Rabu, 12 Juni 2013

Huuff~ "Kamu Kenapa?"



http://www.global.keio.ac.jp/mt/img/en/undergrad/economics.jpgKiKi memandangi ponselnya berkali-kali,"Huuff~" dia menghela nafas untuk ke sekian kalinya. Sudah seminggu berlalu semenjak Furukawa memberikan emailnya. Tapi...  dia masih ragu untuk menghubunginya.
"Kamu kenapa?" Wulan menghampiri KiKi yang sedari tadi mengaduk-aduk makanannya.
"Wah ...stress nih anak, sini makananmu buat aku aja.." Baru saja Wulan mau mengambilnya, KiKi segera mengambil kari-nya dari atas meja.
"Ow..ow ..ow.. ada apa ini," Ilma datang membawa makanannya, seperti biasa dia hanya membeli roti dan sebotol susu.
"Apa kamu kenyang hanya dengan makan itu? kita ini orang Indonesia, belum makan namanya kalau belum makan nasi."
Ilma hanya tersenyum kecil menanggapi kata-kata Wulan," Maaf  Wulchin, kali ini aku benar-benar lapar, so nothing for you."
KiKi cekikikan, ini bukan pertama kalinya Wulan meminta roti Ilma secara tidak langsung. Sebelumnya dia juga pernah meminta roti tapi dengan kata-kata," Apa kamu nggak bosen Ma makan roti terus?" pernah juga," Ma... kalau kamu kebanyakan makan roti, nanti pipimu tambah chubby loh." pernah juga," Eh Ma... roti itu ada jamurnya."
Paraaaah, tapi Ilma yang sebenarnya menyadari semua itu seperti tak peduli dan selalu berbagi dengannya. Hanya saja, hari ini dia tidak mau berbagi, dia bahkan tidak menatap Wulan dan KiKi sama sekali, dia sedikit aneh.
KiKi yang tadinya cekikikan terdiam."Kamu kenapa?" tanpa sadar KiKi dan Wulan bertanya bersamaan.
"Huuff~ " Ilma mengangkat wajahnya setelah sedari tadi menunduk.
"Eeeeh!!" KiKi dan Wulan terperanjat melihat mata Ilma yang bengkak dan hitam.
"Kamu nggak bersihin maskaramu yah sebelum tidur? apa kamu nggak pernah bercermin tadi pagi?" Wulan langsung menyemburkan berbagai pertanyaan.
"Aku baru saja menembak orang yang wajahnya mirip Yun-Ho itu..." sedikit terisak Ilma kembali menunduk.
"Apa kamu udah gila?!" Wulan tanpa sadar berteriak sembari bangkit dari tempat duduknya, sontak kantin yang tadinya riuh mendadak sepi.
KiKi yang menyadari banyaknya tatapan yang mengarah ke mereka, segera menenangkan Wulan," Duduk Wulchin, duduk.."
"Sebaiknya kita bicara di taman saja," KiKi menarik kedua sahabatnya itu untuk keluar.
==
Di taman
"Baiklah..sekarang, ceritakan kepada kami, selengkap-lengkapnya." KiKi duduk diantara Wulan dan Ilma.
Lama Ilma terdiam," Apa aku bisa duduk di samping Wulan?" tanyanya kemudian.
"Ah..yah tentu saja..." sahut KiKi.
Sambil menunduk Ilma duduk diantara KiKi dan Wulan. KiKi maupun Wulan saling tatap melihat keanehan sikap Ilma. Ilma masih saja terdiam dan menunduk.
"Hihihihihihi.." tiba-tiba terdengar suara cekikikan. KiKi dan Wulan sampai melihat ke sekeliling mereka, tak ada orang, sontak bulu kuduk mereka berdiri.
"Aaah!!!" Ilma tiba-tiba berteriak sambil merangkul kedua sahabatnya itu,gemas. KiKi dan Wulan  spontan ikut berteriak.
"Kenapa kalian ikut teriak?" Ilma menatap KiKi dan Wulan, heran.
Wulan dan KiKi juga menatap Ilma, bingung.
Hening... mereka saling tatap penuh tanya.
"Woi!! kalian ngapain duduk bertiga tapi kayak patung gini, kaku banget, sepi pula.." Rani yang baru pulang dari dokter hewan terlihat begitu ceria.
"Chin-gu udah nafsu makan lagi?" tanya KiKi.
"Yup... ternyata, ada tulang ikan yang nyangkut di giginya. Sama seperti kasus yang pernah di alami Manis."
"Yeah.. kucing jaman sekarang, giginya payah..."
"Bener banget..." sahut Rani. " Oh yah... apa yang kalian lakukan di sini, sebentar lagi kuliah dimulai."
Wulan melirik Ilma, Rani langsung mengerti. "Oh... ada yang punya cerita buat dibagi nih.."
Ilma baru saja akan mengatakan sesuatu, tiba-tiba ada yang datang menghampiri mereka.
"Maaf, bisa minta waktumu sebentar?" orang yang disebut Yun-Ho itu datang dengan nafas tersengal-sengal.
Ilma segera bangkit dari tempat duduknya,”Hmm maaf guys, aku pergi bentar.”
Ketiga sahabatnya memperhatikan mereka berdua dari kejauhan. Sekitar 10 menit mereka berbicara, Ilma terlihat mengeluarkan air mata, si Yun-Ho menjadi salah tingkah dan berusaha menenangkan Ilma. Tak lama setelahnya Yun-Ho melambaikan tangan sambil tersenyum sebelum akhirnya pergi, Ilma membalas lambaian tangan itu dengan malas. Dia kemudian menghampiri sahabatnya yang sudah semangat menanti ceritanya.
"Ayo kita kuliah... "Ilma dengan malas mengambil tasnya.
Ketiga sahabatnya hanya saling tatap." Huuff~ sepertinya kita harus bersabar sampai 2 jam ke depan." sahut Rani.
***
Furukawa san, kapan kira-kira kita bisa bertemu? :)
KiKi
"Ah.~.." Untuk ke sekian kalinya KiKi menghapus email yang rencananya ditujukan ke Furukawa. Dia sampai tidak memperhatikan kuliah yang diberikan, padahal Yukawa sensei sedang memberikan penjelasan dengan semangat yang menggebu-gebu.

