"Maki!!! Maki!!! Maki!!!" Erika menuruni tangga dengan tergesa-gesa, nafasnya sampai tersenggal-senggal membuatnya sulit untuk memulai kata-katanya.
"Dou shita no?* daijoubu? take ur time, speak slowly..." Maki yang baru saja dari ruang kesehatan lantaran mag-nya kambuh hanya bisa mengerutkan kening.
"ano..."
Mendengar penjelasan Erika, Maki segera berlari ke kelas disusul Erika yang nafasnya masih tidak beraturan.
Sepi... sudah tidak ada razia... terlihat para siswa duduk di sembarang tempat, ada yang bisik-bisik sesama teman, ada yang duduk merenung sendiri, suasanya sungguh... tegang.Maki menyisir sekeliling kelasnya, dia tidak menemukan keberadaan Shota.
"Ah!! Toda chan! Matsuda dibawa ke ruang guru untuk diinterogasi lebih lanjut." Risa mendekati Erika ketika melihatnya di ambang pintu. Langsung saja Maki dan Erika menuju ke ruang guru, dari balik jendela dapat dillihatnya betapa tegang muka Matsuda.
"Apa menurutmu Matsuda akan dipenjara?" Maki menghela nafas.
"entahlah... aku berharap ada keringanan karena bagaimanapun Shota masih di bawah umur." Erika terlihat begitu khawatir, mukanya terlihat sangat tegang, keningnya selalu berkerut, berkali-kali dia menggigit ujung bibirnya, dan kakinya tak henti-hentinya dia hentakkan dengan cepat.
Maki dan Erika secara bersamaan merebahkan diri di dinding, berbagai macam pikiran buruk terlintas di benak mereka masing-masing, sungguh tak disangka masalahnya begini rumit.
Akhirnya pintu ruang guru bergeser, keluar dari balik pintu Shota dengan wajah muram, kepala tertunduk, dan terlihat sekali badannya lemas.
"Shota kun?" Erika memanggilnya dengan sungkan.
Shota menoleh, lemah sekali... matanya sayu, terlihat ada beban berat yang sedang dipikulnya tapi dia tetap memberikan senyum hangatnya ke Erika.
"Gomen ne..." sahut Shota sambil menatap Erika hangat.
Erika tanpa sadar mulai mengeluarkan air mata,"Walaupun a-aku tidak tahu dan tidak mengerti demo.. atashi wa shota kun o shinjite iru* ..." Mendengar pernyataan polos Erika, Shota cuma tersenyum.
"Arigatou...Eri chan ..." Shota mengelus-elus rambut halus Erika, membuat Erika tambah terisak,"Jangan menangis, perbuatanku tidak pantas ditangisi," Shota mengusap air mata Erika.
"Hirokita... maaf... aku titip Erika... sepertinya sebentar lagi jemputanku datang."
Benar, tak berselang lama Shota ditangkap oleh beberapa polisi. Semua mata tertuju padanya, di sepanjang koridor kelas menyembul beberapa kepala di jendela, semua berbisik-bisik sampai terdengar seperti dengungan lebah,Shota hanya menundukkan kepala, hari itu... anak berprestasi kebanggaan sekolah dalam sekejap telah menjadi seorang kriminal, tangan yang terlilit borgol membuatnya nampak buruk.Erika tak henti-hentinya menangis, dia tidak tega memandangi Shota yang digiring polisi seperti itu, dia sembunyikan kepalanya dibalik pundak Maki sambil terus terisak-isak, membuat seragam Maki basah.
"Ada apa dengan dia yah?" pikir Maki.
to be continued...
* Apa yg terjadi?
* Aku mempercayai Shota
A person by my name and being existed With a strong spirit and an eternal mindset To become a peacemaker for all By sharing the things that really matter "About Things That Matter" Mattie JT.Stepanek
Kamis, 20 November 2014
Kamis, 06 November 2014
Ada Apa Dengan Dia? part 2
“Bagaimana? Apa ada sesuatu mencurigakan yang kamu temukan?”
Erika memandangi Maki penuh tanya, semenjak membuntuti Shota dari toko buku
kemarin,Maki menjadi lebih sering melamun.
“ah eh… ano.. hmm … oh ya aku lupa… aku belum mengerjakan PR
matematika, sepertinya aku harus pulang cepat hari ini, gomen Eri-Chan.”
“Ano… Maki!! Maki chan!!” Erika mengerutkan kening, memandangi
Maki yang terkesan terburu-buru dengan perasaan penuh tanya.
Maki mempercepat langkahnya, sedikit khawatir Erika berpikir
yang tidak-tidak, tapi dia sendiri juga bingung, seharian ini dia memperhatikan
shota namun tidak ada hal mencurigakan yang dapat dia tangkap. Sesekali mata
mereka bertemu dan Shota tersenyum padanya, biasa… hal ini sangat biasa… iya
kan?
“Hirokita ! Chotto matte!* ”Terdengar suara seeseorang memanggilnya, membuat Maki harus menghentikan langkahnya,
ketika ia berbalik terlihat Shota berlari kecil menghampirinya.
“Apa kamu ada waktu? Ada yang ingin aku omongin…” Shota
menyunggingkan senyum manisnya, tapi entah kenapa perasaan Maki malah tidak
nyaman.
“Hmm mochiron*, kamu mau ngomong apa?” Maki mencoba untuk
tidak menunjukkan ketidaknyamanannya.
“Hmm… eto…Apa Eri tau?” Shota menatap Maki lekat-lekat, Maki
sampai merasa tercekik.
“Tau? Tau apa? sebenarnya apa yang ingin kamu bicarakan? Aku
tidak mengerti.” Maki mencoba untuk tetap tenang, seakan-akan dia tidak
mengetahui apa-apa.
“Aku hanya takut Eri akan berfikir yang tidak-tidak
tentangku, bahkan sebelum aku sempat menjelaskan apa pun.” Shota melepaskan
pandangannya ke Maki, dia meluruskan badannya, lalu dengan gaya santai menatap
ke sekelilingnya sambil memasukkan kedua tangannya ke dalam saku celananya. Shota
sepertinya tetap percaya kalau Maki mengetahui sesuatu.
“Hmm… hmm… apa kamu selalu melakukan hal itu?” Maki
membisiki Shota, rasa penasarannya ternyata membuatnya tidak bisa bertahan
untuk tetap berakting tidak tahu.
“Eh… iie..iie… ah… mana mungkin aku… kamu tahu sendiri kalau
aku…” Shota tiba-tiba salah tingkah, dia mencoba membela diri tapi akhirnya
terdiam ketika melihat Maki yang begitu serius memperhatikannya.
“Haaah… itu…aku… aku tidak selalu melakukannya… aku… Cuma
iseng…yah Cuma itu.” Shota akhirnya bisa berbicara lebih tenang, terlihat dia
mulai berkeringat. Entah kenapa Maki malah menjadi semakin semangat
menginterogasinya.
“Apa menurutmu itu bisa dianggap biasa? Iseng? Hah… tapi…
aku merasa apa yang kamu lakukan kemarin bukanlah sesuatu yang kamu lakukan
satu atau dua kali, menurutku itu sudah menjadi kebiasaanmu.”
“kebiasaan? Hah… apakah itu masuk akal untuk orang
sepertiku?”
“Itulah keanehannya… aku tidak habis pikir, anak sepertimu?
Kebanggaan sekolah dan orangtuamu? Melakukan hal itu? Huff…”
Shota tanpa basa-basi memegang pundak Maki dengan posisi
membungkuk, kepalanya menunduk sambil melihat ke bawah, terdengar suara
hembusan nafasnya yang berat, tiba-tiba
dia mengangkat kepalanya dan dengan seius menatap Maki, Maki sedikit tersentak…
dia menelan ludah, bisa dilihatnya pantulan dirinya di bola mata Shota yang
hitam,” Kamu bisa merahasiakan ini kan?”
Maki terdiam sejenak, ini mengerikan… Shota memang tidak
mengancamnya, tapi Maki merasa Shota bukannya “tidak” mengancamnya…hanya saja
“belum” mengancamnya.
Maki menurunkan tangan Shota dari pundakknya,”Hmm… aku bukan
orang yang suka ngomong sembarangan,
tapi… aku berharap kamu bisa menghilangkan kebiasaan itu, hanya menunggu
waktu saja sampai orang tahu, kalau kamu tidak berusaha untuk menghentikan
kebiasaan itu, cepat atau lambat…”
Maki belum selesai meneruskan kata-katanya karena ponsel
Shota berdering. Shota merogoh ponsel dari saku jaketnya, ketika dia membaca
pesan dari ponselnya mimik wajahnya berubah.
“Gomen … aku… harus pergi, arigatou Hirokita…” Terlihat
wajah Shota begitu tegang, setelah menepuk pundak Maki sebagai tanda terima
kasih dia pun segera berlari seakan ada sesuatu yang sedang menunggunya.
To be continued
Ket:
*Tunggu
*Tentu saja
Rabu, 05 November 2014
Ada Apa Dengan Dia?
"Huff... sepertinya ini hanya perasaanku saja.."
"Hai! Nande?" Maki sepertinya tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Erika, ia sibuk merogoh kantong roknya mencari beberapa keping uang untuk membayar makanan yang sekarang menemani makan siang mereka.
"Maki chan! huff..." Erika dengan lemas menopang dagu.
"Hai! hai! gomen! Matsuda nande?" kali ini Maki dengan serius memperhatikan Erika.
"Shota kun akhir-akhir ini aneh..." Kening Erika berkerut, dia seperti memikirkan sesuatu, pandangannya jauh ke sudut jalan, walaupun saat itu Maki duduk tepat didepannya memperhatikan setiap mimiknya.
"Dia... selalu memandangi ponselnya, setiap waktu, setiap saat. rangkingnya pun akhir-akhir ini menurun." Sambung Erika akhirnya.
"Hmm... souka... bagaimana kalau kita buntuti dia.." Maki menyunggingkan senyum meyakinkan, seolah-olah idenya begitu cemerlang.
"Ah...iie iie... nande sore... muri muri*..."
"ah... okashii* ne...maumu sebenarnya apa sih... penasaran tapi seperti nggak mau cari tahu."
"Demo... apa aku harus membuntutinya, aku merasa seperti stalker aja.."
"Erika chan! kamu bahkan belum melakukannya kamu udah merasa stalker...hmmm.. ini bukan hal yang mudah sepertinya..."
"are... Shota kun??"
"Doko..doko...??" Maki melihat ke jalan raya, tapi dia sama sekali tidak melihat sosok Shota.
"Dia masuk ke toko buku..." Erika kembali menyeruput minumannya.
"Apakah ini hal yang aneh? atau wajar?"
"menurutmu?"
"Orang masuk toko buku, nggak ada yang salah dengan hal itu, tapi... kenapa kita tidak mengeceknya saja..." mata Maki terlihat berbinar-binar, kegemarannya membaca dan menonton serial detektif membuat rasa ingin tahunya begitu besar.
"Silahkan di cek, aku diam di sini aja... Shota pasti akan sangat kecewa padaku kalau tahu aku membututinya.."
"Hitori?? ah... wakatta kamu tunggu di sini..."
Akhirnya Maki segera menyusul Shota ke toko buku di seberang jalan.
Dengan seksama Maki memperhatikan setiap gerak-gerik shota, tidak ada yang mencurigakan, Shota berjalan mengelilingi rak buku, membuka beberapa buku, membacanya sejenak lalu menutupnya dan mengembalikannya ke tempat semula, begitu seterusnya, sampai...
Maki menutup mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, seorang "honour student" bagaimana bisa melakukan hal ini? Oh no... Maki menjatuhkan beberapa buku di dekatnya, dia begitu terkejut, segera dia bersembunyi, berharap Shota tidak menyadari keberadaannya. Setelah agak lama bersembunyi akhirnya dia mencoba mengecek lagi apa Shota masih berada di tempat tadi.
"Nani shiteru no*?" Seseorang memergoki Maki. Takut itu Shota, Maki menunduk mencoba mencari beribu alasan.
"Gakusei? apa kau yang telah membuat buku-buku ini berantakan?" Ternyata sang penjaga toko, dia memarahi Maki yang telah menjatuhkan beberapa buku dan tidak menatanya kembali.
"Ah... hai! hai! sumimasen deshita! sumimasen !" Tanpa pikir panjang, Maki segera memungut buku-buku tersebut, terdengar lonceng pintu toko buku itu berbunyi, sekilas terlihat sosok Shota keluar dengan tergesa-gesa.
Sebenarnya ada apa dengan Shota, apa sebenarnya yang membuatnya seperti itu? berbagai macam pikiran memenuhi otak Maki sembari tangannya tetap sibuk memunguti buku-buku yang membuat aksi "membuntutinya" gagal total.Apa aku perlu memberitahu Erika apa yang baru saja aku lihat? ah tidak.. lebih baik tidak.. aku mau cari informasi lebih banyak lagi, jangan sampai aku menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka.Maki terus berfikir dan berfikir, sampai akhirnya buku terakhir selesai dia rapikan.
to be continued...
Ket:
* impossible
* weird
* what r u doing?
