Jumat, 26 Oktober 2012

Tahun-tahun Kisahku...

1988

Ibuku menghela nafas lega. Perjuangan menahan mules-mules yang tak henti-hentinya selama seminggu akhirnya terbayar hari ini. Yatta! Aku lahir... dengan berat sekitar 3 kilo. Segera Adzan dikumandangkan di telingaku. Alhamdulillah ... itulah kata-kata pertama yang kudengar. Walaupun memori saat itu merupakan memori yang tertancap di benakku berdasarkan cerita Ibuku. Aku merasa aku melihat sendiri proses kelahiranku. Proses yang begitu mendebarkan, bagi Ibu dan Bapakku, serta keluarga besarku. Kakekku dengan suka cita menggendongku dan spontan menamaiku Risa Marliana. Ibu dan Bapakku hanya mengangguk setuju.

1996
Hajimemashite, boku wa Hiro Mizuno desu, Douzo Yoroshiku Onegaishimasu!”
Berdiri di depan kelas, anak laki-laki dengan senyum lebarnya memamerkan dua gigi seri depannya yang hitam. Aku rasa dia terlalu banyak makan permen dan cokelat sepertiku, pikirku. Lama dia memandangi sekeliling kelas. Hening…
Bahkan Bu Wardiah, hanya cengir nggak jelas. Akhirnya senyum lebarnya lenyap, dia menunduk lemas, telinganya memerah. Kasian, pikirku. Sepertinya dia malu. Spontan aku berdiri. Dengan suara lantang aku pratekkan hasil belajar privatku setiap malam di rumah Sensei Ogawa.
Doumo, Hiro Kun!” sembari tersenyum lebar sambil memamerkan dua gigi seri depanku yang juga menghitam. Anak itu mengangkat wajahnya, tak lama kemudian dia tersenyum kembali.
Begitulah awal pertemuanku dengan Hiro. Semenjak itu kami pun jadi teman dekat. Walaupun tak jarang kami sering nggak nyambung. Hiro baru bisa berbahasa Indonesia dengan fasih setelah dua tahun. Jadinya, selama dua tahun itulah kami sering cengar-cengir nggak jelas. Bahasa tubuh adalah bahasa yang paling sering kami gunakan.
Tak jarang aku dan teman-teman yang lainnya bermain ke rumahnya, begitu pula dengan Hiro, dia kerap kali menjemputku sekolah. Aku sampai lumayan kenal dengan Kakak perempuannya Natsumi-san, yang saat itu menginjak kelas 1 SMA.

2000
Tak terasa aku akhirnya akan menanggalkan predikat anak SD. Dengan rambut di kuncir dua, aku siap untuk hari kelulusan. Kulihat rambut Hiro begitu mengkilat hari itu, mungkin angin kencangpun tak kan mampu mengacak rambutnya yang seperti menempel di kepalanya. Aku tersenyum kecil memandangnya, ternyata Hiro sadar.
“Kenapa kamu melihatku sambil tertawa begitu?” Hiro bergaya sok cool tapi malah terlihat sangat lucu.
“Hehe… sepertinya sepatumu kalah mengkilat dah dari rambutmu…”Sambil menjulurkan lidah aku mengejek Hiro dan segera berlari, sebelum dia menghabisiku.
Tapi ternyata, Hiro tidak mengejarku. Dia terdiam, aku pun menghentikan langkahku. Dengan sedikit merasa bersalah ku hampiri dia.
Telinganya memerah…”Hiro?” sapaku.
Hiro mengangkat wajahnya, “Ini kerjaan Natsumi-Chan!! Dia memakaikanku terlalu banyak minyak rambut!!” teriaknya.
Aku begong, bingung harus bereaksi seperti apa.
“Hiro! Risa! Cepat ke sini!” Untung Doni_ketua kelas kami memanggil. Kami pun segera berkumpul dengan teman-teman lainnya.
Hari kelulusan itu diakhiri dengan sesi foto-foto. Baik sekelas, maupun antar teman. Ada salah satu temanku yang iseng, memfotoku berdua dengan Hiro. Spontan telinga Hiro memerah lagi, sontak kami semua tertawa geli. Hiro benar-benar pemalu.
Sebelum pulang, Hiro memanggilku.
“Nih..”
Hiro menyodorkanku salah satu kancing bajunya. Aku hanya terdiam penuh tanda tanya. Hiro jadi salah tingkah.
“I-ini adalah tanda persahabatan kita. Hmm … Kak Natsumi juga mendapatkan kancing baju dari temannya saat kelulusan.” Telinga bahkan wajah Hiro merah padam.
Aku tertawa melihat raut mukanya yang serius tapi malu. “Ok.. Aku akan simpan ini baik-baik. Sebagai tanda persahaban kita.”
“Yakusoku? Kamu nggak akan ngelupain aku kan .. Liana-Chan?”
Kami pun membuat perjanjian dengan saling mengaitkan kelingking. Lalu kami  tertawa. Tak pernah terpikirkan… tawa itu akan berubah jadi tangisan setelahnya.

