Rabu, 02 April 2014

Kalung...

Hai... rasanya sudah lama aku nggak menulis cerita, kali ini aku mau mengangkat cerita tentang bagaimana sesuatu hal yang sebenarnya biasa saja menjadi "sesuatu"  ketika seseorang cenderung mengambil kesimpulan hanya dari diri-nya sendiri, tanpa mengklarifikasikan masalah itu terlebih dahulu. Cerita ini mungkin aja fiktif tapi terkadang juga terjadi (di dorama hoho...)... cerita yang terinspirasi dari kata "목걸이 (kalung)" sesaat setelah menonton BOC (Bride of Century) yang sedang tayang saat ini (kok malah jadi promosi drama yah)... yah cerita yang bakalan aku tulis ini pastinya sangat jauh berbeda dengan cerita BOC, hehe...




Lima hari lagi, ulang tahun ibunya tinggal lima hari lagi. Sora nampak bingung memikirkan kado apa yang akan diberikannya. Dia berjalan dengan lunglai setelah hampir sejam berkeliling melihat berbagai toko-toko di pinggir jalan.
“Hei!! Sora Chan!!” Seseorang memanggilnya dari arah belakang.
Sora membalikkan badan dan dilihatnya sosok lelaki muda yang sangat tampan, dia tak lain adalah gurunya dulu di klub Kendo.
“Ah!! Youji Sensei! Konnichiwa!” Sora memberi hormat, matanya berbinar bahagia. Dia tidak menyangka akan bertemu guru kendo favoritnya.
“Wah… seperti biasa kamu tampak selalu semangat yah!! Hmm apa kamu sedang sibuk?”
“Eh?... ah… nggak kok, aku hanya sedang bingung mencari kado untuk ibuku.”
“Ibumu? Oh… bagaimana kalau kalung… aku tahu tempat yang bagus. Kebetulan aku ingin ada seseorang yang bisa menemaniku.”
“Ah! Benarkah! Ok! Aku siap menemani Sensei! Hehe.” Sora tersenyum lebar, akhirnya dia tahu kado apa yang akan diberikannya pada ibunya.
Di tempat lain, Hiroki Yamada sedang uring-uringan mengikuti acara double date yang diatur oleh temannya. “Maaf Hikun! Aku juga nggak menyangka jadinya akan seperti ini.” Shun Takagi menghela nafas panjang.”Huff… aku kira dia sudah melupakan mantan-nya.”
Hiroki melihat Shun yang terlihat lebih frustasi darinya, double date yang sebenarnya dia ikuti hanya untuk temannya ini hancur berantakan karena gadis yang ditaksir Shun ternyata kembali ke mantannya. Padahal, untuk mendapatkan cinta gadis ini, Shun harus mengorbankan banyak hal, termasuk memberikan Hiroki ponsel yang baru saja dia beli supaya temannya ini mau untuk diajak double date. Hiroki menjadi merasa tidak enak menerima ponsel itu. Pada dasarnya dia juga tidak berniat untuk ikut double date, lagipula dia juga tidak memiliki pasangan. Hanya saja, si Haruna, gadis yang di taksir Shun hanya mau nge-date kalau temannya si Shizuka juga diajak. Tapi… siapa yang menyangka, di tengah acara nge-date yang belum sampai puncak mendebarkan, si Kudo muncul dan dengan sangat mudahnya mengambil Haruna dari Shun, dan Haruna bahkan tidak memberi penolakan sedikit pun. Kejadian beberapa menit itu, sungguh membuat mereka berdua shock!
“Ano… Yamada kun?...” Shizuka entah sejak kapan berdiri tepat di hadapan Hiroki.
“Untuk hari ini… terima kasih banyak, aku… sangat menikmatinya… mungkin… lain waktu…kalau kamu mau…kita bisa pergi lagi… hanya berdua?” Shizuka memberikan sinyal ketertarikan kepada Hiroki, di satu sisi Hiroki senang karena Shizuka termasuk gadis yang manis, tapi… di sisi lain dia merasa tidak nyaman melihat Shun yang baru saja patah hati.
“Ah… yah aku juga.. terima kasih.. hmm.. lain kali yah…” Hiroki mencoba memasang senyum yang manis, tapi sepertinya masih tampak dipaksakan.