"Hai! Nande?" Maki sepertinya tidak memperhatikan apa yang dikatakan oleh Erika, ia sibuk merogoh kantong roknya mencari beberapa keping uang untuk membayar makanan yang sekarang menemani makan siang mereka.
"Maki chan! huff..." Erika dengan lemas menopang dagu.
"Hai! hai! gomen! Matsuda nande?" kali ini Maki dengan serius memperhatikan Erika.
"Shota kun akhir-akhir ini aneh..." Kening Erika berkerut, dia seperti memikirkan sesuatu, pandangannya jauh ke sudut jalan, walaupun saat itu Maki duduk tepat didepannya memperhatikan setiap mimiknya.
"Dia... selalu memandangi ponselnya, setiap waktu, setiap saat. rangkingnya pun akhir-akhir ini menurun." Sambung Erika akhirnya.
"Hmm... souka... bagaimana kalau kita buntuti dia.." Maki menyunggingkan senyum meyakinkan, seolah-olah idenya begitu cemerlang.
"Ah...iie iie... nande sore... muri muri*..."
"ah... okashii* ne...maumu sebenarnya apa sih... penasaran tapi seperti nggak mau cari tahu."
"Demo... apa aku harus membuntutinya, aku merasa seperti stalker aja.."
"Erika chan! kamu bahkan belum melakukannya kamu udah merasa stalker...hmmm.. ini bukan hal yang mudah sepertinya..."
"are... Shota kun??"
"Doko..doko...??" Maki melihat ke jalan raya, tapi dia sama sekali tidak melihat sosok Shota.
"Dia masuk ke toko buku..." Erika kembali menyeruput minumannya.
"Apakah ini hal yang aneh? atau wajar?"
"menurutmu?"
"Orang masuk toko buku, nggak ada yang salah dengan hal itu, tapi... kenapa kita tidak mengeceknya saja..." mata Maki terlihat berbinar-binar, kegemarannya membaca dan menonton serial detektif membuat rasa ingin tahunya begitu besar.
"Silahkan di cek, aku diam di sini aja... Shota pasti akan sangat kecewa padaku kalau tahu aku membututinya.."
"Hitori?? ah... wakatta kamu tunggu di sini..."
Akhirnya Maki segera menyusul Shota ke toko buku di seberang jalan.
Dengan seksama Maki memperhatikan setiap gerak-gerik shota, tidak ada yang mencurigakan, Shota berjalan mengelilingi rak buku, membuka beberapa buku, membacanya sejenak lalu menutupnya dan mengembalikannya ke tempat semula, begitu seterusnya, sampai...
Maki menutup mulutnya seakan tak percaya dengan apa yang dilihatnya, seorang "honour student" bagaimana bisa melakukan hal ini? Oh no... Maki menjatuhkan beberapa buku di dekatnya, dia begitu terkejut, segera dia bersembunyi, berharap Shota tidak menyadari keberadaannya. Setelah agak lama bersembunyi akhirnya dia mencoba mengecek lagi apa Shota masih berada di tempat tadi.
"Nani shiteru no*?" Seseorang memergoki Maki. Takut itu Shota, Maki menunduk mencoba mencari beribu alasan.
"Gakusei? apa kau yang telah membuat buku-buku ini berantakan?" Ternyata sang penjaga toko, dia memarahi Maki yang telah menjatuhkan beberapa buku dan tidak menatanya kembali.
"Ah... hai! hai! sumimasen deshita! sumimasen !" Tanpa pikir panjang, Maki segera memungut buku-buku tersebut, terdengar lonceng pintu toko buku itu berbunyi, sekilas terlihat sosok Shota keluar dengan tergesa-gesa.
Sebenarnya ada apa dengan Shota, apa sebenarnya yang membuatnya seperti itu? berbagai macam pikiran memenuhi otak Maki sembari tangannya tetap sibuk memunguti buku-buku yang membuat aksi "membuntutinya" gagal total.Apa aku perlu memberitahu Erika apa yang baru saja aku lihat? ah tidak.. lebih baik tidak.. aku mau cari informasi lebih banyak lagi, jangan sampai aku menimbulkan kesalahpahaman diantara mereka.Maki terus berfikir dan berfikir, sampai akhirnya buku terakhir selesai dia rapikan.
to be continued...
Ket:
* impossible
* weird
* what r u doing?
Sabtu, 25 Oktober 2014
Yang tak Pernah Terlupakan...
Mungkin 2 tahun telah berlalu, tapi ingatan tentangnya tak pernah pudar. Aku terkadang merindukannya, tak jarang mengingatnya, ingatan tentangnya tergambar dengan jelas seolah-olah ada layar besar yang memainkan detik-detik aku bersamanya. Ada sedikit penyesalan kenapa aku tidak bisa bermanja-manja setiap bersamanya, walaupun di dalam lubuk hatiku yang paling dalam aku sangat ingin melakukannya. Berbagai macam pikiran berkecamuk di kepalaku setiap kali aku bertemu dengannya. Walaupun aku sudah bersamanya lama sekali, tetapi aku pun tidak bersama-nya dalam waktu yang cukup lama. Aku bukanlah tipe orang yang bisa meluapkan perasaan yang sesungguhnya kepada orang lain, bahkan kepada orang yang sangat aku sayang, orang yang setiap ku ingat selalu membuatku tak sadar meneteskan air mata.
Aku tidak pernah menyangka, jauh-jauh hari sebelum dia meninggalkanku, aku merasakan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah bisa aku gambarkan. Ada perasaan takut dalam hati ini, aku akan ditinggalkan oleh salah satu orang yang sangat aku sayang. Aku di tahun itu memanjatkan doa yang sama setiap hari, semoga Allah melapangkan dadaku, mengikhlaskan hatiku jikalau aku akan ditinggalkan, walaupun aku sama sekali tidak pernah menyangka aku akan ditinggalkan secepat itu.
Alhamdulillah... hari yang tak akan pernah kulupakan itu terjadi di bulan yang penuh berkah. Segala kesedihan, sedikit dapat terobati membayangkan dia berada di tempat yang insyaallah baik, beliau pun pergi dengan baik, insyaallah.
Aku mencoba mnguatkan diriku, menahan diri untuk tidak menangis berlebihan, sedih... pasti... tapi yang paling penting untukku adalah dia mendapatkan tempat terbaik di sana.
Lama sekali... sampai akhirnya dia hadir dalam mimpiku. Aku senang sekali... aku begitu menantikan mimpi ini, setiap aku mendengar cerita orang-orang yang memimpikannya aku begitu iri. Aku sampai berfikir, apakah aku tidak akan pernah memimpikannya? padahal aku selalu memikirkannya, tapi... mungkin saat itu dia belum siap untuk menemuiku.
Alhamdulillah, dia terlihat begitu tampan, dia tersenyum, senyum yang sangat kurindukan, senyum yang sangat kurindukan, mukanya terlihat begitu bersih, aku tenang, aku bangun dengan hati tenang.
Sayang.... ingatanku tentangnya yang tersisa hanya ingatanku semasa kecil. Aku bahkan begitu terkejut ketika melihat begitu banyak perubahan yang terjadi padanya, aku bahkan tidak sadar dia sudah begitu kurus, giginya sudah ompong, tapi dia tidak berubah, senyumnya, suaranya, tidak pernah berubah...sampai sekarang, masih terdengar jelas di telinga, suaranya yang kerap kali memanggil namaku.
Tidak ada yang meragukan betapa dia sangat menyayangiku, semua orang tau pasti bagaimana dia sangat menyayangiku, aku tahu pasti bagaimana dia sangat menyayangiku.
Ternyata.... mengingatnya sekarang lebih menyakitkan, aku kira akan terbiasa, tetapi semakin lama semakin aku mengingat betapa sedikit memori yang bisa aku kenang, aku sedih aku tidak bisa mewujudkan keinginannya... memberikannya "gaji pertamaku" aku bahkan belum bekerja saat dia meninggalkanku.
Tahun dan bulan kepergiannya bertepatan dengan hari terakhir simoncelli di sirkuit, aku begitu berduka mendengar kepergian simoncelli tapi aku tidak menyangka ada berita yang lebih besar menantikanku di rumah.
Tidak ada yang berani memberitahukan kepergiannya padaku. Aku masih dalam perjalanan pulang ke rumah saat Malaikat menjemputnya, bahkan ketika aku sampai di rumah, tidak ada yang memperlihatkan wajah berduka, semua tampak normal, sangat normal. Sampai aku menyadari ada suatu yang janggal, kenapa begitu banyak orang? ada apa?? ada pesta kah? lalu ketika aku masuk ke dalam rumah, pikiranku kosong, tirai besar menyambutku... siapa di balik tirai ini? aku mulai khawatir, siapa di balik tirai ini? ketika kusibakkan tirai itu, aku langsung tertunduk dan satu hal yang langsung terlintas di pikiranku... ya Allah maafkanlah beliau, berilah tempat yang layak untuknya, kuatkanlah hamba, ikhlaskanlah hamba... sungguh dia milik-Mu maka ke pada-Mu lah dia kembali...
Aku tidak pernah menyangka, jauh-jauh hari sebelum dia meninggalkanku, aku merasakan sesuatu yang mungkin tidak akan pernah bisa aku gambarkan. Ada perasaan takut dalam hati ini, aku akan ditinggalkan oleh salah satu orang yang sangat aku sayang. Aku di tahun itu memanjatkan doa yang sama setiap hari, semoga Allah melapangkan dadaku, mengikhlaskan hatiku jikalau aku akan ditinggalkan, walaupun aku sama sekali tidak pernah menyangka aku akan ditinggalkan secepat itu.
Alhamdulillah... hari yang tak akan pernah kulupakan itu terjadi di bulan yang penuh berkah. Segala kesedihan, sedikit dapat terobati membayangkan dia berada di tempat yang insyaallah baik, beliau pun pergi dengan baik, insyaallah.
Aku mencoba mnguatkan diriku, menahan diri untuk tidak menangis berlebihan, sedih... pasti... tapi yang paling penting untukku adalah dia mendapatkan tempat terbaik di sana.
Lama sekali... sampai akhirnya dia hadir dalam mimpiku. Aku senang sekali... aku begitu menantikan mimpi ini, setiap aku mendengar cerita orang-orang yang memimpikannya aku begitu iri. Aku sampai berfikir, apakah aku tidak akan pernah memimpikannya? padahal aku selalu memikirkannya, tapi... mungkin saat itu dia belum siap untuk menemuiku.
Alhamdulillah, dia terlihat begitu tampan, dia tersenyum, senyum yang sangat kurindukan, senyum yang sangat kurindukan, mukanya terlihat begitu bersih, aku tenang, aku bangun dengan hati tenang.
Sayang.... ingatanku tentangnya yang tersisa hanya ingatanku semasa kecil. Aku bahkan begitu terkejut ketika melihat begitu banyak perubahan yang terjadi padanya, aku bahkan tidak sadar dia sudah begitu kurus, giginya sudah ompong, tapi dia tidak berubah, senyumnya, suaranya, tidak pernah berubah...sampai sekarang, masih terdengar jelas di telinga, suaranya yang kerap kali memanggil namaku.
Tidak ada yang meragukan betapa dia sangat menyayangiku, semua orang tau pasti bagaimana dia sangat menyayangiku, aku tahu pasti bagaimana dia sangat menyayangiku.
Ternyata.... mengingatnya sekarang lebih menyakitkan, aku kira akan terbiasa, tetapi semakin lama semakin aku mengingat betapa sedikit memori yang bisa aku kenang, aku sedih aku tidak bisa mewujudkan keinginannya... memberikannya "gaji pertamaku" aku bahkan belum bekerja saat dia meninggalkanku.
Tahun dan bulan kepergiannya bertepatan dengan hari terakhir simoncelli di sirkuit, aku begitu berduka mendengar kepergian simoncelli tapi aku tidak menyangka ada berita yang lebih besar menantikanku di rumah.
Tidak ada yang berani memberitahukan kepergiannya padaku. Aku masih dalam perjalanan pulang ke rumah saat Malaikat menjemputnya, bahkan ketika aku sampai di rumah, tidak ada yang memperlihatkan wajah berduka, semua tampak normal, sangat normal. Sampai aku menyadari ada suatu yang janggal, kenapa begitu banyak orang? ada apa?? ada pesta kah? lalu ketika aku masuk ke dalam rumah, pikiranku kosong, tirai besar menyambutku... siapa di balik tirai ini? aku mulai khawatir, siapa di balik tirai ini? ketika kusibakkan tirai itu, aku langsung tertunduk dan satu hal yang langsung terlintas di pikiranku... ya Allah maafkanlah beliau, berilah tempat yang layak untuknya, kuatkanlah hamba, ikhlaskanlah hamba... sungguh dia milik-Mu maka ke pada-Mu lah dia kembali...
Selasa, 14 Oktober 2014
What an ordinary story...