2004
4 tahun sudah berlalu. Tak terasa … Hiro telah pergi selama ini. Surat terakhirnya adalah dua tahun yang lalu. Semenjak itu aku tak pernah mendengar kabar apapun darinya.
Aku masih ingat, saat perpisahan kami. Kami menangis sejadi-jadinya. Layaknya anak kecil yang mainannya diambil. Aku memberikan Hiro boneka teddy bear kesayanganku, kuharap dia masih menyimpannya. Aku sering berfikir, pasti lucu kalau anak cowok simpan-simpan boneka. Tapi aku tidak punya sesuatu yang berharga selain boneka itu.
Seminggu setelah kelulusan SD, Mr. Mizuno ternyata harus balik ke Jepang. Hiro begitu bersikeras ingin menetap, tapi apalah daya, dia tidak punya sanak saudara di sini. Dengan berbagai cara mereka memaksa Hiro untuk mau balik ke Jepang. Kak Natsumi sampai tak hentinya menggerutu. Aku mendekati Hiro, kuberikan dia boneka kesayanganku. Hiro menatapku. Matanya bengkak, hidungnya memerah.
            “Kita akan tentap saling kontak kan? Ini adalah boneka kesayanganku, balasan dari kancing yang kamu berikan saat itu, kamu jaga yang baik yah? Jangan lupain aku…” Aku tersenyum, mencoba menahan tangisku.
            Kak Natsumi sepertinya mencuri dengar kata-kataku. “Apa? Hiro-Chan memberikan Risa-Chan kancing bajunya?” Kak Natsumi dengan muka tak percaya melihat Hiro, “Oh…ternyata kau ro..”belum sempat Kak Natsumi menyelesaikan kata-katanya, Hiro segera bangkit membungkam mulutnya. “Haahahahahaha… betsuni Liana-Chan!...jangan dengarkan nenek lampir ini.”
Aku tidak mengerti, tapi entah kenapa telinga Hiro memerah lagi saat itu.
Walaupun sudah mencoba tegar, kami pun akhirnya tetap menangis. Mengingat kalau Hiro akan pergi jauh dan tak tahu kapan akan bertemu lagi, aku semakin tak bisa membendung air mataku.
Tak ada… aku selalu mengecek kotak posku. Hal itu bahkan sudah seperti rutinitasku setiap hari. Semenjak dia bilang akan pindah ke Osaka, kami lost contact