“Mengenai Haruna, maaf yah Takagi kun… Haruna benar-benar telah melewati banyak hal untuk melupakan Kudo kun, tapi… sepertinya dia…”
“Ah… aku mau jalan-jalan… mau menemaniku Hikun?!” Shun tiba-tiba berdiri, memotong kata-kata Shizuka dan tanpa memperdulikan Shizuka dia berjalan menjauh. Shizuka terlihat terkejut dengan reaksi Shun, tapi dia hanya bisa terdiam terpaku. Hiroki jadi merasa serba tidak enak, tapi dia tidak bisa berbuat apa-apa.
Mereka akhirnya berjalan tak tentu arah, meninggalkan Shizuka yang penuh kebingungan dan Haruna beserta Kudo yang sedang menikmati masa bersama lagi. Hiroki terus mengikuti Shun tanpa bertanya apa-apa. Tiba-tiba langkah Shun terhenti tepat di sebelah toko perhiasan. Hiroki pun ikut berhenti, dipandanginya Shun yang terlihat begitu tegang.
“Apalagi ini?” suara Shun meninggi dan terdengar kesal. Hiroki pun melihat apa yang menjadi sumber amarah tersebut.
“Eh? Youji San! Bersama… seorang gadis? Bukannya…” Hiroki tidak menyambung kata-katanya, karena nampaknya Shun sudah kesal sekali.
“Ayo pergi!!” Suasana hati Shun tambah tak menentu.
Di dalam toko perhiasan yang baru saja dilalui oleh Shun, tampak Sora tanpa rasa canggung begitu menikmati setiap kali Youji memasangkan kalung ke lehernya.
“Bagaimana? Apa terlihat cantik?” Youji memandangi  kalung itu melalui cermin.
Sora tersenyum memandangi betapa indahnya kalung itu,” Gadis yang akan Youji Sensei berikan pasti akan sangat menyukainya.”Tuturnya senang.
“Benarkah? Baiklah… aku akan ambil ini.” Youji tanpa pikir panjang mengambil kalung itu dan segera membayarnya. “Tolong kalung ini… dan Itu dibungkus.” sahutnya sambil menunjuk sebuah kalung lagi.
“Eh?! Ini kan…” Sora begitu terkejut, karena Youji tanpa basa-basi membayar kalung yang rencananya akan dia berikan kepada ibunya juga.
“Sebagai tanda terima kasih karena kamu telah meluangkan waktumu menemaniku…” Youji tersenyum manis, Sora benar-benar dibuat meleleh.
Belum saja kedua barang itu sampai ditangannya, Youji mendapat telpon mendadak dari kantornya, dia segera keluar dari toko tersebut, terpaksa Sora yang menerima bungkusan kedua kalung cantik itu.
“Ah… maaf Sora Chan, aku harus segera pergi, ada suatu keadaan mendadak di kantor yang harus aku tangani…” Tanpa berkata apa-apa lebih lanjut, Youji segera berlari. Sora bahkan belum sempat menanyakan mengenai kalung yang baru saja dibeli Sensei-nya itu. Akhirnya daripada bengong, Sora pun memutuskan untuk pergi makan terlebih dahulu sebelum pulang, karena dari tadi pagi dia belum menyentuh makanan sedikit pun.
Shun menyeruput minumannya dengan malas, Hiroki sudah sedari tadi meninggalkannya sendirian, tapi dia masih saja termenung memandangi hamburgernya yang baru digigit sekali. Beberapa kali dia mencoba menghilangkan mood jeleknya dengan menghela nafas panjang, cara itu hampir berhasil tapi langsung gagal ketika matanya mendapati sosok gadis yang tadinya bersama Youji duduk tepat di meja seberang tempat duduknya. Gadis yang sudah sangat kelaparan itu, memakan makanannya dengan lahap tanpa menyadari ada mata yang sedang mengawasi setiap gerakannya. Shun terus memandangi gadis itu, masih tidak masuk akal baginya gadis itu bisa menyaingi Narumi yang merupakan idola-nya sedari kecil.
Tiba-tiba, ponsel gadis itu berdering, spontan Shun menguping pembicaraan gadis itu.
“Ya.. ini dengan Sora… ah! Youji Sensei!! Ah ya..ya… apartemen Sensei? Oh …yah..yah… tidak apa-apa,  yah..yah… yah sama-sama.”