She's sitting right in front of her desk, seriously looking at the monitor of her computer. She has been in that position for almost 8 hours already, she's really tired right now. She's looking at the clock which hanging on the wall, it almost midnight, 5 minutes more will make today become yesterday. She's yawning, she feels that her eyes are getting hard to open, oh no she will fall asleep, she can't do that, no... she should not even think about that. She's trying to move her legs, oh...crap...she can't move them. She looks around and around...but there's no one around. It's only her in that office room tonight, lonely... cover by the darkness where the only light is coming from her messy desk. Huff... her mug is empty she just realized it, and when she checks what inside her desk drawer, unfortunately, nothing left besides dust. Sigh... she just too weary even for to get up and take water. Suddenly her phone is ringing, but she doesn't know where she put it. Her ringtone sound fills up the room, very noisy for a quiet room.
"Where...where is my brother?"
"Hey... what r u doing, what happen to u? why u hurt urself?" Tom immediately grab Laura's hand to stop her strange action.
***
Inside the deep darkness standing Robert watching that sibling, he smiles and feels so relieved that Tom is just Laura's twin. But He's afraid his stupid lied back then will make Laura doesn't want to talk to him anymore, however, he wish that Laura didn't remember that stupid thing. It was really stupid, the jealousy made him said a scary thing. Stabbed?? the wimpy kid like Robert even can't kill cockroaches. Well yeah... maybe Robert has to be more patience, it really needs the courage to ask her out. Robert holding two movies tickets and squeezed it tightly...
"Hello.."
"Laura?! Where r u?"
"Well.. I'm still in the office, why?"
"Why? how could u ask me why I call u?"
"Ok.. Tom, I'm sorry but I think I will stay up all night here, there are still a lot of things to be done, I haven't finished yet."
"Wait... r u alone? or..."
"I'm alone... why?"
"Hmm... " Tom paused, silent for a moment."Oh, nothing... never mind, but I think u should go home, you want me to pick u up?"
"I told u I still have many things to do... and everything must be done today."
"But.. u can do it at home... why u must force urself doing it alone there."
"What happen to u, oh c'mon I really tired I will hang up this phone if u asked me to get home again."
"Ok... Fine... should I accompany u?"
"If u wish, well at least I need someone to talk to anyway... oh yeah please buy me food."
"Alright, take care... I'll be there ASAP. bye.."
"Ok... bye.."
Laura giggling, she feels so relieved, even though Tom was annoying sometimes, but he always there for her in the right time. Yeah, the right time...
Without her knowing, someone has been watching her all day-- Robert-her co-worker who truly admires her.
***
Tom really come so fast, his hands are full with many kinds of foods. Wow... Laura is so impressed by him, she gives grateful smile to him.
"You can't sleep?" Laura begins to eat the pizza alone.
"Of course, how can I have a good sleep when you're outside."
"Oh dear, you are so lovely kid, mom and dad must be proud of you."
"Stop talking, just eating, how could you speaking while eating, very not u."
"Oh really, wow... am I that adorable for ye?"
"Give me a break, I just don't like seeing u like other girls."
"Other girl? Ah...you have a crush on someone?...tell me who is she...c'mon."
Robert who doesn't know what those two are talking about, feeling disturb and jealousy... he always watching Laura and this is the first time he sees Laura smiling and talking so happy with a man. Who's that man?? He never saw him before, never...
"Giorgina... I met her in Liverpool, in Harry's wedding, but I never see her again after that."
"Why?... you don't exchange number?"
"Nope... hmm I don't think about that, and I think she has a guy."
"Ouch.. Sounds not good, hmm but well ... here is London, there are still a lot of cute girls around here."
"Yeah... just finish your eating, you don't forget your work, don't you?"
"Ouh Yeah... right.."
Since Tom beside her, Laura feels her strength come back. Tom sometimes corrected her typing, so helpful for her to keep concentrate. Meanwhile, Robert feels more uneasy and more uneasy... Laura and that man are too close, they must be a not just friend, it seems like they are lovers... no... no... Laura doesn't have a Bf, He knows that He had looked for any information about Laura, But... but... is that already all the information? did he miss something?!Aarrrghhh!! What the heck!! Who Is That MAN!!!
"You know that I just have 3 days at home but you aren't home, it's really boring."
"Sorry... but I really can't avoid this, I promise this is the last time I stay up all night outside a home."
"I think ur currently job spent much of ur time, why you must working here, I have a better job for ya.."
"I know I will work for ya, but I really enjoy what I'm doing right now.."
"Just don't force urself, you don't want ur face wrinkled faster, don't you?"
Laura doesn't really pay attention to what Tom's said, her eyes keep on the computer screen, trying to keep focus, but it looks like Laura can't hold herself to reply Tom.
"What r u talking about, stop teasing me... don't u realize how cute I am?"
...
"Tom? why r u silent? I am asking u..."
"Yeah, of course, you are very adorable." reply slow deep voice.
"Oh yeah Thank u, finally u admit it, haha...hmm why ur voice change?"
"My voice never change..."
"Oh yeah... of course...Oh no...!!! argh!!... I did it again... huff I think I need more water, could u take water for me please..."
...
"Here..."
"Thanks... oh yeah Tom, how do u think about this, is this make sense?"
...
"Hey.. c'mon... I'm waiting... why u take so long think about this simple thing..."
...
"Why u always call his name!! is he that special for u!!?"
Laura startled, she stops her typing but she afraid to turn her back. "Who r u? Where's Tom?"
"TOM...TOM...TOM... !!!! I hate to hear that name!! ..." He takes a deep breath and exhales it loudly,"I've stabbed ur guy, dunno he is still alive or not?"
Hearing that makes Laura get up on her chair and screw up her courage to face that strange voice. Her eyes wide open seeing who has that terrifying voice. Robert?! the wimpy?
"Su--ur--ppri-prise!!" Suddenly Robert nervous, looking at Laura's eyes so closely.
Laura stares at Robert without blinking, in dim light, she can see Robert's hand that holding something, but it's not clear what it is.
"B-brother? who--who is ur b-brother?"
"Tom... Tom is my twin...you said you stabbed him, where-is-he--now!" Laura's voice trembling.
"T--t--twin?!! hahaha... ur t-twin? r u kidding me!! how come he could be ur twin?? is he??"
"Yes, He is, He is my lovely twin, why? Why you did it to me!! how could u! what I've done to u? Where is he!! tell me!!"
Robert stands up still, bite his lips--anxious.
Robert stands up still, bite his lips--anxious.
"Laura? Why r you shouting?" Laura turns her head, someone standing behind her, but it's too dark, she can't see him clearly.
That man approaches her until light from her desk reach him. Laura blinking her eyes rapidly, then rub her eyes, then slap her cheek," Ow..."
"Hey... what r u doing, what happen to u? why u hurt urself?" Tom immediately grab Laura's hand to stop her strange action.
Laura staring at Tom deeply and then she hug her brother tightly and soon she burst into tears."Please don't leave me!! hu hu hu..."
Tom who doesn't understand and really confuse let her sister crying until her feeling gets better.
"Are u ok? you will make me freezing in this cold night if you're not stop crying in my t-shirt."
"Hush... is your fault if you're freezing, how could ur big body so weak."
"Oh, c'mon even the superhero will freeze if their costume is wet in the cold weather."
Laura keep smiling, it makes Tom frown. "alright... so what happen to u earlier?"
Laura think for a while, she looks her around trying to look for Robert, but Robert had vanished, she even not sure with what happen to her earlier, is it real or just her imagination. The most important is, Tom is standing in front of her right now... again she hug Tom tightly," so where are you earlier?"
"I went to the bathroom, it takes a long time to find it when all the lights off."
"You r not scared? u know that ... the bathroom is where the spooky things usually exist."
"I'm not scared of all that things, I am more scared hearing you shouting like a crazy granny."
"What!! ahh!! feeling it..feeling it... you naughty kiddo!!!! Laura hit Tom repeatedly while laughing.
"Aw.. aw.. Laura!! hey!! stop it... hey granny!!"
"What !! how dare u still call me that!!.. I think I have to shut up your mouth!! hahaha!!"
"Hey!! stop it... what the heck!! hey!! you are a woman, hey!! where u get that smell!! mine not that bad?!"
"Really? how come ur armpit has better smell than mine?"
"Wanna try?"
"Oh No!! What is this!! OH no!! no!! I need a fresh air!! HELP!!!"
"Oh No!! What is this!! OH no!! no!! I need a fresh air!! HELP!!!"
***
Laura and Tom's Voices fill up the office room, they are laughing and playing hit and run like children.
Inside the deep darkness standing Robert watching that sibling, he smiles and feels so relieved that Tom is just Laura's twin. But He's afraid his stupid lied back then will make Laura doesn't want to talk to him anymore, however, he wish that Laura didn't remember that stupid thing. It was really stupid, the jealousy made him said a scary thing. Stabbed?? the wimpy kid like Robert even can't kill cockroaches. Well yeah... maybe Robert has to be more patience, it really needs the courage to ask her out. Robert holding two movies tickets and squeezed it tightly...
***
FIN
Rabu, 28 Mei 2014
Kenangan Tak Bertepi Part 4 - Edisi Payitang
Kenangan Tak Bertepi? postingan dua tahun lalu ini akhirnya dilanjutkan lagi, yaaah... karena memang saat ini aku sedang terserang ingatan sewaktu kecil, beberapa hari terakhir semua masa-masa kecilku seperti terbayang kembali. Tepat saat ini, saat aku menuliskan postingan ini, Manis alias Mei-Mei kucing gendutku sedang berbaring di sampingkan dengan gaya "super kiyuut-nya" setelah tadi dengan sok manja-nya menghampiriku dan menggesek-gesekkan badannya sejenak di kakiku.
yah... Manis... kucing betina aneh yang tidak beranak. Dulunya, dia akan berlari kalau aku bersiap mengelusnya menggunakan tangan, dan akan sangat senang saat yang aku gunakan untuk mengelusnya adalah kaki. Pertama kali melihat kucing ini, aku seperti ..."Uuuuh... ni kucing mau tak remes aja!!" tapi... sepertinya keinginan terpendamku ini harus aku tahan, karena kucing ini jenis kucing berat yang nggak doyan digendong, nyebelin? sangat. Sekarang coba aja bayangkan, seringkali rasa gemas itu dapat ditumpahkan dengan sentuhan fisik, tapi... terkadang mengelus saja nggak cukup buat menyalurkan rasa sayang, sekali dua ingin banget rasanya aku peluk ni kucing trus aku cium-cium seperti apa yang aku lakukan belasan tahun silam ke Payitang, kucing kesayanganku yang kenangan akan dia tak akan pernah bertepi...
Payitang... kucing lokal dengan bulu yang dominan hitam plus sedikit garis-garis kuning di beberapa bagian tubuhnya, (sayang, aku nggak punya foto-nya). Payitang, menurutku adalah kucing yang super duper cakep, hahaha.... mungkin bagi kalian yang bukan pengamat kucing bakalan bilang, cakep? tau dari mana? bukannya kucing rupanya sama aja?
Hahaha... percaya tidak percaya, aku sewaktu kecil selalu menganggap Payitang itu jelmaan Pangeran yang kalau dikecup akan berubah jadi Pangeran tampan nan gagah- seperti Pangeran Kodok (aseek!!), maklum kebanyakan nonton dan baca cerita dongeng. Tapi... entahlah, ni kucing asli cakep banget, dan yang paling penting jinak banget. Tak jarang dia melingkarkan badannya di kakiku setiap kali aku menonton dengan posisi bersila. Aku seringkali menonton dengan posisi ini, dan Payitang tanpa basa-basi datang dan dengan entengnya memasukkan kakinya satu demi satu ke celah kakiku, dan merebahkan badannya dengan posisi tidur melingkar. Dan.... seperti yang kalian ketahui sendiri, kucing tidak pernah tidur sebentar... jadi bisa dibayangkan bagaimana kakiku berasa mati rasa, kesemutan? tentu saja. Lucunya, aku menikmati setiap kali Payitang melakukan rutinitas ini, walaupun kesemutan, tapi aku sama sekali tidak ingin membangunkan kucing ini barang sedetikpun, kakiku yang terasa hangat karena suhu tubuh Payitang sampai saat ini masih kurindukan.
Payitang pun seringkali menemaniku tidur. Tak jarang aku mendapatkan dia sudah melingkar saja di sampingku sewaktu aku tidur, parahnya dengan posisi membelakangiku dan tidur tepat di depan mukaku, hehe... dasar kucing tengil. Sewaktu kecil aku pernah membawa Payitang ke rumah sahabatku Tik, yang jarak rumahnya dari rumahku mungkin sekitar hmm... kurang lebih 5 rumah. Aku membawanya layaknya membawa adek bayi, aku melilitkan kain panjang di badanku dan juga melilitkan kain tersebut ke badan Payitang kecil yang kalem saja kuperlakukan sesuka hatiku. Terkadang dia menggeliat yang berarti dia nggak mau atau bosan, tapi... selebihnya dia menikmati gendonganku, hehe.
Tapi... aku mungkin termasuk penyayang kucing yang sadis. Dulu, setiap kucing yang mencakarku, pasti ku balas dengan menyundul-nyundul kepalanya sambil bilang," Oh gitu...berani kamu yah...!! huh!! huh!!" padahal tu kucing mencakarku mungkin untuk perlindungan diri karena takut liat mukaku yang terlalu dekat dengan mereka, yang anggap saja begitu.