2006
Aku menghirup udara Osaka yang segar pagi itu. Hmmm…. Sudah seminggu aku di Osaka. Kenangan akan Hiro kembali terbayang. Osaka… apakah dia masih disini? Sudah 4 tahun yang lalu dia katakan dia pindah ke sini, dan sejak saat itulah dia tidak mengabariku lagi. Aku sering berfikir apakah dia sudah melupakanku? Apakah aku akan mengenalinya jika kami bertemu? Apakah dia masih seperti dulu?… apakah…apakah… berbagai tanda tanya memenuhi pikiranku. Setelah sebelumnya aku begitu bersemangat datang ke sini karena berharap bertemu dengan nya, tapi sesampai di sini aku malah ragu untuk bertemu dengannya. Aku takut Hiro tak mengenaliku, aku takut Hiro tak seperti dulu lagi. Aku takut…mengetahui hanya aku yang merindukannya selama ini.
Aku menghela nafas sambil menyusuri taman yang tak jauh dari dormku. Rentetan pohon-pohon yang berjejer di sepanjang jalan di taman, daunnya sudah mulai menguning dan berguguran, sungguh indah dipandang. Aku tak melewatkan momen itu, dengan semangat aku mengambil foto pemandangan pagi yang menawan itu.
“Wow!! Aku sangat suka bagian itu! Keren banget!! Tsugoi desu yo ne!!” 
Refleks badanku menoleh ke arah sumber suara. Suara yang ternyata berasal dari segerombolan pemuda yang jalan tepat dibelakangku. Aku menatap pemuda yang sedang dengan semangatnya membahas film yang baru saja ditontonnya. Dia sepertinya menyadarinya. Dia terdiam, sejenak mata kami bertemu. Teman-temannya yang lain pun jadi ikut memandangku, aku jadi salah tingkah dan mengalihkan pandanganku sambil menunduk. Pemuda tadi pun akhirnya berlalu bersama teman-temannya. Ku pandangi mereka sampai tidak terlihat lagi.
Hiro…? Diakah itu? 
2007
Aku sangat kerasan di Osaka. Aku memiliki banyak teman, dan letak dormku tak jauh dari Masjid.  Di sini aku pertama kali bertemu dengan Aisyah, teman sekelasku dari Mesir yang sudah kuanggap seperti saudaraku. Walaupun belum setahun kami saling mengenal, tapi kami telah banyak berbagi cerita. Aisyah kerap kali menceritakan tentang Mesir dan keluarganya, aku pun tak kalah semangat menceritakan tentang Indonesia dan keluargaku. Pertama kali bertemu aku sudah merasa nyaman dengannya, Hiro pun terkadang menjadi bahan obrolan kami.
“Kamu yakin, dia Hiro temanmu sewaktu kecil? Bukannya katamu Hiro tu pemalu, menurutku Mizuno Kun terlalu ceria untuk tipe anak pemalu.”
Aku terdiam. Aku pun sebenarnya berfikir begitu. Tapi… selain namanya yang benar-benar mirip, wajahnya pun entah kenapa terlihat familiar.
“Yah… siapa tahu Hiromu itu penulisan kanjinya berbeda dengan Mizuno…”
Aku kembali hanya terdiam. Hal itu juga sempat terfikir olehku.
Hiro Mizuno… teman sekelasku yang sangat ceria. Dialah orang yang selama ini kucurigai sebagai Hiro teman masa kecilku. Tapi… terlalu banyak hal berbeda yang kudapati darinya. Walaupun aku selalu berfikir orang pasti berubah. Bahkan Hiro yang dulunya payah dan pemalu bisa saja menjadi cowok ceria yang … keren.
“Kau terlalu berharap..” Aisyah kembali memecahkan lamunanku. “Sudahlah… kenapa kamu masih memikirkan si Hiro yang bahkan belum tentu mikirin kamu…” Aisyah menghela nafas.
Aku kembali terdiam… Aisyah terlihat geram di cubitnya pipiku sampai terasa melar. Aku meronta-ronta sambil memukulnya, dia hanya tertawa. Aku pun akhirnya ikut tertawa sambil memberikan balasan gelitikan maut.