"Kamu kenapa sih?" Rani berbisik sambil menyenggol tangan KiKi.
"Nggak apa-apa.." jawab KiKi sambil berbisik.
"Eh?? KiKi lihat di sampingmu.." Rani menyenggol tangan KiKi lebih keras dari sebelumnya.
"Iya..iya.." sahut KiKi malas sambil melihat di samping tempat duduknya.
Furukawa entah kenapa menoleh ke arahnya, sempat mata mereka bertemu, Furukawa lalu tersenyum. KiKi begitu terkejut sampai hanya mengedap-ngedipkan matanya.Segera dia alihkan pandangannya.
"Sejak kapan dia ikut kuliah ini?" tanya KiKi sambil berbisik ke Rani.
"Entahlah... aku rasa kemarin dia nggak ada deh."
Rrrrr Rrrr... ponsel KiKi bergetar, segera diambilnya di kantong jaketnya.
Bagaimana kalau kita ketemuan ntar sore? apa kamu sibuk?
Yuki
Kiki tertegun membaca email yang baru diterimanya, tapi akhirnya dia membalasnya
Ok, dimana? aku nggak sibuk kok.
KiKi
KiKi mencoba melirik Furukawa, tapi Furukawa terlihat sibuk mencatat materi kuliah.
==
"Jadi? kamu baru saja diterima tapi langsung ditolak?? berarti sebelum dia tiba-tiba datang itu, sebenarnya dia udah nerima kamu?" Wulan seperti tak habis pikir sambil berkecak pinggang, dia mondar mandir dan berkali-kali menghela nafas.
Ilma mengangguk," Padahal aku sengaja berakting lemas untuk buat kejutan ke kalian, tapi... ternyata aku benar-benar menjadi lemas setelah dia memutuskanku."