Terinspirasi dari Tipi, aku juga membuatkan Payitang baju dan kalung, tapi.... karena nggak punya modal, aku cuma bisa buatkan dari.... kertas, yah kertas, yang mana setelah kupasangkan ke Payitang di pagi hari, sorenya sudah hilang, dan sekali lagi aku pasti ngomel-ngomel dan marahin Payitang layaknya Ibu yang marahin anaknya yang nakal. Reaksi Payitang?? Jilat-jilat badan dan kaki...
Payitang berumur kurang lebih 9 tahun, sayang aku nggak nemuin dia mati. Tapi... aku masih ingat Payitang tua yang lebih banyak bersantai-santai, nggak seperti sewaktu dia muda, dia seringkali membawa betina ke rumah dan memberikan tontonan lucu... aku juga seringkali memperhatikan dia membuang kotoran, saat terlucu adalah saat kucing mengubur kotorannya, dengan sekali dua mereka mencium-cium gundukan yang mereka buat apakah sudah cukup tebal untuk menghalau keluarnya bau dari kotoran mereka.
Kucing adalah makhluk yang bersih? tentu saja, kuman di badan kucing hampir tidak terdeteksi, itu berkat liurnya yang bersifat pembersih. Jadi tak heran, waktu Ummul mukminin Aisyah r.a tidak segan-segan memakan bubur yang sudah dijilati kucing, karena kucing itu tidak nakjis, begitu pula Rasulallah SAW yang tetap memakai air jilatan kucing untuk berwudhu. Rasulallah SAW sendiri adalah penyuka kucing dan beliau memiliki kucing yang bernama Mueeza... :)....
Memang...kucing adalah peliharan yang paling pas, karena memang hidup kucing itu yah... di rumah. Beberapa hari yang lalu, aku menonton sebuah acara di TiPi yang membahas tentang peran kucing yang telah menyelamatkan majikannya, dari kebakaran, struk, dan masih banyak lagi aku lupa, si kucing malah dikatakan telah menyelamatkan majikannya lebih dari puluhan kali, dan kucing-kucing ini bertingkah menakjubkan tidak hanya karena dipelihara sedari kecil bahkan saat dimana kucing itu baru saja diadopsi, dia bisa dengan sigap menyelamatkan majikan barunya.
Wah... adzan udah berkumandang nih... saatnya postingan ini dilanjutkan lain waktu...
Au revoir amis.. :)
Sabtu, 24 Mei 2014
Rosalinda -Thalia
Rosalinda
Cuando se tiene una razón
Para amar intensamente
Se descubre de repente
Que por tí late más fuerte el corazón.
Ay! Cuando nos llama la pasión
Nos hallamos frente a frente
Para amarnos locamente
Y entregamos sin reservas al amor.
Ay amor, quédate muy dentro,
Aquí está tu Rosalinda para vivir en tus sueños
Ay amor, que me estoy muriendo,
Es esta tu Rosalinda que sólo quiere tus besos.
Rosalinda! Rosalinda!
Rosalinda! Rosalinda!
Ay! Beso a beso, piel a piel,
Me enamoras suavemente,
Me devoras lentamente
Desatando los secretos del placer.
Sólo tú sabes muy bien
Embriagarme de locura
Me seduces, me torturas
Con el roce de tus labios como miel.
En tus ojos tengo una razón para soñar,
Es una eternidad sintiendo como el tiempo
Ya no existe junto a tí,
Me siento tan feliz
Cuando me llevas en tus brazos a la libertad.
Ay amor, quédate muy dentro,
Aquí está tu Rosalinda para vivir en tus sueños
Ay amor, que me estoy muriendo,
Es esta tu Rosalinda que sólo quiere tus besos...
Ay, amor, ay amor, aquí esta tu Rosalinda
Para vivir en tus sueños
Es la locura que me tortura
Porque te llevo muy centro.
Ay, amor, ay amor, es esta tu Rosalinda
Que sólo quiere tus besos
Si el amor me ha dado una razón
Es para entregarte el corazón, y te digo...
Ay, amor, ay amor, aquí está tu Rosalinda
Para vivir en tus sueños
Toma mi alma, bebe mi cuerpo
Que por tus besos me estoy muriendo, ay.
Ay, amor, ay amor, es esta tu Rosalinda
Que sólo quiere tus besos.
Rosalinda... Rosalinda,
Rosalinda ay amor, ay amor...
Para amar intensamente
Se descubre de repente
Que por tí late más fuerte el corazón.
Ay! Cuando nos llama la pasión
Nos hallamos frente a frente
Para amarnos locamente
Y entregamos sin reservas al amor.
Ay amor, quédate muy dentro,
Aquí está tu Rosalinda para vivir en tus sueños
Ay amor, que me estoy muriendo,
Es esta tu Rosalinda que sólo quiere tus besos.
Rosalinda! Rosalinda!
Rosalinda! Rosalinda!
Ay! Beso a beso, piel a piel,
Me enamoras suavemente,
Me devoras lentamente
Desatando los secretos del placer.
Sólo tú sabes muy bien
Embriagarme de locura
Me seduces, me torturas
Con el roce de tus labios como miel.
En tus ojos tengo una razón para soñar,
Es una eternidad sintiendo como el tiempo
Ya no existe junto a tí,
Me siento tan feliz
Cuando me llevas en tus brazos a la libertad.
Ay amor, quédate muy dentro,
Aquí está tu Rosalinda para vivir en tus sueños
Ay amor, que me estoy muriendo,
Es esta tu Rosalinda que sólo quiere tus besos...
Ay, amor, ay amor, aquí esta tu Rosalinda
Para vivir en tus sueños
Es la locura que me tortura
Porque te llevo muy centro.
Ay, amor, ay amor, es esta tu Rosalinda
Que sólo quiere tus besos
Si el amor me ha dado una razón
Es para entregarte el corazón, y te digo...
Ay, amor, ay amor, aquí está tu Rosalinda
Para vivir en tus sueños
Toma mi alma, bebe mi cuerpo
Que por tus besos me estoy muriendo, ay.
Ay, amor, ay amor, es esta tu Rosalinda
Que sólo quiere tus besos.
Rosalinda... Rosalinda,
Rosalinda ay amor, ay amor...
Bang Bang -Elie Dupuis
Bang Bang
Source : lyricsmania.com
Nous n'étions que des enfants,
Nous n'avions que 5 ou 6 ans,
On jouait au même jeu,
C'était lui le plus fort des deux.
Bang, bang, il me tirait,
Bang, bang, il me blessait,
Bang, bang, moi je pleurais,
Bang, bang, et il me consolait.
Bien vite passa le temps,
Et nous sommes devenus grands,
En riant il me disait:
"Rappelle toi quand on jouait".
Bang, bang, il me tirait,
Bang, bang, il me blessait,
Bang, bang, moi je pleurais,
Bang, bang, et il me consolait.
Vous pouvez rire et chanter,
Pendant que je vais pleurer. x2
Il était mon grand amour,
Je voulais le garder toujours,
Et moi je n'étais rien sans lui,
Sans amour, il est parti.
Bang, bang, il m'a quittée,
Bang, bang, je suis blessée,
Bang, bang, je vais pleurer,
Bang, bang, sans être consolée.
(Merci à Barbara C. pour cettes paroles)
Earth Song - Michael Jackson
Earth Song
What about sunrise
What about rain
What about all the things
That you said we were to gain...
What about killing fields
Is there a time
What about all the things
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the blood we've shed before
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
What have we’ve done to the world
Look what we've done
What about all the peace
That you pledge your only son...
What about flowering fields
Is there a time
What about all the dreams
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the children dead from war
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
I used to dream
I used to glance beyond the stars
Now I don't know where we are
Although I know we've drifted far
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Hey, what about yesterday
(What about us)
What about the seas
(What about us)
The heavens are falling down
(What about us)
I can't even breathe
(What about us)
What about apathy
(What about us)
I need you
(What about us)
What about nature's worth
(ooo, ooo)
It's our planet's womb
(What about us)
What about animals
(What about it)
Turned kingdoms to dust
(What about us)
What about elephants
(What about us)
Have we lost their trust
(What about us)
What about crying whales
(What about us)
Ravaging the seas
(What about us)
What about forest trails
(ooo, ooo)
Burnt despite our pleas
(What about us)
What about the holy land
(What about it)
Torn apart by creed
(What about us)
What about the common man
(What about us)
Can't we set him free
(What about us)
What about children dying
(What about us)
Can't you hear them cry
(What about us)
Where did we go wrong
(ooo, ooo)
Someone tell me why
(What about us)
What about baby boy
(What about it)
What about the days
(What about us)
What about all their joy
(What about us)
What about the man
(What about us)
What about the crying man
(What about us)
What about Abraham
(What about us)
What about death again
(ooo, ooo)
Do we give a damn
Aaaaaaaaah Oooooooooh
What about rain
What about all the things
That you said we were to gain...
What about killing fields
Is there a time
What about all the things
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the blood we've shed before
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
What have we’ve done to the world
Look what we've done
What about all the peace
That you pledge your only son...
What about flowering fields
Is there a time
What about all the dreams
That you said was yours and mine...
Did you ever stop to notice
All the children dead from war
Did you ever stop to notice
This crying Earth, this weeping shore?
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
I used to dream
I used to glance beyond the stars
Now I don't know where we are
Although I know we've drifted far
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Hey, what about yesterday
(What about us)
What about the seas
(What about us)
The heavens are falling down
(What about us)
I can't even breathe
(What about us)
What about apathy
(What about us)
I need you
(What about us)
What about nature's worth
(ooo, ooo)
It's our planet's womb
(What about us)
What about animals
(What about it)
Turned kingdoms to dust
(What about us)
What about elephants
(What about us)
Have we lost their trust
(What about us)
What about crying whales
(What about us)
Ravaging the seas
(What about us)
What about forest trails
(ooo, ooo)
Burnt despite our pleas
(What about us)
What about the holy land
(What about it)
Torn apart by creed
(What about us)
What about the common man
(What about us)
Can't we set him free
(What about us)
What about children dying
(What about us)
Can't you hear them cry
(What about us)
Where did we go wrong
(ooo, ooo)
Someone tell me why
(What about us)
What about baby boy
(What about it)
What about the days
(What about us)
What about all their joy
(What about us)
What about the man
(What about us)
What about the crying man
(What about us)
What about Abraham
(What about us)
What about death again
(ooo, ooo)
Do we give a damn
Aaaaaaaaah Oooooooooh
Jumat, 23 Mei 2014
Saatnya Bermimpi...
“Ke Inggris??”
“Ya… coba liat aja twittermu, aku udah tautin
link lombanya…”
Kurang lebih seminggu yang lalu, temanku Mbak
Rany, memberiku kabar gembira yang WOW itu. Lomba yang berhadiah
ke INGGRIS?? Hei!! Siapa yang nggak
tertarik??
Jadi… for your information guys… misterpotato (misterpotato.co.id)
mengadakan blog contest yang hadiahnya ke INGGRIS !!! …. Bagi siapa aja yang
pengen banget ke sana, silahkan aja meluncur ke link yang udah aku tautin itu,
Ok! Cepat aja bergegas guys soalnya DL-nya bentar lagi.
Back to the topic…
Inggris, mendengar namanya aja langsung membuatku membayangkan Stonehenge (peninggalan sejarah ini
merupakan list teratas dari semua tempat yang pengen banget aku kunjungin di
Inggris) Tower of London, Istana Buckingham, Hadrian Path, Kastil Windsor dan beberapa tempat lainnya
yang tentunya menjadi obyek wisata terfavorit di Inggris. Membayangkan Inggris,
pertama kali yang terlintas di benakku adalah padang rumput hijau,
bangunan-bangunan lama (yang juga menjadi ciri dari Negara Eropa pada umumnya),
dan tentunya beberapa klub ternama yang membuat Inggris tetap setia di
hati, hehe.
Aku
mungkin bukan penggila bola, bukan banget. Tapi… beberapa tahun lalu, tepatnya
tahun 2002 waktu Piala Dunia diadakan di Korea-Jepang, aku mendadak menjadi
penyuka Sepak Bola, paling tidak untuk saat itu saja, hehe. Inggris merupakan
salah satu Negara yang aku jagoin, tapi… inti dari pembicaraan ini sebenarnya
bukan mengenai sepakbola itu sendiri tapi lebih ke… bagaimana ajang bergengsi
ini udah mencuci otakku sampai di bawah alam sadar, dimana aku ngelindur dengan
topik yang sampai saat ini masih “tidak masuk akal” buatku.
Jadi… ini pengakuan dari Kakakku sendiri yang
menjadi saksi “apa saja yang aku ucapkan waktu aku ngelindur.” Sebagai
informasi saja, aku emang jagoin Inggris, tapi waktu itu aku lebih
menjagokan Turki, jadi waktu aku ngelindur dan temanya bukan tentang Turki, aku
jadi merasa ini tidak masuk akal.