2009
“Mizuno itu ceria banget yah!” Aisyah mengambil tempat duduk didekatku. Aku hanya mengiyakan dengan malas.
“Sudah nyerah ya? Apa nggak ada sesuatu hal lagi yang membuatmu berfikir dia Hiro-mu?”
“Nani mo nai…Dia terlalu mempesona…”
“Apa?! Hahaha… Kamu menganggap Mizuno-kun mempesona?!” Aisyah begitu histeris, sayangnya dia histeris di saat yang tak tepat. Suasana yang saat itu begitu hening, membuat suara Aisyah terdengar begitu jelas.
“Ssstt” Aku langsung bangkit membungkam mulut Aisyah. Namun terlambat, Mizuno menoleh ke arah kami. Aku tak sengaja memandangnya, dia pun melihatku. Sekilas mata kami bertemu, dia langsung memalingkan pandangannya, telinganya memerah. Suasana yang hening sontak riuh karena kelakuan Mizuno, teman-teman cowoknya menggodanya sampai mukanya merah padam. Yang perempuan juga tak mau kalah. Mizuno benar-benar jadi bahan olokan sepanjang hari. Aku hanya melongo. Aku bukanlah anak menonjol, tapi setelah kejadian itu, semua orang seperti merasa mengenalku.
---------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
“Ohayou! Marliana-Chan!”… entah berapa orang telah menyapaku pagi ini. Aku dan Aisyah saling tatap. Unbelievable.
Hariku menjadi 180o berbeda. Mizuno yang dulunya santai saja menyapaku, sekarang agak sungkan. Apalagi kalau dia sedikit terlihat dekat denganku, sekelas pasti akan riuh layaknya pasar. Mizuno hanya tersenyum kecil kalau diolok teman-teman yang lain…
Sekali dua Mizuno melihatku, jika tatapan kami bertemu, dia akan memberikan gesture yang menandakan permintaan maaf, aku pun membalasnya dengan gesture yang berarti nggak apa-apa…
Lama kelamaan kelas kembali tenang. Aku maupun Mizuno sudah dapat bernafas lega. Menjelang kelulusan, kami lebih disibukkan untuk persiapan tugas akhir.

2010
Hari itu, seperti biasa aku pergi ke Masjid. Aisyah sudah menungguku. Tak ada yang berbeda saat itu, selain…
“Tebak siapa itu yang adzan…!” Aisyah begitu heboh.
“Aku nggak tahu, nggak jelas…”
“Masha Allah… Risa-Chan! Itu Mizuno!...” Aisyah kembali membuat keributan.
Ibu-ibu di sana sampai menegurnya untuk mengurangi volume suaranya. Aku hanya tertawa.
“Apa kamu yakin? Sejak kapan dia menjadi Muslim?”
Semenjak sibuk dengan tugas akhir, kami seperti sibuk dengan dunia sendiri. Jarang sekali kami bertemu. Tak heran, kalau dalam setahun, dia bisa begitu terlihat berbeda. Wajah Mizuno, jauh terlihat lebih cerah dari biasanya.
“Jaga pandangan…”bisik Aisyah.
“Astaghfirullah…” Sontak aku menunduk. Terdengar suara cengengesan Aisyah.
Mendekati kelulusan… Aku menginap di dormnya Aisyah. Kami berkeluh kesah sepanjang malam. Besok adalah upacara kelulusan kami. Alhamdulillah kami berdua lulusnya bersamaan. Mizuno pun dengar-dengar juga lulus tahun ini.
Entah kenapa, semenjak mengetahui dia Muslim, Mizuno terlihat lebih mempesona. Aku benar-benar tidak berani menatapnya. Tapi… tak ada yang berubah dari Mizuno, dia tetap ceria, bercanda dengan teman-teman yang lain. Walaupun sekarang, Mizuno sedikit lebih menjaga pandangannya.
Entah kenapa ada yang masih mengingat kejadian setahun yang lalu. “Wah… ternyata kalian lulusnya barengan yah…Mizuna…hahahaha” Matsumoto mengawali kehebohan ini. Mizuna adalah singkatan dari Mizuno-Marliana… memang mereka terlalu kreatif.
Sontak semua teman-teman seperti dibangunkan dari tidur yang panjang. Ributnya minta ampun, mereka sampai harus diperingatkan untuk tenang. Mizuno anehnya hanya tertawa. Aku … hanya terdiam, Aisyah tertawa terpingkal-pingkal.
Acara kelulusan itu pun berjalan dengan lancar. Ada suatu kehebohan saat teman-teman cewek ribut ingin minta kancing baju Mizuno.
“Ah… kalian kayak anak kecil aja, kita udah Mahasiswa… masa masih kayak anak SMP, SMA, minta kancing baju, lucu banget!!” kata Matsumoto dengan suara lantang. Serentak teman-teman cewek mengejeknya.
“Huuuuu…. Dasar …bilang aja iri nggak ada yang minta kancing bajumu…wuuu… lagipula, mau masih SMP kek SMA kek, peduli amat, kalau emang kami mau minta, itu bukan urusanmu.” Narumi beradu pandang dengan Matsumoto. Mereka memang terkenal bagaikan kucing dan anjing. Selalu ribut.
Aku pun akhirnya ingat dengan kancing pemberian Hiro. Sampai sekarang aku tidak mengerti dengan makna dari pemberian kancing itu. Apakah cuma sebatas tanda persahabatan?
“Yah… baiklah itu emang bukan urusanku..tapi… seharusnya kalian ingat dong… yang lebih pantas dapetin kancing bajunya Hiro bukan kalian …tapi Marliana…. Iya kan Mizuno?”
Muka Mizuno langsung memerah, semua teman-teman baik cewek maupun cowok akhirnya tertawa terpingkal-pingkal. Aku hanya melongo. Mizuno melihatku dan kembali memberikan gesture minta maaf, aku pun kembali membalasnya, nggak apa-apa.
Hari kelulusan yang penuh tawa itu akhirnya berakhir dengan foto bersama, dan jahilnya, teman-teman itu berkerja sama mengerjai aku dan Mizuno. Mereka mendorongku dan Mizuno, lalu sekilas kami difoto dengan ekspresi yang nggak banget, baik aku dan Mizuno memalingkan wajah, dan jelas banget muka kami memerah.