Ilma menunduk lemas, saat itu mereka berada di toko roti hanya untuk menenangkan Ilma yang suka sekali makan roti. Tapi... kali ini, dia tidak menyentuh roti kesukaannya sama sekali.
"Yah... aku juga terlalu memaksakan diri sih... padahal aku tahu kalau si YunHo udah suka cewek lain, tapi liat dia yang bersedih setelah ditolak, aku jadi nggak tahan."
"Yah... kamu boleh aja menghibur dia, tapi apa perlu ampe nembak dia segala, lagipula kamu bukannya baru kenal dia?" KiKi mengernyitkan kening.
"Huuff~... HAH!! aku bener-bener pabo gatte!! ...seperti orang bodoh!!... hanya karena dia mirip YunHo aku jadi kayak gini!! Ilma tiba-tiba meremas-remas kepalanya sambil berteriak,“ aku hanya berharap dia nggak bersedih lagi, karena aku dengar katanya putus cinta obatnya cinta baru." Sambungnya dengan lemas.
Mendengar pernyataan Ilma, sontak ketiga sahabatnya tertawa, Ilma memang benar-benar drama freak.
"Stop stop stop ...dari tadi si YunHo..si YunHo, namanya sebenarnya siapa sih? lagipula buat apa kita bahas cowok yang nggak konsisten itu, setelah nerima kamu eh dia malah mutusin kamu hanya karena cewek yang baru putusin dia cintanya juga bertepuk sebelah tangan, hah~ kisah cinta itu rumit banget sih."
Rani menyeruput minumannya, dia tidak sadar semua mata tertuju padanya.
"Kenapa?" tanyanya sewot.
"Kamu lagi marahan yah ama JinKi?" Ilma nyengir, disambut Wulan dan KiKi yang cekikikan.
"Apa maksud mu? JinKi? hah! nggak penting banget dibahas... " Rani kembali menyeruput minumannya.sampai habis.
Tanpa disadari Rani, Wulan membuka FB Jinki. "Woaah!! pantesan dia kesel sendiri...lihat!!" Wulan memperbesar foto profil JinKi. Rani yang melihatnya langsung bereaksi.
"Hei!! sejak kapan kamu!! Rani mengejar Wulan yang sudah bersiap menuju ke pintu, dia mengangkat ponselnya  tinggi-tinggi sampai Rani tak bisa menggapainya. Baru saja Wulan mau membuka pintu, pintu terbuka sendiri dan ...
Segerombolan laki-laki masuk. Dandanan mereka sedikit gothik. Mereka melirik ke arah Wulan dan Rani yang melongo.
"JinKi!!" Rani ternyata menandai salah seorang di antara segerombolan laki-laki itu.
Merasa tertangkap, baru saja JinKi berniat keluar tapi Rani dengan sigap menghadangnya." Kita perlu bicara."
==
"Ada apa sih nuna.." Jinki mencibir.
"Nuna..nuna..panggil aku sensei !! dandanan apa ini?"
"Aku hanya menyesuaikan dengan tema band-ku."
“Tema band!! Sejak kapan kamu?”
“Huuff~ nuna~… aku ada pentas seni beberapa hari lagi, tapi dana kami kurang, jadi kami melakukan street performance untuk mendapatkan tambahan dana.”
Street performance?hah! lalu sekolahmu? Apa kamu membolos? Bukannya sekarang masih jam sekolah?”
“Hmm.. maaf nuna.. tapi..tapi… nilai ku nggak turun kok!! Nuna tahu kan kalau otakku encer.”
"Bukan itu masalahnya! orang tuamu selalu bertanya padaku kamu dimana, sedangkan kamu tak pernah memberitahukan ku kamu dimana! Apa kamu tidak berfikir kalau aku juga..." Rani tiba-tiba terdiam, mencoba untuk tenang.
"Nuna... khawatir padaku?" JinKi tersenyum kecil, menggoda.