Michael Owen, siapa yang nggak kenal pemain ganteng dari Inggris yang dulu sempat berjaya waktu masih berada di Liverpool? Yah… pastinya ada, aku salah satunya dan Kakak Sepupuku yang sempat mengira kalau dia aktor, lantaran di buku catatannya si Owen bukannya memakai baju bola malah memakai baju hitam dan kacamata hitam. Tak heran, sewaktu dia tahu identitas Owen, dia mendadak menjadi fans Owen saat itu…. Yah hanya saat itu. Saat dimana dia dengan entengnya membeli poster besar Owen dan dengan mantapnya poster itu di tempel di dinding kamarnya. Ternyata, tanpa sadar aku terpengaruh oleh Kakakku ini… walaupun bukan penggemar Owen, aku sempat ngelindur dan aku sampai saat ini nggak percaya dengan apa yang pernah aku ucapkan ini,”Eh… Owen... seputih apa sih kakinya? Lebih putih kakiku kali…” Mendengar itu esok paginya, aku seperti… “What??Are you serious??… mikirin Owen aja nggak tadi malam…” Tapi… nggak tahu kenapa, ternyata bukan cuma Owen, malam berikutnya aku malah mengomentari Om Buffon -kipper Italia saat itu.
Michael Owen, siapa yang nggak kenal pemain ganteng dari Inggris yang dulu sempat berjaya waktu masih berada di Liverpool? Yah… pastinya ada, aku salah satunya dan Kakak Sepupuku yang sempat mengira kalau dia aktor, lantaran di buku catatannya si Owen bukannya memakai baju bola malah memakai baju hitam dan kacamata hitam. Tak heran, sewaktu dia tahu identitas Owen, dia mendadak menjadi fans Owen saat itu…. Yah hanya saat itu. Saat dimana dia dengan entengnya membeli poster besar Owen dan dengan mantapnya poster itu di tempel di dinding kamarnya. Ternyata, tanpa sadar aku terpengaruh oleh Kakakku ini… walaupun bukan penggemar Owen, aku sempat ngelindur dan aku sampai saat ini nggak percaya dengan apa yang pernah aku ucapkan ini,”Eh… Owen... seputih apa sih kakinya? Lebih putih kakiku kali…” Mendengar itu esok paginya, aku seperti… “What??Are you serious??… mikirin Owen aja nggak tadi malam…” Tapi… nggak tahu kenapa, ternyata bukan cuma Owen, malam berikutnya aku malah mengomentari Om Buffon -kipper Italia saat itu.
Ada-ada aja… sepertinya aku
harus ke Inggris untuk mengkonfirmasi pernyataan alam bawah sadarku itu, hehe.
Ok… kembali mengenai Inggris. Inggris dari dulu selalu menjadi Negara yang
selalu ingin aku datangi kenapa??
1.
Bahasa Inggris adalah bahasa asing pertama yang aku pelajari,
dan aksen Inggris adalah aksen favoritku, dari sekian banyak aksen bahasa yang
pernah aku ketahui, jadi berkunjung ke Inggris akan membuatku belajar langsung
aksen klasik ini.
2.
Aku lebih dahulu mengenal mata uang Inggris dibandingkan mata
uang Negara lainnya sewaktu kecil, lantaran doyan baca buku karangan tante Enid
Blyton, hehe. Sebagai mata uang paling tua di dunia, Pound sterling
tentunya pas banget buat koleksi, hehe.
3.
Setahun yang lalu aku dikirimin uang langsung dari Inggris, emang tidak seberapa, cuma beberapa sen, tapi uang itu udah berasa harta karun
aja. Maklum, aku juga kolektor uang asing sih, hehe.
4.
Aku suka Harry Pottert!!! (hubungannya??) yah... aku
selalu pengen ngunjungin beberapa spot tempat pembuatan filmnya, hehe...
5.
Aku selalu bercita-cita suatu saat dapat kesempatan buat
menelusuri setiap pelosok jalanan Inggris. Pasti seru !!! yay!!
Yah bayangin buat jalan-jalan
ke Inggris buat aku jadi laper, kalau gitu gimana kalau kita ngemil dulu…
Hmmmm yummy…..
Jalan-jalan ke Inggris,
sambil ditemenin snack lezat ini,
pasti bakalan jadi pengalaman tak terlupakan, hmm … kelamaan ngayal aku malah
jadi ngantuk nih… saat-nya buat ngimpi… Sebelum tidur tak lupa untuk
selalu berdoa semoga diberi kesempataan untuk suatu saat nanti bisa jelajahi
Negara-nya Ratu Elizabeth… tambahan bonus kalau ketemu artis-artis ternamanya
(Ngimpi banget!!), hehe…
…Bye bye… and...See you ...
Sampai ketemu di Inggris J
Sabtu, 17 Mei 2014
Bicara Sedikit tentang 너희들은 포위됐다 (You're all surrounded)
Haluuuuu!!!!
Wah... lama rasanya aku nggak ngebahas tentang drama or movie...
tapi kali ini berhubung aku lagi nonton drama...so mari kita bahas sedikit...
drama terbaru yang buatku.... ngocol banget...
Bagi penyuka drama Korea and selalu Update, pasti tahu drama terbaru Lee SeungGi ini....
Yuppy!!! anda benar!!!
You're all Surrounded....
Berhubung ni drama belum kelar, aku nggak mau banyak ngoceh deh, cuma aku mau bilang...
ni drama so far buatku sangat recommended... wae???
karena ni drama ngehibur banget...
aku masih ingat banget jum'at malam, aku harus bangun karena denger cekikikan kakakku yang nonton tengah malam, heluuuu!!! itu ganggu banget... tapi waktu aku tahu kalau dia lagi nonton ni drama reaksiku malah....
"tuh kan.... lucu...."
Aku suka banget peran SeungGi di sini yang jadi cowok sok Cool, dan AhRa yang jadi cewek sok kuat...
cuma yang ganggu tuh pemeran cowok yang dianggap "ganteng" itu.. hmmm nggak tahu napa yah... (oke lah selera orang beda, hehe) tapi... emang tu cowok putih banget, saking putihnya ampe aku ngeliatnya kayak cat dinding hehe... waktu yang di Shot tangannya doang aja aku sempet kirain tangannya tu tangan cewek, gilaaa putih beeeuud.....
no komen buat yang kacamata, kecuali ni cowok jadi keren, hehe...
Yah aku nggak mau panjang lebar, tetap aja pantengin drama ini, semoga nggak ngebosenin yah...
buat yang baru mau nyari... yang update tuh Gooddrama.net and Dramafire.com....
drama ni tayang setiap hari Rabu dan Kamis malam di Korea sono...
Ok Minna...
Ciao....
Wah... lama rasanya aku nggak ngebahas tentang drama or movie...
tapi kali ini berhubung aku lagi nonton drama...so mari kita bahas sedikit...
drama terbaru yang buatku.... ngocol banget...
Bagi penyuka drama Korea and selalu Update, pasti tahu drama terbaru Lee SeungGi ini....
Yuppy!!! anda benar!!!
You're all Surrounded....
Berhubung ni drama belum kelar, aku nggak mau banyak ngoceh deh, cuma aku mau bilang...
ni drama so far buatku sangat recommended... wae???
karena ni drama ngehibur banget...
aku masih ingat banget jum'at malam, aku harus bangun karena denger cekikikan kakakku yang nonton tengah malam, heluuuu!!! itu ganggu banget... tapi waktu aku tahu kalau dia lagi nonton ni drama reaksiku malah....
"tuh kan.... lucu...."
Aku suka banget peran SeungGi di sini yang jadi cowok sok Cool, dan AhRa yang jadi cewek sok kuat...
cuma yang ganggu tuh pemeran cowok yang dianggap "ganteng" itu.. hmmm nggak tahu napa yah... (oke lah selera orang beda, hehe) tapi... emang tu cowok putih banget, saking putihnya ampe aku ngeliatnya kayak cat dinding hehe... waktu yang di Shot tangannya doang aja aku sempet kirain tangannya tu tangan cewek, gilaaa putih beeeuud.....
no komen buat yang kacamata, kecuali ni cowok jadi keren, hehe...
Yah aku nggak mau panjang lebar, tetap aja pantengin drama ini, semoga nggak ngebosenin yah...
buat yang baru mau nyari... yang update tuh Gooddrama.net and Dramafire.com....
drama ni tayang setiap hari Rabu dan Kamis malam di Korea sono...
Ok Minna...
Ciao....
Jumat, 25 April 2014
Celoteh di pagi hari....
Kasus JIS semakin marak memenuhi setiap chanel di Tipi, rasanya ni brita nggak ada habis-habisnya. Kasus yg g tau napa mengungkap byk kasus lainnya ini membuatku ingat ama pernyataan kakakku yg hmmm mungkin udah lebih setaun yg lalu mgkin lebih, wktu ngeliat para rmaja2 yg keroyokan nyanyinya n yg udah gede tp kyk anak kcil genitnya, yah ntahlah kalian tahu apa g, yg pasti kmunculan girlband2 mcm gini trnyata membuat kecendrungan org mjd suka anak kcil - yah bhs kerennya kalian lebih tahu lah. Kok bisa??? maaf no data by now, tp yah kurang lbihnya gini... Jd sperti yg kita tahu, kecndrungan sperti ni g tau knp skrg smakin marak aja jd brita, mgkn kasus ini bkn ksus bru, tp g bs dipungkiri kasus mcm ni buat kita jd was2 buat ninggalin adek kita, ponakan, ato mgkn anak kita ma org lain, walopun tu ama kluarga sndiri, coz u know lah ni kcendrungan kgak keliatan scara kasat mata, bhkan mgkn ada yg dlunya kgk gitu tp krn kbanyakn ntn ABG pake baju sekolah yg roknya naik tinggi bgt nari2 imut gitu, tu org jd mulai dah punya fantasi sek* ke anak2, yah secara penyuka anak2 ni rata2 berumur bukan ABG lagi. Sperti yg di katakan seorang psikolog anak (kbetulan tdi mlm pantengin Black und Waito), saat orang terpapar oleh pornografi ampe ke tingkat act out ni otak sbelah kanan bagian atas pelipis rusaknya bkalan sama dgn otak org yg rusak akibat dr kcelakaan hebat, ampe segitu parahnya. Jadi sbnarnya tak ada salahnya untuk mjga diri dri menjaga pandangan dan menutup aurat toh tu buat kita juga. Walaupun mgkn masih byk yg berdalih, alaaa itu mah emang udah otak lo aja yg ngeres, for ur information... Aku prnah ntn brita seorang pman yg memper**sa ponakannya lantaran sering ngeliat tu ponakan pake mini2... So yeah mang ada be2rapa org yg emang otaknya dah ngeres mkanya jgn tambah di stimulus... Yeah oke lah ini mang cm pndapatku doang, skrg terserah di anggap lalu atau mau di cerna...
Berita yg lgi marak jg d tipi skrg adlah "anak artis" (kntara bgt ni doyan kedap-kedip d dpan tipi), jd sepertinya hal ini brawal dri anak tertua si Dhani, "Al" perasaan ni anak selalu jd brita deh, org kyk terkaget2 gitu liat dy yg tumbuh ganteng, padahal dr dulu muka Al kgak berubah deh cm mang yah nampak lebih grow up aja hehe ( ngomong apa aku ni), yah jd setelah ni bocah bertebaran brita ttg anak artis yg laen, mksdnya yg katenye ganteng2... Sebut aja anak dri Tamara, vena melinda, feri salim, ampe anak inul yg masih kecil d sebut2... Tp yg pling buat ngenes ngeliatnya tuh anaknya Andi Soraya (asli gelo hansemnya)... Emang tuh bocah2 minus anaknya vena, feri dan inul, keliatan gantengnya dri kecil, ngeliat mereka aku ngrasa udah tua banget... Oke sbnarnya inti dri basa basi ni "buat aku yes..." <apaan sih, mulai ngelantur ni karena tumben bangun pagi n kgk tidur lagi ni> jd ternyata maraknya para brondong2 ganteng baik itu dr tanah aer sendiri ato dr tanah aer org ( mkdnya negeri ginseng) ternyata menghasilkan muncul nya tante tante genit... Tante yg kalo liat brondong kayak nyesel lg jlan breng suami. Yah tak bisa di pungkiri hal sperti ni skrg smakin marak karena emang mata kyk difasilitasi dgn baek untuk info kyk gene. informasi tu mang layakny daun di pepohonan, rimbun bgt n kalian bisa pilih mau ambil daun yg seger ato yang kering ato yang seger tapi udah dibolongin pak de ulat ato yg udah setengah kering, tu pilihan... < ini advisenya pas g yah?> yah kurang lebih gitu dah yah...
Yah intinya sih jaga diri aja jgn kebawa arus, godaan tu ada di mana2, kalo bkan qt sendiri yg jaga diri kita siapa lagi ( ama terus berdoa minta dilindungin juga ama Allah biar qt, keluarga qt, org2 terdekat qt di jauhin dari semua kemaksiatan dunia yg pana ini), perbanyak ilmu karna ilmu tu buat orang lebih awas, lebih peka dan sensitif ngeliat lingkungan, jangan apatis deh jaman skrg kalo orang semua apatis mau dibawa kmana negeri ini ( wah bahasannya jd malah bawa negeri nih, ajib)... So... sebelum aku tutup aku mau minta maaf kalo ada kata2ku yg menyinggung, ni tulisan emang cm celotehanku doang kagak ada maksd buat nyudutin siapa aja, semoga qt semua selalu berada dalm lindungan-Nya amiin...