2012
“Ummi… Elisa… udah hafal surat Al-Baqarah…” Elisa menyeringai memamerkan gigi mungilnya dan naik kepangkuanku.
“Subhanallah…Anak Ummi hebat yah..” Aku menciumi Elisa. Elisa tertawa geli. Batita ini sangat lucu, aku sangat gemas.
“Assalamu’alaikum…”
Mendengar suara Abi-nya Elisa langsung melompat dari pangkuanku… bergegas menyambut Abi-nya.
“Abi..!! Elisa udah hafal surat Al-Baqarah..” kembali memamerkan giginya.
“Subhanallah… Anak Abi hebat yah…” sambil menciumi Elisa.
Muka Elisa mengkerut…”Kok… Abi dan Ummi ngomongnya bisa sama gitu, kompakan gitu… hmmm… udah pada janjian yah? Ah… nggak seru..reaksinya sama…”
Aku saling pandang dengan Abi-nya Elisa… kami pun akhirnya tertawa.
Tak terasa 2 tahun telah berlalu… dua foto kelulusan kami yang diambil tanpa seijin kami itu sekarang terpajang dengan bingkai lucu di kamar kami.
Mizuno… alias Hiro. Ternyata setelah kelulusan melamarku. Tak kusangka, dia memendam ketertarikan padaku sudah lama. Seperti halnya aku, Hiro ternyata bertanya-bertanya tentangku, apakah aku benar teman masa kecilnya dulu.  Yang paling mengharukan adalah kenyataan bahwa dia tak melupakanku, dia hanya kehilangan alamatku saat akan pindah ke Osaka. Sejak saat itu dia tidak tahu lagi bagaimana harus menghubungiku.
Hal yang tak pernah kutahu tentang Hiro adalah ketertarikannya dengan Islam. Paling tidak semejak dia SMA dia sudah mulai mempelajari Islam. Baru setelah 6 tahun dia memantapkan diri sebagai muallaf, tak heran kalau dia langsung mendapatkan kepercayaan untuk mengumandangkan adzan saat itu.
Rencana melamarkupun ternyata bukanlah sesuatu yang mendadak. Ternyata Hiro telah mempersiapkan diri jauh-jauh hari dan memantapkan diri semenjak kasus memalukan yang dibuat oleh Aisyah.
Semua ini hanyalah bagaikan mimpi… Ternyata Mizuno adalah Hiro, dan Aisyah begitu bahagia dengan pernikahan kami. Dia sampai tak henti-hentinya menangis saat pernikahan kami berlangsung. Dia terlalu bahagia. Alhamdulillah dia pun akhirnya menikah bulan kemarin dengan seorang pria Turki. Denger-denger mereka dijodohkan, tapi Aisyah sepertinya tidak sedikitpun menolak. Dasar…. Pria itu melek agama, tampan, dan sangat baik,  tak heran Aisyah langsung menerima lamarannya.
“Lagi baca apa?” Hiro memperhatikan diariku…
Spontan aku menutupnya… “Nggak ada, hehe…”
Hiro hanya menghela nafas.,” Pasti isinya aku aja…” Katanya iseng.
Aku menjulurkan lidah…” Berharap yah…”
Aku segera menyegel buku diariku, tak ada yang boleh membacanya, Apalagi Hiro…:P…