"Huuff~ sekali lagi panggil aku sensei! … berapa kali aku harus mengingatkanmu!!” Rani terlihat putus asa, Jinki hanya memainkan mulutnya sambil menendang-nendang angin. “Keure…lalu apa maksud darifoto FBmu!" Rani tetap mencoba untuk tenang.
"Foto? kenapa dengan Foto FBku?" tanya JinKi dengan tampang polosnya.
JinKi menatap Rani bingung, Rani jadi tambah bingung.
"JinKi!!" salah seorang teman dari gerombolannya memanggil.
"Ah mian Nuna... nanti aku telpon yah.." JinKi tersenyum nakal sebelum pergi. Rani hanya menganga tak habis pikir.
***
Sorenya di taman kota
"Sepertinya kamu benar, dia sangat menyukai-nya." Furukawa tersenyum geli memandangi Manis dan Poyo-poyo yang asyik memainkan bola.
"Yah... aku sempat bingung, semenjak pulang dari kontes kucing beberapa saat yang lalu, Manis selera makannya berkurang. Waktu ku bawa ke dokter hewan, dokternya malah tersenyum geli bilang kucingku kemungkinan sedang jatuh cinta, hahaha." KiKi bercerita sambil beberapa kali tertawa mengingat Manis yang uring-uringan.
"Aaa~ Lalu.. apa yang membuatmu yakin itu karena Poyo-poyo?" Tiba-tiba Furukawa bertanya sambil tersenyum kecil menatap KiKi, KiKi merasakan ada sesuatu di balik pandangan dan senyuman Furukawa, dia menjadi kikuk.
"Eh...itu..itu..." Lidah KiKi mendadak kelu apalagi Furukawa tak melepaskan tatapannya, akhirnya KiKi mencoba mengalihkan perhatiannya," ah lihat!! mereka berebut bola!! lucunya!!"
Akhirnya Furukawa mengalihkan pandangannya, “ Hmm..Manis itu untuk ukuran kucing betina cukup besar yah, awalnya aku kira dia jantan."
Mendengar pernyataan Furukawa, KiKi mendadak tersinggung."Apa kamu mau bilang kalau Manis itu obesitas?"
"Oh? Menurutmu begitu? Mungkin saja, apa kamu tak pernah mengajaknya berolah raga? Mengejar tikus mungkin.”
"Oh gitu!! jadi apa kamu pikir poyo-poyo itu keren? kucing bulat seperti itu, bisa apa dia?? Apa dia bisa kejar tikus, paling kalau dia lihat tikus dia hanya bisa berguling-guling kayak bowling karena nggak bisa lari.” KiKi tak bisa menahan emosinya, di tatapnya Furukawa dengan penuh kebencian. Tanpa disadarinya dia sudah berdiri.
“Hah!! Jangan salah yah!! Walaupun bulat kayak bola, poyo-poyo itu kucing jantan yang hebat!! Dia itu…”
“ Gay!” Sambung KiKi ketus.
“Apa!!” Furukawa sudah mulai naik pitam. Akhirnya dia juga berdiri. KiKi sampai harus mendongak untuk menatapnya.
“Kan kamu sendiri yang bilang..” KiKi tersenyum puas, merasa telah menang.
“Aaa~... awalnya aku juga berfikir begitu, tapi melihat dia bersama Manis aku rasa aku salah.” Furukawa mencoba mengalihkan pandangannya, memasukkan kedua tangannya ke kantong celananya.
KiKi menatap Furukawa penuh selidik
"Ini mencurigakan, awalnya kamu begitu bersikeras menolak ketika aku meminta ijin untuk mempertemukan poyo-poyo dengan Manis karena Poyo-poyo itu gay, tapi  kenapa kamu tiba-tiba setuju?”
"Ehem..ehem." Furukawa tiba-tiba berdeham." Yah tentu saja aku merasa aneh. Kamu tiba-tiba datang menemuiku, mengatakan kucingmu bisa gila kalau tidak bertemu dengan kucingku. Alasan apa itu? Kalau itu tentang kamu, kenapa harus bawa-bawa nama kucingmu? Alasanmu terlalu … tidak masuk akal. Jadi.. aku asal aja bilang Poyo-poyo itu gay.” Furukawa sedikit membungkuk, tersenyum sinis tepat di depan wajah KiKi.