Bye...
Berita yg lgi marak jg d tipi skrg adlah "anak artis" (kntara bgt ni doyan kedap-kedip d dpan tipi), jd sepertinya hal ini brawal dri anak tertua si Dhani, "Al" perasaan ni anak selalu jd brita deh, org kyk terkaget2 gitu liat dy yg tumbuh ganteng, padahal dr dulu muka Al kgak berubah deh cm mang yah nampak lebih grow up aja hehe ( ngomong apa aku ni), yah jd setelah ni bocah bertebaran brita ttg anak artis yg laen, mksdnya yg katenye ganteng2... Sebut aja anak dri Tamara, vena melinda, feri salim, ampe anak inul yg masih kecil d sebut2... Tp yg pling buat ngenes ngeliatnya tuh anaknya Andi Soraya (asli gelo hansemnya)... Emang tuh bocah2 minus anaknya vena, feri dan inul, keliatan gantengnya dri kecil, ngeliat mereka aku ngrasa udah tua banget... Oke sbnarnya inti dri basa basi ni "buat aku yes..." <apaan sih, mulai ngelantur ni karena tumben bangun pagi n kgk tidur lagi ni> jd ternyata maraknya para brondong2 ganteng baik itu dr tanah aer sendiri ato dr tanah aer org ( mkdnya negeri ginseng) ternyata menghasilkan muncul nya tante tante genit... Tante yg kalo liat brondong kayak nyesel lg jlan breng suami. Yah tak bisa di pungkiri hal sperti ni skrg smakin marak karena emang mata kyk difasilitasi dgn baek untuk info kyk gene. informasi tu mang layakny daun di pepohonan, rimbun bgt n kalian bisa pilih mau ambil daun yg seger ato yang kering ato yang seger tapi udah dibolongin pak de ulat ato yg udah setengah kering, tu pilihan... < ini advisenya pas g yah?> yah kurang lebih gitu dah yah...
Yah intinya sih jaga diri aja jgn kebawa arus, godaan tu ada di mana2, kalo bkan qt sendiri yg jaga diri kita siapa lagi ( ama terus berdoa minta dilindungin juga ama Allah biar qt, keluarga qt, org2 terdekat qt di jauhin dari semua kemaksiatan dunia yg pana ini), perbanyak ilmu karna ilmu tu buat orang lebih awas, lebih peka dan sensitif ngeliat lingkungan, jangan apatis deh jaman skrg kalo orang semua apatis mau dibawa kmana negeri ini ( wah bahasannya jd malah bawa negeri nih, ajib)... So... sebelum aku tutup aku mau minta maaf kalo ada kata2ku yg menyinggung, ni tulisan emang cm celotehanku doang kagak ada maksd buat nyudutin siapa aja, semoga qt semua selalu berada dalm lindungan-Nya amiin...
Bye...
Rabu, 02 April 2014
Kalung...
Hai... rasanya sudah lama aku nggak menulis cerita, kali ini aku mau mengangkat cerita tentang bagaimana sesuatu hal yang sebenarnya biasa saja menjadi "sesuatu" ketika seseorang cenderung mengambil kesimpulan hanya dari diri-nya sendiri, tanpa mengklarifikasikan masalah itu terlebih dahulu. Cerita ini mungkin aja fiktif tapi terkadang juga terjadi (di dorama hoho...)... cerita yang terinspirasi dari kata "목걸이 (kalung)" sesaat setelah menonton BOC (Bride of Century) yang sedang tayang saat ini (kok malah jadi promosi drama yah)... yah cerita yang bakalan aku tulis ini pastinya sangat jauh berbeda dengan cerita BOC, hehe...
Lima hari lagi, ulang tahun ibunya
tinggal lima hari lagi. Sora nampak bingung memikirkan kado apa yang akan
diberikannya. Dia berjalan dengan lunglai setelah hampir sejam berkeliling
melihat berbagai toko-toko di pinggir jalan.
“Hei!! Sora Chan!!” Seseorang memanggilnya dari arah belakang.
Sora membalikkan badan dan
dilihatnya sosok lelaki muda yang sangat tampan, dia tak lain adalah gurunya dulu
di klub Kendo.
“Ah!! Youji Sensei! Konnichiwa!” Sora
memberi hormat, matanya berbinar bahagia. Dia tidak menyangka akan bertemu guru
kendo favoritnya.
“Wah… seperti biasa kamu tampak
selalu semangat yah!! Hmm apa kamu sedang sibuk?”
“Eh?... ah… nggak kok, aku hanya
sedang bingung mencari kado untuk ibuku.”
“Ibumu? Oh… bagaimana kalau kalung…
aku tahu tempat yang bagus. Kebetulan aku ingin ada seseorang yang bisa
menemaniku.”
“Ah! Benarkah! Ok! Aku siap
menemani Sensei! Hehe.” Sora
tersenyum lebar, akhirnya dia tahu kado apa yang akan diberikannya pada ibunya.
Di tempat lain, Hiroki Yamada
sedang uring-uringan mengikuti acara double
date yang diatur oleh temannya. “Maaf Hikun! Aku juga nggak menyangka
jadinya akan seperti ini.” Shun Takagi menghela nafas panjang.”Huff… aku kira
dia sudah melupakan mantan-nya.”
Hiroki melihat Shun yang terlihat
lebih frustasi darinya, double date
yang sebenarnya dia ikuti hanya untuk temannya ini hancur berantakan karena
gadis yang ditaksir Shun ternyata kembali ke mantannya. Padahal, untuk
mendapatkan cinta gadis ini, Shun harus mengorbankan banyak hal, termasuk memberikan
Hiroki ponsel yang baru saja dia beli supaya temannya ini mau untuk diajak double date. Hiroki menjadi merasa tidak
enak menerima ponsel itu. Pada dasarnya dia juga tidak berniat untuk ikut double date, lagipula dia juga tidak
memiliki pasangan. Hanya saja, si Haruna, gadis yang di taksir Shun hanya mau
nge-date kalau temannya si Shizuka juga diajak. Tapi… siapa yang menyangka, di
tengah acara nge-date yang belum sampai puncak mendebarkan, si Kudo muncul dan
dengan sangat mudahnya mengambil Haruna dari Shun, dan Haruna bahkan tidak
memberi penolakan sedikit pun. Kejadian beberapa menit itu, sungguh membuat
mereka berdua shock!
“Ano… Yamada kun?...” Shizuka entah
sejak kapan berdiri tepat di hadapan Hiroki.
“Untuk hari ini… terima kasih
banyak, aku… sangat menikmatinya… mungkin… lain waktu…kalau kamu mau…kita bisa
pergi lagi… hanya berdua?” Shizuka memberikan sinyal ketertarikan kepada
Hiroki, di satu sisi Hiroki senang karena Shizuka termasuk gadis yang manis,
tapi… di sisi lain dia merasa tidak nyaman melihat Shun yang baru saja patah
hati.
“Ah… yah aku juga.. terima kasih..
hmm.. lain kali yah…” Hiroki mencoba memasang senyum yang manis, tapi
sepertinya masih tampak dipaksakan.
“Mengenai Haruna, maaf yah Takagi
kun… Haruna benar-benar telah melewati banyak hal untuk melupakan Kudo kun,
tapi… sepertinya dia…”
“Ah… aku mau jalan-jalan… mau
menemaniku Hikun?!” Shun tiba-tiba berdiri, memotong kata-kata Shizuka dan tanpa
memperdulikan Shizuka dia berjalan menjauh. Shizuka terlihat terkejut dengan
reaksi Shun, tapi dia hanya bisa terdiam terpaku. Hiroki jadi merasa serba
tidak enak, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Mereka akhirnya berjalan tak tentu
arah, meninggalkan Shizuka yang penuh kebingungan dan Haruna beserta Kudo yang
sedang menikmati masa bersama lagi. Hiroki terus mengikuti Shun tanpa bertanya
apa-apa. Tiba-tiba langkah Shun terhenti tepat di sebelah toko perhiasan. Hiroki
pun ikut berhenti, dipandanginya Shun yang terlihat begitu tegang.
“Apalagi ini?” suara Shun meninggi
dan terdengar kesal. Hiroki pun melihat apa yang menjadi sumber amarah
tersebut.
“Eh? Youji San! Bersama… seorang gadis? Bukannya…” Hiroki tidak menyambung
kata-katanya, karena nampaknya Shun sudah kesal sekali.
“Ayo pergi!!” Suasana hati Shun
tambah tak menentu.
Di dalam toko perhiasan yang baru
saja dilalui oleh Shun, tampak Sora tanpa rasa canggung begitu menikmati setiap
kali Youji memasangkan kalung ke lehernya.
“Bagaimana? Apa terlihat cantik?”
Youji memandangi kalung itu melalui
cermin.
Sora tersenyum memandangi betapa
indahnya kalung itu,” Gadis yang akan Youji Sensei
berikan pasti akan sangat menyukainya.”Tuturnya senang.
“Benarkah? Baiklah… aku akan ambil
ini.” Youji tanpa pikir panjang mengambil kalung itu dan segera membayarnya. “Tolong
kalung ini… dan Itu dibungkus.” sahutnya sambil menunjuk sebuah kalung lagi.
“Eh?! Ini kan…” Sora begitu
terkejut, karena Youji tanpa basa-basi membayar kalung yang rencananya akan dia
berikan kepada ibunya juga.
“Sebagai tanda terima kasih karena
kamu telah meluangkan waktumu menemaniku…” Youji tersenyum manis, Sora benar-benar
dibuat meleleh.
Belum saja kedua barang itu sampai
ditangannya, Youji mendapat telpon mendadak dari kantornya, dia segera keluar
dari toko tersebut, terpaksa Sora yang menerima bungkusan kedua kalung cantik
itu.
“Ah… maaf Sora Chan, aku harus
segera pergi, ada suatu keadaan mendadak di kantor yang harus aku tangani…”
Tanpa berkata apa-apa lebih lanjut, Youji segera berlari. Sora bahkan belum
sempat menanyakan mengenai kalung yang baru saja dibeli Sensei-nya itu. Akhirnya
daripada bengong, Sora pun memutuskan untuk pergi makan terlebih dahulu sebelum
pulang, karena dari tadi pagi dia belum menyentuh makanan sedikit pun.
Shun menyeruput minumannya dengan
malas, Hiroki sudah sedari tadi meninggalkannya sendirian, tapi dia masih saja
termenung memandangi hamburgernya yang baru digigit sekali. Beberapa kali dia
mencoba menghilangkan mood jeleknya dengan menghela nafas panjang, cara itu
hampir berhasil tapi langsung gagal ketika matanya mendapati sosok gadis yang
tadinya bersama Youji duduk tepat di meja seberang tempat duduknya. Gadis yang
sudah sangat kelaparan itu, memakan makanannya dengan lahap tanpa menyadari ada
mata yang sedang mengawasi setiap gerakannya. Shun terus memandangi gadis itu,
masih tidak masuk akal baginya gadis itu bisa menyaingi Narumi yang merupakan
idola-nya sedari kecil.
Tiba-tiba, ponsel gadis itu berdering,
spontan Shun menguping pembicaraan gadis itu.
“Ya.. ini dengan Sora… ah! Youji Sensei!! Ah ya..ya… apartemen Sensei? Oh
…yah..yah… tidak apa-apa, yah..yah… yah
sama-sama.”
Telpon singkat itu benar-benar
membuat geram Shun, apartemen? apartemen aniki? Apa-apaan ini? segala
macam pikiran berkecamuk di kepala Shun. Gadis itu dengan segera menghabiskan
burger ke-lima yang dibelinya, lalu dengan kilat meminum cola dingin-nya sampai
habis. Shun saat itu juga langsung tahu
apa yang harus dilakukannya segera.
Shun bergegas ke apartemen Youji,
dia tidak tahu apakah gadis tadi akan ke sini apa tidak, dia hanya
menebak-nebak saja siapa tahu perkiraannya benar. Sambil bersembunyi, dia
memperhatikan setiap kejanggalan yang mungkin dia temukan di apartemen itu.
Suara langkah kaki mendekat, Shun segera bersembunyi, mengandalkan ponselnya,
dia mengintai siapa yang baru saja datang. Ternyata yang datang adalah Narumi,
tunangan Youji yang kerap kali datang menyambangi apartemen Youji sekedar untuk
membersihkannya atau menyiapkan makanan. Setelah Narumi tidak ada lagi yang
datang, Shun sudah hampir tertidur sampai dia mendengar suara langkah kaki
mendekat. Rasa kantuknya seketika itu langsung hilang. Dari ponselnya, dia
dapat melihat bahwa yang datang kali ini adalah gadis itu. Gadis itu
berkali-kali memencet bel, Shun masih memperhatikan sambil berfikir apa yang
harus dia lakukan. Tak lama berselang, terdengar suara klek dari arah dalam apartemen Youji, pintu apartemen yang kalau
dibuka mengarah keluar ini spontan ditutup Shun, setelah berlari kilat dari
lokasi persembunyiannya.