FIN

 Sedikit curhatan penulis:

Akhirnya... cerita ini selesai ditulis juga, setelah tadi sempet GREGETAN karena NGGAK SENGAJA kehapus SEMUANYA, aku akhirnya harus menulis ulang, padahal waktu itu cerita udah setengah jalan.... SEBEL BANGET... tapi... Alhamdulillah Akhirnya SELESAI... pasti banyak kata-kata yang miss tapi mudahan inti ceritanya tersampaikan...Kenapa tiba-tiba ceritanya kayak gini yah..hahaha...
padahal awalnya nggak kepikir akhirnya bakalan kayak gini, bener-bener waktu nulis ngalir aja. Pasti belakangnya ini rada aneh, atau... emang dari awal rada aneh ya?? haha... yah dinikmatin aja...hehe... bisa jadi ini terinspirasi dari temen yang baru aja Nikah... Selamat Buat Saudariku Lu'Lu... Semoga Berkah yah pernikahannya :)

5 komentar:

  1. wah sebelumnya selamat...buat Lulu temannya..hmmm Lulu itu bukan Lulu mipa kimia unram?namanya sama...

    BalasHapus
  2. oke sekarang tentang ceritanya...langsung tak vote lucu, menarik n keren...

    jenis cerita yg kyk gini bikin sy KO, lebay ya...hahaha biarin..sy suka sekaligus sy benci...soooooo sweet.oia sebelum lupa, apa yg mau dibilang Natsumi “Oh…ternyata kau ro..”??ro apa...

    reply banget ceritanya...ceritanya ya, bukan karakternya.

    apa ya bilangnya...lupa sy bahasa jepangnya, koreanya 대박!!

    aduh aduh aduh...kayaknya sy lg hiper dah,,,oia, sebenernya sy agak bingung sm perhitungan tahunnya 2004 ke 2006, di 2004 dibilang "4 tahun sudah berlalu" lalu di 2006 dibilang " Sudah 4 tahun yang lalu dia katakan dia pindah ke sini"...ah tapi jalan ceritanya ngerti kok...

    BalasHapus
    Balasan
    1. hahahaha... nih komen udah disalurkan lewat sms yah kurang lebih...

      sy juga suka dan benci ceritanya Rany yang pukul 6, soalnya nggak pernah kepikiran ide itu, tapi asli suka ceritanya..hehe kalao rany kasih daebak, sy kasih Tsugoi!! ^^b..

      ro itu... maksudnya romantis, hehe... masih kecil udah romantis aja tuh Hiro, haha

      yah..tau Ran... karena sy males nonton reply karena nggak suka karakter cewek ama cowoknya, walaupun dari segi cerita menurutku reply tu menarik... ^^...

      oh ya... tahun 2004, sudah 4 tahun mereka berpisah, tapi... mereka berhenti surat2an 2 tahun yang lalu berarti tepatnya tahun 2002 merek udah nggak kontak semenjak si Hiro pindah ke Osaka, makanya tahun 2006 dibilang 4 tahun sudah Hiro pindah ke sini (Osaka) karena dihitung dari tahun 2002... begono bu Rany...hehe...

      btw smsnya udah sepi neh... Udah Bobo yah??
      Oyasumi dah kalo gitu..:)

      Oh yah makasih buat votenya, rasanya seneng banget semua terisi, haha... sy saking irinya ma Rany ampe lupa ngevote tuh cerita pukul 6, hehe...

      Hapus
    2. haaaa iya bener bener TSUGOIIIII....lah lupa.

      okelah kalo beg beg begitu buuuuk,,

      Hapus
    3. Yooooo....!!! btw Yotsuba terbaru asli lucu banget, kapan2 bahas Yotsuba ah... hehe...

      capek banget ketawa...

      Hapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)