“Apa maksudmu?” KiKi menatap Furukawa penuh tanya,” Hah! Tunggu dulu, aku tidak mengerti.”
“Hah.. sudahlah, sudah gelap, aku antar kamu pulang.” Furukawa mengambil Poyo-poyo yang sedang bergulat dengan Manis, sedikit merasa kecewa.
“Tunggu dulu, apa maksudmu?” KiKi masih tidak puas, di tariknya tangan Furukawa.
“Apa lagi? Kamu sendiri tidak tahu, apalagi aku. Sana ambil kucingmu.” Furukawa masih terlihat kesal, dia berbicara sambil mendesah.
KiKi masih bingung, diambilnya Manis sambil terus berfikir, tak sengaja dia membuat Manis tidak nyaman sehingga Manis mencakarnya..
“Itai!! Ouch!!” goresan darah segar langsung keluar dari tangan KiKi, Manis terlepas dari tangannya.
“Meoouuung.”
Furukawa yang melihatnya langsung menarik tangan KiKi,”Kamu tak apa-apa?”Mukanya terlihat khawatir.
“Ah!” Tanpa sengaja tatapan mata mereka bertemu,” aku tidak apa-apa kok, cuma tergores.” KiKi tersenyum kecil mencoba menyembunyikan kegugupannya.
“Ah.. hmm .. eh.. biar aku saja yang memasukkan Manis ke keranjangnya.” Furukawa menjadi salah tingkah.
“Terima kasih…” KiKi tersenyum Furukawa yang melihatnya menjadi tambah kikuk.
“Ah… sudah jam segini, aku harus segera pulang ada yang harus kukerjakan, ayo cepat aku antar kamu pulang.” Furukawa mencoba untuk tenang.
“Kalau kamu sibuk, kamu pulang duluan saja, jam segini masih ada bis kok.”
Furukawa menatap KiKi kesal. “ Kamu lamban sekali sih,” Furukawa menarik tanganKiKi.
“Eh.. eh.. apa apa apa ini?” KiKi kali ini benar-benar salah tingkah. Di tatapnya Furukawa, samar-samar terlihat wajah Furukawa memerah.
==
Rani sedari tadi menatap ponselnya. Tugas yang sedari tadi berniat dikerjakannya terbengkalai di atas meja.
“Hah!!! Aku bisa gila!!” dilemparnya ponselnya karena kesal. Tiba-tiba ponselnya berdering. Segera dipungutnya, dan diangkatnya dengan semangat.
“Halooo!!” Teriaknya.
“Hei!! Rileks bu!! Suaramu kenceng banget, tumben seneng banget dapet telpon dariku.” Wulan menjauhkan ponselnya dari telinga karena suara Rani yang terlalu besar.
“Oooh Wulan.” Rani mendesah.
“Apa maksudnya ini? Kenapa kamu mendesah? Apa kamu kecewa karena aku yang menelpon? Memangnya kamu pikir siapa? Ahh Jjinjja…” Wulan mengomel.
“Ah… nggak kok… ada apa? Tumben banget kamu nelpon.”
“Aku lagi butuh orang yang bisa bantuin aku buat ngafalin dialog, tadi aku udah minta tolong Machin, tapi katanya dia sedang tidak berniat melakukan apapun, huuff~ sedangkan KiKi masih belum pulang, hanya kamu harapanku…tolong yah..pliiisss.”
“Ok.. datang aja ke sini, aku tunggu…” Jawab Rani malas.
“Ok!” Wulan dengan semangat menutup pembicaraan dan bergegas menuju ke kamar Rani sambil membawa dua rangkap dialog yang harus dihafalnya.
Tok..tok..tok
“Masuk..”
Wulan tersenyum nakal menampakkan kepalanya, pelan-pelan dia masuk ke kamar Rani.”permisiiii~” sahutnya riang.
“Sudahlah jangan banyak tingkah, mana dialognya.” Rani benar-benar tidak bersemangat.