Gadis itu tersentak, nafas Shun
masih tersengal-sengal. Dengan posisi masih menutup pintu dengan tangannya,
Shun berdiri tepat di hadapan gadis itu.
Mata mereka bertemu, kali ini jarak mereka sungguh dekat, Shun dapat
melihat wajah gadis itu dengan sangat jelas. Terlihat matanya memandang tajam
gadis itu, gadis itu pun nampak tidak berkutik memandangi Shun, dia terlihat
kesal dengan laki-laki yang datangnya entah darimana ini.
“Kamu siapa?” secara bersamaan Shun
dan gadis itu bertanya hal yang serupa. Mereka tersentak, sama-sama mendengus kesal,“Kamu
siapa?” kembali mereka mengeluarkan pertanyaan yang sama, sekarang mereka sama-sama
tersenyum kesal.
“Kau…” Shun melepaskan tangannya dari pintu
dan saat itu juga pintu terbuka, karena tadinya gadis itu berdiri tepat di
depan pintu, terbukanya pintu membuatnya secara tidak sengaja terdorong oleh pintu sehingga dia menabrak Shun yang
berdiri tepat di hadapannya, Shun secara spontan, menjaga kesetimbangannya
dengan menahan gadis tersebut tapi… ternyata yang telihat malah seperti dia
sedang memeluk gadis itu.
“Eh? Shun Chan??” Narumi memandangi
kedua anak ingusan itu, melihat Shun memeluk gadis itu, dia cekikikan. Shun
yang terkejut segera menarik lengannya dari tubuh gadis tersebut dan
menundukkan badan memberi salam, gadis yang bersamanya itu pun spontan
mengikuti. Narumi tersenyum melihat tingkah kikuk Shun, matanya pun akhirnya
terpaku pada gadis yang saat ini berdiri tepat di samping Shun.
“Siapa Shun? Pacarmu??”
“Bukan…aku hanya…” Gadis itu belum
menyelesaikan kata-katanya, Shun sudah tidak sabar untuk bertanya.
“Hmm… apa aniki ada?”
“Ah! Youji Kun?? Hmm… sepertinya dia akan pulang telat… hmm…bagaimana kalau
kalian makan dulu, aku kebetulan udah masak.” Narumi melirik gadis itu dan Shun
melihat reaksi mereka.
“Apa aniki sebentar lagi akan
pulang?”
“Hmm… entahlah… kenapa kalian nggak
tunggu saja di dalam, sambil makan…ayo…”
Narumi segera masuk sembari
mempersiapkan makanan di meja makan, sedangkan Shun dan gadis itu masih berdiri
di bibir pintu.
“Aku pulang saja,” Baru saja gadis
itu akan pergi, Shun memegang lengannya.
“Kenapa buru-buru? Kamu juga mau
ketemu dengan Kakakku kan? Ayo masuk saja…” ajak Shun dengan tatapan yang tidak
menyenangkan. Shun berharap dia bisa menahan gadis itu sampai Kakaknya pulang.
Sora memandangi apartemen Youji
dengan kening berkerut. Berat sekali rasanya kakinya untuk melangkah masuk.
Sebenarnya dia datang hanya untuk mengantarkan kalung yang dibeli oleh
Sensei-nya. Gadis cantik yang membukakannya pintu tadi pastilah tunangan Senseinya.
Kalau saja laki-laki bernama Shun itu tidak ada, tugasnya pasti sudah selesai. Sora
pada awalnya berencana sebagai pengantar kalung itu tanpa berbasa-basi kalau kalung
itu terbawa olehnya, dia hanya tidak ingin nantinya timbul kesalahpahaman. Tapi…
karena adegan pelukan tak sengaja yang tak penting tadi itu, serta tak adanya
kesempatan untuknya untuk berbicara, membuatnya menjadi berfikir untuk lebih
baik menyerahkan kalung itu langsung ke Youji besok saja.
“Hoi!!” Shun memanggilnya dengan
kasar, Sora langsung melirik Shun geram.
“Hei!! Kenapa masih di situ?? Ayo
cepat … makanannya udah siap nih…” Narumi memanggil mereka dari dalam, terlihat
wajahnya nampak ceria.
Sora menjadi tidak enak untuk tidak
menerima tawaran Narumi, senyum manis Narumi benar-benar bisa menghipnotis
orang. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk, Shun mengikutinya dari belakang.
“Makan ini, ini, ini, ini, ini,
ini…” Narumi mengambilkan hampir semua jenis lauk yang tersedia di atas meja ke
mangkok nasi Sora. Raut wajah Shun menampakkan ketidaksukaannya atas hal itu.
“Kenapa? Ayo dimakan?” Sora
tersentak mendengar suara Narumi, tadi tanpa sadar dia melirik Shun yang duduk
tepat di sampingnya cukup lama,”Eh?.. ya terimakasih… itadakimasu!!”
Sora mulai memakan lauk tersebut
satu persatu, semakin lama kunyahannya semakin cepat, tanpa sadar dia sudah meminta
tambahan nasi lagi.
“Ahhh!!! Enak sekali…” mata Sora
berbinar, dia tidak pernah merasakan makanan seenak ini sebelumnya.
Dipandanginya Narumi penuh takjub,” Apa ini semua anda yang memasaknya?”
Narumi sedikit terkejut dengan
reaksi Sora yang tak terduga,”Hahaha…. Kamu formal sekali, jangan “anda”
panggil saja aku “kakak” … yah itu aku sendiri yang masak, bagaimana, kamu
suka?” Narumi tersenyum malu-malu menyadari masakannya sangat di sukai. Sora
mengangguk-angguk senang, dengan mantap dia mengambil semua lauk di atas meja,
menghabiskannya satu-persatu tanpa canggung. Shun yang melihat itu, sampai
tidak berkutik, dia bahkan tidak sadar kalau dia sama sekali belum memakan apa
pun.
“Ah…!!! Enak banget > <!!!” Sora
melahap habis makanan di atas meja, Shun yang masih memegang mangkok nasi-nya,
terbelalak tidak percaya.
“Wah!!! Keren > <!!! Aku
tidak menyangka masakanku bisa disukai seperti ini!” Narumi terlihat begitu
senang, sampai tidak sadar kalau Shun benar-benar hanya memakan nasi saja.
Tiba-tiba terdengar suara bel
berbunyi, “Ah!! Mungkin itu Youji… Sebentar!!” Narumi dengan ceria pergi
membuka pintu.
“Apa kamu kerja part time jadi Sumo? tadi kamu habiskan
5 burger, sekarang…”
“Eh?!? Darimana kau…” Belum sempat Sora
menyelesaikan kata-katanya, Narumi datang sambil membawa sebuah paket. “Hah!
Ternyata bukan Youji…hmm apa aku telpon saja… tanya kapan dia pulang…”
“Ah… tidak usah, hmm sudah mau
larut juga, aku pulang saja.” Sora menawarkan diri pulang setelah melirik jam
di tangannya.
“Eh? Tidak apa-apa? Kau kan baru
habis makan.”
“Ah.. tidak kok, aku tidak apa-apa…aku
takut kalau kemalaman aku bisa dimarahi oleh Ayah.”
“Ah… baiklah… kalau begitu
hati-hati yah…eh Shun, kamu nggak antar dia sampai rumah? Tidak baik perempuan
dibiarkan jalan sendiri.” Narumi menatap Shun, Shun menghela nafas sambil
memelas.
“Tapi… aku mau menunggu aniki.” Shun memalingkan muka, dia sebenarnya paling
tidak bisa menolak permintaan Narumi.
“Shun~…Shun~ Shun~…” Narumi
mendekati Shun dan menggoda-godanya dengan nakal. Shun akhirnya tidak tahan dan
memutuskan untuk mengantar Sora.
Sepanjang perjalanan dilewati
mereka dengan diam. Dari apartemen Youji sampai di tempat perhentian bis, Shun
ingin sekali menanyakan perihal yang dilihatnya tadi siang, tapi dia bingung
harus mengawalinya dari mana. Sora merasa super tidak nyaman dengan ke kikuk an
ini, sekali dua dia mengerling Shun, tapi Shun seringkali melihat ke arah lain.
Setelah lama berfikir akhirnya Shun menemukan apa yang akan di tanyakannya pertama
kali, tapi tepat saat itu bis berhenti dan Sora tanpa mengucapkan selamat
tinggal ke Shun menaiki bis tersebut. Shun akhirnya spontan ikut menaiki bis
tersebut dan mengambil tempat duduk di sebelah Sora. Sora sempat terkejut
melihat Shun di sampingnya, tapi dia mencoba untuk tetap tenang.
Kembali Shun merangkai pertanyaan
apa saja yang akan dia tanyakan, setelah mantap dia pun memulai pertanyaan
pertama-nya.
“Bagaimana kamu bisa mengenal
Kakakku?” Shun mengucapkan pertanyaan itu dengan cepat tanpa menatap Sora, lama
dia menunggu jawaban yang dia harapkan. Sampai akhirnya dia kesal dan saat dia mau
menumpahkan kekesalannya, didapatinya gadis itu sudah terlelap dengan
nyenyaknya.
***
“Hah!! Kalung itu dimana?? Hah!!
Kenapa kalung buat ibu juga tidak ada?? Huff!! Coba ingat Sora… kemarin kamu
kemana aja… hmm hmm… ah ya!! Youji Sensei…
apartemen!!”
Sora pagi itu akhirnya berangkat ke
sekolah pagi sekali, dia berharap tidak terlambat ke sekolah setelah dari
apartemen Youji, di lain pihak, Shun juga ternyata semalaman tidak bisa tertidur
memikirkan kemungkinan Youji selingkuh, sebelum ke sekolah dia harus
mendapatkan kepastian tersebut, dia tidak ingin datang ke sekolah dengan penuh
tanda tanya.
“Maaf Sensei, aku… sepertinya meninggalkan kalung untuk ibuku di sini.”
“Eh? Kamu sempat ke sini kemarin?”
“Maaf aku kemarin sempat kesini,
tapi aku belum sempat memberikan kalung itu, aku…”
“Yah nggak apa-apa, ayo masuk saja,
kebetulan aku masih ada kerjaan nggak apa-apa kan kalau nggak bantuin kamu,
maaf banget.”
“Ah! aku boleh masuk?” Sora
terlihat begitu senang, Youji hanya mengangguk,” Ah.. terimakasih Sensei, hmm… Sensei nggak usah khawatir, aku bisa cari sendiri kok.”
Tepat ketika Sora memasuki
apartemen Youji, Shun datang dan melihat Sora memasuki apartemen Youji
pagi-pagi, dia menjadi semakin curiga. Hanya saja, Shun tidak langsung
bertindak. Dia menunggu cukup lama sampai akhirnya Sora keluar dari apartemen
itu.
“Huh… aku tidak menemukannya, maaf
sudah datang mengganggu pagi-pagi.” Sora terlihat kusut.
“Hmm… maaf yah aku tidak bisa membantu,
hmm… nanti aku akan coba mencarinya lagi, kalau aku menemukannnya nanti aku
hubungi, bagaimana?”
“Hmm… maaf… soalnya selain kalung
ibuku, aku juga jadinya kehilangan kalung Sensei…”
“Ah… nggak apa-apa, aku bisa
membelinya lagi, yang penting aku udah tahu selera perempuan itu seperti apa…”
Youji tersenyum menenangkan, Sora menjadi sedikit lebih tenang,” Sudahlah, kamu
cepat ke sekolah saja, sudah siang nih.”
Sora melihat jam di tangannya,” ah!
Kalau begitu aku permisi dulu, terima kasih Sensei.”
Sora bergegas pergi, dia nampak
agak tergesa-gesa. Shun yang sedari tadi menunggu di luar, segera menyusulnya.
“Hoi!!” Sora tetap berlari tidak menghiraukan panggilan Shun. Shun menjadi
sedikit kesal. Dia pun mempercepat langkahnya, ketika jaraknya sudah semakin
dekat dengan Sora, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di dekat mereka. Kaca
mobil terbuka dan terlihat siapa yang ada di dalamnya.
“Hei! Kenapa kalian masih di sini? Bukannya
sebentar lagi kalian masuk?” Narumi menyapa mereka. Sora sedikit terkejut melihat
Narumi, dia pun baru menyadari kalau Shun juga berada di dekatnya.
“A..! apa kalian butuh tumpangan?”
“Tidak us…” Baru saja Shun akan
menolak, Sora sudah bersiap untuk naik,” Eh?!...” akhirnya Shun pun ikut naik.
“Hahaha… hmm akhirnya kamu mau juga
berangkat bareng aku Shun Chan!”
Narumi tersenyum manis memandangi Shun yang nampak tidak nyaman.” Tapi…
sebenarnya apa sih yang ingin kamu bicarakan dengan Youji sampai datang sepagi
ini, kamu tadi dari apartemen Youji Kun
kan?”
Shun tidak menjawab pertanyaan
Narumi, pandangannya terpusat ke luar jendela. Narumi menghela nafas, lalu
akhirnya dia memandangi Sora yang sedari tadi takjub melihat limosin yang
sekarang dinaikinya itu.
“Ah!! seragam sekolah putri
Meisei?? Apa kamu sekolah di sana?” Narumi baru menyadari seragam yang
dikenakan Sora. Sora sedikit terkejut dibuatnya, lalu dengan tampang bingung
mengangguk.
