yah... Manis... kucing betina aneh yang tidak beranak. Dulunya, dia akan berlari kalau aku bersiap mengelusnya menggunakan tangan, dan akan sangat senang saat yang aku gunakan untuk mengelusnya adalah kaki. Pertama kali melihat kucing ini, aku seperti ..."Uuuuh... ni kucing mau tak remes aja!!" tapi... sepertinya keinginan terpendamku ini harus aku tahan, karena kucing ini jenis kucing berat yang nggak doyan digendong, nyebelin? sangat. Sekarang coba aja bayangkan, seringkali rasa gemas itu dapat ditumpahkan dengan sentuhan fisik, tapi... terkadang mengelus saja nggak cukup buat menyalurkan rasa sayang, sekali dua ingin banget rasanya aku peluk ni kucing trus aku cium-cium seperti apa yang aku lakukan belasan tahun silam ke Payitang, kucing kesayanganku yang kenangan akan dia tak akan pernah bertepi...
Payitang... kucing lokal dengan bulu yang dominan hitam plus sedikit garis-garis kuning di beberapa bagian tubuhnya, (sayang, aku nggak punya foto-nya). Payitang, menurutku adalah kucing yang super duper cakep, hahaha.... mungkin bagi kalian yang bukan pengamat kucing bakalan bilang, cakep? tau dari mana? bukannya kucing rupanya sama aja?
Hahaha... percaya tidak percaya, aku sewaktu kecil selalu menganggap Payitang itu jelmaan Pangeran yang kalau dikecup akan berubah jadi Pangeran tampan nan gagah- seperti Pangeran Kodok (aseek!!), maklum kebanyakan nonton dan baca cerita dongeng. Tapi... entahlah, ni kucing asli cakep banget, dan yang paling penting jinak banget. Tak jarang dia melingkarkan badannya di kakiku setiap kali aku menonton dengan posisi bersila. Aku seringkali menonton dengan posisi ini, dan Payitang tanpa basa-basi datang dan dengan entengnya memasukkan kakinya satu demi satu ke celah kakiku, dan merebahkan badannya dengan posisi tidur melingkar. Dan.... seperti yang kalian ketahui sendiri, kucing tidak pernah tidur sebentar... jadi bisa dibayangkan bagaimana kakiku berasa mati rasa, kesemutan? tentu saja. Lucunya, aku menikmati setiap kali Payitang melakukan rutinitas ini, walaupun kesemutan, tapi aku sama sekali tidak ingin membangunkan kucing ini barang sedetikpun, kakiku yang terasa hangat karena suhu tubuh Payitang sampai saat ini masih kurindukan.
Payitang pun seringkali menemaniku tidur. Tak jarang aku mendapatkan dia sudah melingkar saja di sampingku sewaktu aku tidur, parahnya dengan posisi membelakangiku dan tidur tepat di depan mukaku, hehe... dasar kucing tengil. Sewaktu kecil aku pernah membawa Payitang ke rumah sahabatku Tik, yang jarak rumahnya dari rumahku mungkin sekitar hmm... kurang lebih 5 rumah. Aku membawanya layaknya membawa adek bayi, aku melilitkan kain panjang di badanku dan juga melilitkan kain tersebut ke badan Payitang kecil yang kalem saja kuperlakukan sesuka hatiku. Terkadang dia menggeliat yang berarti dia nggak mau atau bosan, tapi... selebihnya dia menikmati gendonganku, hehe.
Tapi... aku mungkin termasuk penyayang kucing yang sadis. Dulu, setiap kucing yang mencakarku, pasti ku balas dengan menyundul-nyundul kepalanya sambil bilang," Oh gitu...berani kamu yah...!! huh!! huh!!" padahal tu kucing mencakarku mungkin untuk perlindungan diri karena takut liat mukaku yang terlalu dekat dengan mereka, yang anggap saja begitu.
Terinspirasi dari Tipi, aku juga membuatkan Payitang baju dan kalung, tapi.... karena nggak punya modal, aku cuma bisa buatkan dari.... kertas, yah kertas, yang mana setelah kupasangkan ke Payitang di pagi hari, sorenya sudah hilang, dan sekali lagi aku pasti ngomel-ngomel dan marahin Payitang layaknya Ibu yang marahin anaknya yang nakal. Reaksi Payitang?? Jilat-jilat badan dan kaki...
Payitang berumur kurang lebih 9 tahun, sayang aku nggak nemuin dia mati. Tapi... aku masih ingat Payitang tua yang lebih banyak bersantai-santai, nggak seperti sewaktu dia muda, dia seringkali membawa betina ke rumah dan memberikan tontonan lucu... aku juga seringkali memperhatikan dia membuang kotoran, saat terlucu adalah saat kucing mengubur kotorannya, dengan sekali dua mereka mencium-cium gundukan yang mereka buat apakah sudah cukup tebal untuk menghalau keluarnya bau dari kotoran mereka.
Kucing adalah makhluk yang bersih? tentu saja, kuman di badan kucing hampir tidak terdeteksi, itu berkat liurnya yang bersifat pembersih. Jadi tak heran, waktu Ummul mukminin Aisyah r.a tidak segan-segan memakan bubur yang sudah dijilati kucing, karena kucing itu tidak nakjis, begitu pula Rasulallah SAW yang tetap memakai air jilatan kucing untuk berwudhu. Rasulallah SAW sendiri adalah penyuka kucing dan beliau memiliki kucing yang bernama Mueeza... :)....
Memang...kucing adalah peliharan yang paling pas, karena memang hidup kucing itu yah... di rumah. Beberapa hari yang lalu, aku menonton sebuah acara di TiPi yang membahas tentang peran kucing yang telah menyelamatkan majikannya, dari kebakaran, struk, dan masih banyak lagi aku lupa, si kucing malah dikatakan telah menyelamatkan majikannya lebih dari puluhan kali, dan kucing-kucing ini bertingkah menakjubkan tidak hanya karena dipelihara sedari kecil bahkan saat dimana kucing itu baru saja diadopsi, dia bisa dengan sigap menyelamatkan majikan barunya.
Wah... adzan udah berkumandang nih... saatnya postingan ini dilanjutkan lain waktu...
Au revoir amis.. :)