“Aduuuh…sabar dong.” Wulan memonyongkan bibirnya.
“Tapi… bukannya kamu ikut klub dance, kenapa tiba-tiba kamu berlatih drama?”
“Ah…jadi kami mau mengadakan charity program buat  panti jompo, tapi … untuk membuatnya lebih menarik kami menambahkan drama gitu…”
“Ooh..” Rani mengangguk mengerti.
==
JYH 22 Hi…
Terdengar suara notification di layar komputer Ilma. Dengan malas Ilma mengecek komputernya.
“Siapa ini?” tanyanya dalam hati.
GadisManis Hi…
JYH22 kamu masih ingat aku nggak?
GadisManis hmm maaf aku tidak ingat…
JYH22 Apa kamu masih menyimpan mawarnya?
“Mawar?” Ilma memperhatikan vas bunga di meja belajarnya. Mawar yang beberapa hari yang lalu masih segar sekarang sudah layu dan kelopaknya berguguran.
GadisManis hah!! Kamu?darimana kamu tahu …
JYH22 kamu sendiri yang memberikannya padaku, kamu sendiri yang memintaku untuk menghubungimu…
GadisManis Benarkah?
“Apa aku segampang itu?” fikir Ilma tak percaya.
JYH22 hahahaha…kamu benar-benar lupa, tidak…sebenarnya aku yang memintanya. Kamu terlihat menyukai performance kami, makanya aku berharap kamu mau datang menonton performance kami lagi.
GadisManis Ah!! Kamu ..oh!! kapan ? dimana?
JYH22 Besok, di perempatan *** jangan lupa datang yah…
GadisManis Yah…
Kegalauan Ilma tiba-tiba  hilang. Dia malah senyum-senyum sendiri.
==
“Makasih ya Ran!! Besok lagi yah!!” Wulan menutup kamar Rani dengan semangat.
BLAAM
“Huuff~ akhirnya aku bisa istirahat.”
Baru saja Rani terlelap, tiba-tiba ponselnya berdering.
“Halo..” Rani mengangkat telpon dengan setengah sadar.
“Nuna!!”
Seperti tertampar, Rani langsung sadar saat itu juga,” JinKi?”
“Hah…akhirnya aku sempat menelponmu juga… mian Nuna, tadi kami berlatih keras untuk performance kami besok, Nuna nonton yah!!”
“Eh?? Kamu menelpon hanya untuk itu?”
“Yah… eh maaf ya Nuna, aku ngantuk sekali, ingat yah besok di perempatan ***… jangan lupa yah…aku tunggu… malam Nuna…”
Tuut Tuut Tuut… telpon yang benar-benar singkat, Rani sampai tak sempat menjawab.
Kembali dia merebahkan dirinya di kasur, telpon yang di tunggunya dari tadi hanya memakan waktu 5 menit.
“Huff~kamu kenapa sih Rani!! Aaa~” Rani membenamkan dirinya di kasur…” Aku bisa gila!!”







Bersambung…







3 komentar:

  1. ceritanya jadi dari berbagai sisi yaa... chuaaa...
    banyak rahasianya kikiiiiiiiii... bikin penasaran ajaak !!
    btw yaudahlaahh gpp yunho menolak cintaku... asalkan jng gay !!! iiihhhhh
    dan sepertinya sudah saya dugaa... si manis pasti mintak dikawinin sama piyo piyo... hahahahahahaa

    BalasHapus
    Balasan
    1. Hahahahaha sekarang giliran sy bingung nih..gimana ngapik ceritanya biar tetep buat penasaran...yg buat aja penasaran ama akhir cerita, hehe...

      Hapus
    2. piyo-piyo, kayak nama ayam..sekalian piyek-piyek...

      nah itu, yg bikin penasaran itu yg susah...waow 4 cerita. si wulan pasangannya siapa ya...ngahahaha bayanginnya lucu, sama lee sang yoon aja :D itu yg di pp fb-nya jinki pasti ada hubnya sama rani, tapi apa..JYH22, ahahahaha

      Hapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)