“Ah… aku benar-benar kangen dengan
masa-masa itu… eh?! Jadi… kau dan Shun Chan?” Narumi melirik Shun, Shun
akhirnya menatapnya,”Ada apa?” Tanyanya dengan ketus.
“Ouh… jadi kalian beda sekolah, bagaimana
bisa kemarin kalian terlihat begitu mesra,” Narumi mengingat saat Shun tak
sengaja memeluk Sora. Narumi melihat Shun dan Sora bergantian.
“Itu tidak seperti yang kamu
bayangkan.”Shun merasa tidak nyaman.
“Ano… Kak Narumi… dulu sekolah di Meisei?” Sora sekarang
memperhatikan Narumi lekat-lekat.
“Eh! Yah... perkenalkan aku Narumi
Hikawa… “ Narumi memperkenalkan diri dengan imut, tapi masih tetap berkarisma.
Sora terbelalak, menutup mulutnya
sembari terus memperhatikan Narumi tidak percaya,” Ah!! Senpai!! Perkenalkan aku Sora Kanzaki!! Maafkan aku karena tidak
mengenali Senpai!.”
“Jangan bilang kamu masuk klub
kendo, wah… berarti kamu juga kenal dengan Youji Kun!”
“Yah tentu saja… Sensei adalah idolaku, mungkin hampir
semua gadis di klub kendo mengidolakan-nya, soalnya Sensei selain hebat juga sangat ramah, masih muda lagi…”Sahut Sora
semangat, tapi tiba-tiba dia tersadar setelah memandangi Narumi,”Oops… maaf aku
terlalu bersemangat.“Sora terdiam. “Hmm.. Sebenarnya aku juga mengidolakan Senpai karena Senpai sebagai perempuan begitu hebat, mengalahkan hampir semua
lawan tanpa ampun baik laki-laki mau pun perempuan, apalagi Senpai sangat cantik, aku sering
mendengar banyak yang iri dengan Senpai
karena Senpai begitu sempurna… Sen…”
“Berisik…” Shun menghela nafas,
dilonggarkannya dasi yang membelit lehernya.
Narumi memandang Shun heran. “Kamu
kenapa sih dari tadi Shun? Kenapa juga kamu melonggarkan dasimu, kamu jadi
terlihat tidak rapi, Shun… kamu denger aku nggak… Shun!!” Shun tidak
memperdulikan Narumi, Narumi terlihat kesal. “ Shun~… apa perlu aku perbaiki
dasimu?”Shun tidak bergeming. “Sora Chan!”
“Eh! Ya Senpai!”
“Perbaiki dasi Shun… kamu bisa
kan?” Narumi yang tadinya terlihat mengerikan spontan langsung bersuara lembut
ketika meminta Sora merapikan dasi Shun, Sora jadi tidak bisa menolak.
“Eh..eh… yah..ba baiklah Senpai” Tanpa
berfikir panjang Sora segera duduk menghadap ke arah Shun yang duduk tepat di
sampingnya. Dengan tangan gemetar Sora meraih dasi Shun, Shun yang sedari tadi
terdiam pun menjadi bereaksi.” Hoi!! Apa-apaan ini!” Dia mencoba untuk
menghindari tangan Sora meraih dasinya,” Narumi!” Shun terdengar geram, Narumi hanya
tersenyum, dia terlihat begitu menikmati tingkah Shun.
“Maaf…” Sora seperti sedang
menerima tugas, mukanya serius sekali. Shun yang merasa terdesak memegang tangan
Sora tepat setelah Sora berhasil meraih dasinya,”A-aku bisa sendiri!” Dia
melihat Narumi yang sekarang tersenyum menang. Sora yang tidak mengerti dengan
keadaan ini, hanya mengikuti perintah yang diberikan, dia pun segera duduk
sempurna. Shun merapikan dasinya dengan kesal. Dia tidak suka kalau Narumi menertawakannya.
Setelah itu, Narumi terus
cekikikan. Shun masih terlihat kesal sedangkan Sora cuma terdiam.
“Ah! sudah sampai! Aku turun dulu,
terima kasih Kak Narumi.” Sora segera turun dari mobil dan memberikan salam
hormat ke Narumi.
“Sampai jumpa Sora Chan!!” Narumi
tersenyum manis, tapi… waktu melihat Shun yang cuek Narumi pun menendang kaki
Shun yang duduk di depannya, memberikan aba-aba supaya Shun mengucapkan sesuatu.
Shun hanya menghela nafas,”have a nice
day,” Shun mengucapkannya tanpa memandang Sora. Narumi nampak kesal
dibuatnya. Sora hanya tersenyum kecil. Limosin itu pun melaju meninggalkannya.
“Kamu itu benar-benar tidak bisa bersikap
manis ke perempuan, pantas saja kamu susah mendapatkan pasangan.”
Shun menguap walaupun tidak
mengantuk, kata-kata Narumi bahkan tidak digubrisnya.
“Apa Narumi sangat menyukai aniki?” Tanya Shun sebaliknya tanpa
menatap Narumi, matanya masih tetap menatap luar jendela.
“Ya.. tentu saja.. kenapa?? Kenapa
kamu tiba-tiba menanyakannya?” Narumi nampak antusias menjawab pertanyaan dari
Shun, tapi Shun tidak menjawab
pertanyaannya, Narumi jadi sungkan untuk bertanya lebih lanjut.
Narumi menjadi bingung harus
bagaimana, tiba-tiba dia mengingat sesuatu,“Ah!! hampir lupa, aku menemukan ini
kemarin tertinggal di apartemen Youji Kun, aku rasa ini punyamu…” Narumi
menyerahkan sebuah bungkusan ke Shun. Shun memperhatikan bungkusan itu.
“Kalungnya bagus, kamu pintar juga
memilihnya. Hanya saja, kenapa kamu harus membeli dua, apa itu tidak terlalu
boros… kalau kamu ragu mau pilih mana, kenapa tidak tanya aku saja?”
Shun segera merampas bungkusan itu
dikeluarkannya isinya dan diperhatikan kedua kalung itu. Melihat reaksi Shun,
Narumi menjadi bingung. Tingkah Shun seringkali tidak dipahaminya.
“Aku rasa, yang kiri lebih cantik…”
Narumi tersenyum memandangi kalung yang dipegang oleh Shun, Shun memperhatikan
Narumi, kembali perasaan kesal itu muncul. Tidak, kalau seperti ini, dia tidak
bisa sekolah, pikirnya. “ Aku turun di sini…”
“Memangnya kenapa?” Shun tidak
menjawab pertanyaan Narumi, dia turun begitu saja.
Shun benar-benar kesal, sedari
kecil dia bercita-cita menjadikan Narumi istrinya, tapi Narumi juga sedari
kecil sudah menyukai Youji. Berkali-kali Shun mencari pengganti Narumi, tapi
dia tidak menemukan seorang pun yang dapat menandingi Narumi untuknya. Kalaupun
sebelumnya dia pernah mengejar-ngejar Haruna itu karena Narumi pernah
mengatakan kalau Haruna itu manis, kalau tidak, dia tidak ada niat mendekati
gadis itu. Tapi, saat gadis itu lebih memilih mantan-nya, tetap saja Shun kesal
dibuatnya.
Hari itu Sora tidak bisa
berkonsentrasi mengikuti kelas, entah kenapa jantungnya masih berdebar semenjak
tangannya di pegang oleh Shun, tidak…lebih tepatnya di genggam, kembali mukanya
memerah.
“So..ra..? kamu baik-baik saja?”
Mei ternyata memperhatikan tingkah laku anehnya sedari tadi.
“Eh?” Sora akhirnya tersadar,” Ah…
aku baik-baik saja.” Sora tersenyum kecil. Dia masih bingung dengan Shun, apa
yang sebenarnya ada di pikiran laki-laki itu. Tapi… tingkah canggung-nya tadi
benar-benar imut, Sora sampai beberapa kali senyum-senyum sendiri.
Sepanjang hari, Sora tidak bisa
melepaskan memori tadi pagi dari ingatannya. Dia masih tersipu-sipu malu setiap
mengingat momen itu. Mei hanya menggeleng-gelengkan kepala memperhatikannya.
“Eh?? Ada apa di gerbang sekolah,
ramai banget!” Mei berlari menuju ke gerbang sekolah mengecek apa yang terjadi,
meninggalkan Sora yang masih asik dalam lamunannya.
Sora terus berjalan tanpa menyadari
keramaian yang semakin lama semakin didekatinya, dia terus berjalan lurus ke
depan, tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.
Dia bahkan tidak sadar kalau ada yang memanggilnya sedari tadi.
“Hoi!” orang yang memanggilnya sedari tadi sekarang
berdiri tepat di hadapannya, membuat langkahnya terhenti. Orang yang berdiri dihadapannya
ini nampaknya sangat tinggi, Sora bahkan hanya setinggi pundaknya.
Saat dia mendongak ke atas mencoba memperhatikan wajah orang tersebut, spontan
dia mundur sambil terbelalak.
Shun tidak menampakkan reaksi apa
pun melihat tingkah aneh Sora, dia bahkan tidak peduli dengan suara ribut para
gadis di sekelilingnya. Keberadaannya sebagai siswa laki-laki di sekolah
perempuan tentu saja membuat histeris, apalagi Shun memiliki tampang yang bisa
membuat mereka semua terpikat.
“Ini… “ Tanpa basa-basi Shun
menyerahkan sebuah kotak ke Sora.
Sora segera tersadar melihat kotak itu, melihat adegan itu, semua anak gadis berteriak histeris penasaran apa itu. Tanpa memperdulikan sekelilingnya, Sora mencoba mengecek isi kotak tersebut, dan benar… kotak itu isinya kalung yang dibeli oleh Youji. Semua yang melihat kalung itu, semakin histeris.
Sora memandang Shun mau berterima kasih, tapi sebelum dia sempat mengucapkan ucapan “terima kasih” itu, Shun menambahkan,”Apa kamu mau aku memakaikannya?” Sora sontak menelan ludah, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
Di satu sisi dia ingin menolak karena itu bukan kalungnya, tapi… ini adalah tawaran yang menggiurkan. Sora tidak sanggup menjawab, dia terus memandang Shun tidak percaya.
“Ada apa ini?” pikirnya dalam hati. Shun lalu mendekatinya, dan dengan mantap memasangkan kalung itu di leher Sora, semua gadis berteriak histeris, iri. Sora sampai menutup matanya karena malu.
Sora segera tersadar melihat kotak itu, melihat adegan itu, semua anak gadis berteriak histeris penasaran apa itu. Tanpa memperdulikan sekelilingnya, Sora mencoba mengecek isi kotak tersebut, dan benar… kotak itu isinya kalung yang dibeli oleh Youji. Semua yang melihat kalung itu, semakin histeris.
Sora memandang Shun mau berterima kasih, tapi sebelum dia sempat mengucapkan ucapan “terima kasih” itu, Shun menambahkan,”Apa kamu mau aku memakaikannya?” Sora sontak menelan ludah, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
Di satu sisi dia ingin menolak karena itu bukan kalungnya, tapi… ini adalah tawaran yang menggiurkan. Sora tidak sanggup menjawab, dia terus memandang Shun tidak percaya.
“Ada apa ini?” pikirnya dalam hati. Shun lalu mendekatinya, dan dengan mantap memasangkan kalung itu di leher Sora, semua gadis berteriak histeris, iri. Sora sampai menutup matanya karena malu.
Shun terkekeh, Sora akhirnya membuka
matanya.
“Kamu pikir dengan memakai kalung cantik kamu akan terlihat cantik?” Shun mencibir dengan tampang menyebalkan.
Sora tersentak, Semua gadis tiba-tiba terdiam. Shun mendekati Sora, Sora terdiam tidak bergeming,”Aku tidak akan tinggal diam, kamu tidak akan bisa mengelabuiku, hah…seharusnya kamu sadar dengan tampangmu…” Bisik Shun, dipandanginya Sora dari ujung kaki sampai rambut, lalu dia tersenyum sinis, senyum yang membuat Sora merasa benar-benar terhina.
Lalu setelahnya, Shun pergi meninggalkan Sora yang masih terdiam membisu dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Para gadis memandangi Shun dengan terbelalak, tidak ada yang memahami apa yang terjadi.
“Kamu pikir dengan memakai kalung cantik kamu akan terlihat cantik?” Shun mencibir dengan tampang menyebalkan.
Sora tersentak, Semua gadis tiba-tiba terdiam. Shun mendekati Sora, Sora terdiam tidak bergeming,”Aku tidak akan tinggal diam, kamu tidak akan bisa mengelabuiku, hah…seharusnya kamu sadar dengan tampangmu…” Bisik Shun, dipandanginya Sora dari ujung kaki sampai rambut, lalu dia tersenyum sinis, senyum yang membuat Sora merasa benar-benar terhina.
Lalu setelahnya, Shun pergi meninggalkan Sora yang masih terdiam membisu dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Para gadis memandangi Shun dengan terbelalak, tidak ada yang memahami apa yang terjadi.
***
Bersambung…
Langganan:
Postingan (Atom)