Telpon singkat itu benar-benar membuat geram Shun, apartemen? apartemen aniki? Apa-apaan ini? segala macam pikiran berkecamuk di kepala Shun. Gadis itu dengan segera menghabiskan burger ke-lima yang dibelinya, lalu dengan kilat meminum cola dingin-nya sampai habis.  Shun saat itu juga langsung tahu apa yang harus dilakukannya segera.
Shun bergegas ke apartemen Youji, dia tidak tahu apakah gadis tadi akan ke sini apa tidak, dia hanya menebak-nebak saja siapa tahu perkiraannya benar. Sambil bersembunyi, dia memperhatikan setiap kejanggalan yang mungkin dia temukan di apartemen itu. Suara langkah kaki mendekat, Shun segera bersembunyi, mengandalkan ponselnya, dia mengintai siapa yang baru saja datang. Ternyata yang datang adalah Narumi, tunangan Youji yang kerap kali datang menyambangi apartemen Youji sekedar untuk membersihkannya atau menyiapkan makanan. Setelah Narumi tidak ada lagi yang datang, Shun sudah hampir tertidur sampai dia mendengar suara langkah kaki mendekat. Rasa kantuknya seketika itu langsung hilang. Dari ponselnya, dia dapat melihat bahwa yang datang kali ini adalah gadis itu. Gadis itu berkali-kali memencet bel, Shun masih memperhatikan sambil berfikir apa yang harus dia lakukan. Tak lama berselang, terdengar suara klek dari arah dalam apartemen Youji, pintu apartemen yang kalau dibuka mengarah keluar ini spontan ditutup Shun, setelah berlari kilat dari lokasi persembunyiannya.
Gadis itu tersentak, nafas Shun masih tersengal-sengal. Dengan posisi masih menutup pintu dengan tangannya, Shun berdiri tepat di hadapan gadis itu.  Mata mereka bertemu, kali ini jarak mereka sungguh dekat, Shun dapat melihat wajah gadis itu dengan sangat jelas. Terlihat matanya memandang tajam gadis itu, gadis itu pun nampak tidak berkutik memandangi Shun, dia terlihat kesal dengan laki-laki yang datangnya entah darimana ini.
“Kamu siapa?” secara bersamaan Shun dan gadis itu bertanya hal yang serupa. Mereka tersentak, sama-sama mendengus kesal,“Kamu siapa?” kembali mereka mengeluarkan pertanyaan yang sama, sekarang mereka sama-sama tersenyum kesal.
 “Kau…” Shun melepaskan tangannya dari pintu dan saat itu juga pintu terbuka, karena tadinya gadis itu berdiri tepat di depan pintu, terbukanya pintu membuatnya secara tidak sengaja terdorong  oleh pintu sehingga dia menabrak Shun yang berdiri tepat di hadapannya, Shun secara spontan, menjaga kesetimbangannya dengan menahan gadis tersebut tapi… ternyata yang telihat malah seperti dia sedang memeluk gadis itu.
“Eh? Shun Chan??” Narumi memandangi kedua anak ingusan itu, melihat Shun memeluk gadis itu, dia cekikikan. Shun yang terkejut segera menarik lengannya dari tubuh gadis tersebut dan menundukkan badan memberi salam, gadis yang bersamanya itu pun spontan mengikuti. Narumi tersenyum melihat tingkah kikuk Shun, matanya pun akhirnya terpaku pada gadis yang saat ini berdiri tepat di samping Shun.
“Siapa Shun? Pacarmu??”
“Bukan…aku hanya…” Gadis itu belum menyelesaikan kata-katanya, Shun sudah tidak sabar untuk bertanya.
 “Hmm… apa aniki ada?”
“Ah! Youji Kun?? Hmm… sepertinya dia akan pulang telat… hmm…bagaimana kalau kalian makan dulu, aku kebetulan udah masak.” Narumi melirik gadis itu dan Shun melihat reaksi mereka.
“Apa aniki sebentar lagi akan pulang?”
“Hmm… entahlah… kenapa kalian nggak tunggu saja di dalam, sambil makan…ayo…”
Narumi segera masuk sembari mempersiapkan makanan di meja makan, sedangkan Shun dan gadis itu masih berdiri di bibir pintu.
“Aku pulang saja,” Baru saja gadis itu akan pergi, Shun memegang lengannya.
