulisan itu berbeda adalah
diri kita. Jadi … penulis itu harus dapat berfikir kreatif sehingga membuat
suatu benda atau pun apa pun itu yang bagi orang kebanyakan adalah benda atau
hal yang biasa saja, oleh penulis menjadi suatu hal yang luar biasa, atau cukup
lah berfikir di luar box atau di luar pikiran orang kebanyakan.
Berfikir kreatif tidaklah mudah, kita harus
sering mengasahnya. Caranya?? Hmm…oooh… eeeh… <berfikir keras>…yah
pokoknya begitulah, aku kasih contoh sederhana dah… jadi sekali lagi, cerita ini
berasal langsung dari bang Tere. Jadi saat beliau berkunjung ke sebuah SD aku
lupa tepatnya dimana, Bang Tere menyuruh anak-anak SD yang kurang lebih
berjumlah 500 saat itu untuk menulis tulisan dari kata “hitam.” Hampir
seluruhnya menulis hitam itu adalah warna bla
bla bla, tapi dari sekian banyak anak itu ada satu anak yang tulisannya
menarik perhatian Bang Tere.. isinya kurang lebih begini (kok aku tiba-tiba lupa
yah..)..
Perempuan
itu hitam manis,tapi saat sudah tua manisnya hilang tinggal hitam doang.
Ada juga di tempat yang berbeda, seorang anak
dengan fikiran kreatif menulis ..
Hitam itu
selalu terlambat …. (aku skip karena lupa)
kemana-mana dia selalu terlambat, sampai pada akhirnya mejikuhibiniu
meninggalkannya naik ke langit sehingga tidak ada hitam di pelangi.
Dan masih banyak lagi contoh cerita anak-anak
yang berfikir kreatif…
Wah… aku nggak menyangka akhirnya aku meng-update blog ku setelah beberapa hari terakhir aku hanya buka -tutup blog ini karena bingung mau
nulis apa.
Oh yah foto Bang Tere yang di atas tuh ternyata
bukan foto anaknya, hehe melainkan foto anak fansnya… Bang Tere sampai heran
kok bisa foto itu tersebar luas… tapi Bang Tere mah enjoy aja.. wong tadi juga
banyak yang minta tanda tangan, eh… bukunya bajakan… Bang Tere tetep tanda
tanganin…uuuh… salut dah… Beliau katanya nggak marah kalau karyanya dijiplak,
yang marah malah orang lain (baca: penerbit) hehe… beliau juga sedikit membagi
pengalaman bagaimana dulu beliau ditolak beberapa penerbit, pokoknya seru dah. Satu hal lagi, ternyata lama waktunya Bang Tere menulis mengalahkan umurku hehe (25 tahun)…
Ma… sampai disini dulu dah celotehku mala ini,
nggak nyangka udah jam sepuluh aja…kalau lagi nulis gini emang nggak berasa,
hihihi
Makasih bagi yang baca…
Au revoir!!
oh ini bang tere liye...sama, awalnya mengira beliau adalah si mbak2... ^_^ w
BalasHapusah sy merasa masih bolak-balik di level 1 dan 2, hihiii....level 3 uwaaa. level 3 uwaaaaaa. nggak berharap juga ke sana..sangat berharap, semoga apa2 yg udah dibuat bisa bermanfaat. mungkin nggak bermanfaat, tapi setidaknya menghibur. orang senang bacanya, sudah alhamdulillah itu..
yup... so far qt baru berada d level 1, tapi seiring dengan kebiasaan kita menulis, ntah kapan qt pasti akan mencapai peningkatan level, inshaAllah... just enjoy what we have done... pada dasarnya menulis itu menyenangkan, so that is it... have fun... :D
Hapusthat is it...have fun~~~~~~ :D
Hapus