“Kenapa buru-buru? Kamu juga mau ketemu dengan Kakakku kan? Ayo masuk saja…” ajak Shun dengan tatapan yang tidak menyenangkan. Shun berharap dia bisa menahan gadis itu sampai Kakaknya pulang.
Sora memandangi apartemen Youji dengan kening berkerut. Berat sekali rasanya kakinya untuk melangkah masuk. Sebenarnya dia datang hanya untuk mengantarkan kalung yang dibeli oleh Sensei-nya. Gadis cantik yang membukakannya pintu tadi pastilah tunangan Senseinya. Kalau saja laki-laki bernama Shun itu tidak ada, tugasnya pasti sudah selesai. Sora pada awalnya berencana sebagai pengantar kalung itu tanpa berbasa-basi kalau kalung itu terbawa olehnya, dia hanya tidak ingin nantinya timbul kesalahpahaman. Tapi… karena adegan pelukan tak sengaja yang tak penting tadi itu, serta tak adanya kesempatan untuknya untuk berbicara, membuatnya menjadi berfikir untuk lebih baik menyerahkan kalung itu langsung ke Youji besok saja.
“Hoi!!” Shun memanggilnya dengan kasar, Sora langsung melirik Shun geram.
“Hei!! Kenapa masih di situ?? Ayo cepat … makanannya udah siap nih…” Narumi memanggil mereka dari dalam, terlihat wajahnya nampak ceria.
Sora menjadi tidak enak untuk tidak menerima tawaran Narumi, senyum manis Narumi benar-benar bisa menghipnotis orang. Akhirnya dia memutuskan untuk masuk, Shun mengikutinya dari belakang.
“Makan ini, ini, ini, ini, ini, ini…” Narumi mengambilkan hampir semua jenis lauk yang tersedia di atas meja ke mangkok nasi Sora. Raut wajah Shun menampakkan ketidaksukaannya atas hal itu.
“Kenapa? Ayo dimakan?” Sora tersentak mendengar suara Narumi, tadi tanpa sadar dia melirik Shun yang duduk tepat di sampingnya cukup lama,”Eh?.. ya terimakasih… itadakimasu!!”
Sora mulai memakan lauk tersebut satu persatu, semakin lama kunyahannya semakin cepat, tanpa sadar dia sudah meminta tambahan nasi lagi.
“Ahhh!!! Enak sekali…” mata Sora berbinar, dia tidak pernah merasakan makanan seenak ini sebelumnya. Dipandanginya Narumi penuh takjub,” Apa ini semua anda yang memasaknya?”
Narumi sedikit terkejut dengan reaksi Sora yang tak terduga,”Hahaha…. Kamu formal sekali, jangan “anda” panggil saja aku “kakak” … yah itu aku sendiri yang masak, bagaimana, kamu suka?” Narumi tersenyum malu-malu menyadari masakannya sangat di sukai. Sora mengangguk-angguk senang, dengan mantap dia mengambil semua lauk di atas meja, menghabiskannya satu-persatu tanpa canggung. Shun yang melihat itu, sampai tidak berkutik, dia bahkan tidak sadar kalau dia sama sekali belum memakan apa pun.
“Ah…!!! Enak banget > <!!!” Sora melahap habis makanan di atas meja, Shun yang masih memegang mangkok nasi-nya, terbelalak tidak percaya.
“Wah!!! Keren > <!!! Aku tidak menyangka masakanku bisa disukai seperti ini!” Narumi terlihat begitu senang, sampai tidak sadar kalau Shun benar-benar hanya memakan nasi saja.
Tiba-tiba terdengar suara bel berbunyi, “Ah!! Mungkin itu Youji… Sebentar!!” Narumi dengan ceria pergi membuka pintu.
“Apa kamu kerja part time jadi Sumo? tadi kamu habiskan 5 burger, sekarang…”
“Eh?!? Darimana kau…” Belum sempat Sora menyelesaikan kata-katanya, Narumi datang sambil membawa sebuah paket. “Hah! Ternyata bukan Youji…hmm apa aku telpon saja… tanya kapan dia pulang…”
“Ah… tidak usah, hmm sudah mau larut juga, aku pulang saja.” Sora menawarkan diri pulang setelah melirik jam di tangannya.
“Eh? Tidak apa-apa? Kau kan baru habis makan.”
“Ah.. tidak kok, aku tidak apa-apa…aku takut kalau kemalaman aku bisa dimarahi oleh Ayah.”
“Ah… baiklah… kalau begitu hati-hati yah…eh Shun, kamu nggak antar dia sampai rumah? Tidak baik perempuan dibiarkan jalan sendiri.” Narumi menatap Shun, Shun menghela nafas sambil memelas.
“Tapi… aku mau menunggu aniki.”  Shun memalingkan muka, dia sebenarnya paling tidak bisa menolak permintaan Narumi.
“Shun~…Shun~ Shun~…” Narumi mendekati Shun dan menggoda-godanya dengan nakal. Shun akhirnya tidak tahan dan memutuskan untuk mengantar Sora.
Sepanjang perjalanan dilewati mereka dengan diam. Dari apartemen Youji sampai di tempat perhentian bis, Shun ingin sekali menanyakan perihal yang dilihatnya tadi siang, tapi dia bingung harus mengawalinya dari mana. Sora merasa super tidak nyaman dengan ke kikuk an ini, sekali dua dia mengerling Shun, tapi Shun seringkali melihat ke arah lain. Setelah lama berfikir akhirnya Shun menemukan apa yang akan di tanyakannya pertama kali, tapi tepat saat itu bis berhenti dan Sora tanpa mengucapkan selamat tinggal ke Shun menaiki bis tersebut. Shun akhirnya spontan ikut menaiki bis tersebut dan mengambil tempat duduk di sebelah Sora. Sora sempat terkejut melihat Shun di sampingnya, tapi dia mencoba untuk tetap tenang.
Kembali Shun merangkai pertanyaan apa saja yang akan dia tanyakan, setelah mantap dia pun memulai pertanyaan pertama-nya.
“Bagaimana kamu bisa mengenal Kakakku?” Shun mengucapkan pertanyaan itu dengan cepat tanpa menatap Sora, lama dia menunggu jawaban yang dia harapkan. Sampai akhirnya dia kesal dan saat dia mau menumpahkan kekesalannya, didapatinya gadis itu sudah terlelap dengan nyenyaknya.
 ***
“Hah!! Kalung itu dimana?? Hah!! Kenapa kalung buat ibu juga tidak ada?? Huff!! Coba ingat Sora… kemarin kamu kemana aja… hmm hmm… ah ya!! Youji Sensei… apartemen!!”
Sora pagi itu akhirnya berangkat ke sekolah pagi sekali, dia berharap tidak terlambat ke sekolah setelah dari apartemen Youji, di lain pihak, Shun juga ternyata semalaman tidak bisa tertidur memikirkan kemungkinan Youji selingkuh, sebelum ke sekolah dia harus mendapatkan kepastian tersebut, dia tidak ingin datang ke sekolah dengan penuh tanda tanya.
“Maaf Sensei, aku… sepertinya meninggalkan kalung untuk ibuku di sini.”
“Eh? Kamu sempat ke sini kemarin?”
“Maaf aku kemarin sempat kesini, tapi aku belum sempat memberikan kalung itu, aku…”
“Yah nggak apa-apa, ayo masuk saja, kebetulan aku masih ada kerjaan nggak apa-apa kan kalau nggak bantuin kamu, maaf banget.”
“Ah! aku boleh masuk?” Sora terlihat begitu senang, Youji hanya mengangguk,” Ah.. terimakasih Sensei, hmm… Sensei nggak usah khawatir, aku bisa cari sendiri kok.”
Tepat ketika Sora memasuki apartemen Youji, Shun datang dan melihat Sora memasuki apartemen Youji pagi-pagi, dia menjadi semakin curiga. Hanya saja, Shun tidak langsung bertindak. Dia menunggu cukup lama sampai akhirnya Sora keluar dari apartemen itu.
“Huh… aku tidak menemukannya, maaf sudah datang mengganggu pagi-pagi.” Sora terlihat kusut.
“Hmm… maaf yah aku tidak bisa membantu, hmm… nanti aku akan coba mencarinya lagi, kalau aku menemukannnya nanti aku hubungi, bagaimana?”
“Hmm… maaf… soalnya selain kalung ibuku, aku juga jadinya kehilangan kalung Sensei…”
“Ah… nggak apa-apa, aku bisa membelinya lagi, yang penting aku udah tahu selera perempuan itu seperti apa…” Youji tersenyum menenangkan, Sora menjadi sedikit lebih tenang,” Sudahlah, kamu cepat ke sekolah saja, sudah siang nih.”
Sora melihat jam di tangannya,” ah! Kalau begitu aku permisi dulu, terima kasih Sensei.”
Sora bergegas pergi, dia nampak agak tergesa-gesa. Shun yang sedari tadi menunggu di luar, segera menyusulnya. “Hoi!!” Sora tetap berlari tidak menghiraukan panggilan Shun. Shun menjadi sedikit kesal. Dia pun mempercepat langkahnya, ketika jaraknya sudah semakin dekat dengan Sora, tiba-tiba sebuah mobil berhenti tepat di dekat mereka. Kaca mobil terbuka dan terlihat siapa yang ada di dalamnya.
“Hei! Kenapa kalian masih di sini? Bukannya sebentar lagi kalian masuk?” Narumi menyapa mereka. Sora sedikit terkejut melihat Narumi, dia pun baru menyadari kalau Shun juga berada di dekatnya.
“A..! apa kalian butuh tumpangan?”
“Tidak us…” Baru saja Shun akan menolak, Sora sudah bersiap untuk naik,” Eh?!...” akhirnya Shun pun ikut naik.
“Hahaha… hmm akhirnya kamu mau juga berangkat bareng aku Shun Chan!” Narumi tersenyum manis memandangi Shun yang nampak tidak nyaman.” Tapi… sebenarnya apa sih yang ingin kamu bicarakan dengan Youji sampai datang sepagi ini, kamu tadi dari apartemen Youji Kun kan?”
Shun tidak menjawab pertanyaan Narumi, pandangannya terpusat ke luar jendela. Narumi menghela nafas, lalu akhirnya dia memandangi Sora yang sedari tadi takjub melihat limosin yang sekarang dinaikinya itu.
“Ah!! seragam sekolah putri Meisei?? Apa kamu sekolah di sana?” Narumi baru menyadari seragam yang dikenakan Sora. Sora sedikit terkejut dibuatnya, lalu dengan tampang bingung mengangguk.
“Ah… aku benar-benar kangen dengan masa-masa itu… eh?! Jadi… kau dan Shun Chan?” Narumi melirik Shun, Shun akhirnya menatapnya,”Ada apa?” Tanyanya dengan ketus.
“Ouh… jadi kalian beda sekolah, bagaimana bisa kemarin kalian terlihat begitu mesra,” Narumi mengingat saat Shun tak sengaja memeluk Sora. Narumi melihat Shun dan Sora bergantian.
“Itu tidak seperti yang kamu bayangkan.”Shun merasa tidak nyaman.
Ano… Kak Narumi… dulu sekolah di Meisei?” Sora sekarang memperhatikan Narumi lekat-lekat.
“Eh! Yah... perkenalkan aku Narumi Hikawa… “ Narumi memperkenalkan diri dengan imut, tapi masih tetap berkarisma.
Sora terbelalak, menutup mulutnya sembari terus memperhatikan Narumi tidak percaya,” Ah!! Senpai!! Perkenalkan aku Sora Kanzaki!! Maafkan aku karena tidak mengenali Senpai!.”
“Jangan bilang kamu masuk klub kendo, wah… berarti kamu juga kenal dengan Youji Kun!”
“Yah tentu saja… Sensei adalah idolaku, mungkin hampir semua gadis di klub kendo mengidolakan-nya, soalnya Sensei selain hebat juga sangat ramah, masih muda lagi…”Sahut Sora semangat, tapi tiba-tiba dia tersadar setelah memandangi Narumi,”Oops… maaf aku terlalu bersemangat.“Sora terdiam. “Hmm.. Sebenarnya aku juga mengidolakan Senpai karena Senpai sebagai perempuan begitu hebat, mengalahkan hampir semua lawan tanpa ampun baik laki-laki mau pun perempuan, apalagi Senpai sangat cantik, aku sering mendengar banyak yang iri dengan Senpai karena Senpai begitu sempurna… Sen…
“Berisik…” Shun menghela nafas, dilonggarkannya dasi yang membelit lehernya.
Narumi memandang Shun heran. “Kamu kenapa sih dari tadi Shun? Kenapa juga kamu melonggarkan dasimu, kamu jadi terlihat tidak rapi, Shun… kamu denger aku nggak… Shun!!” Shun tidak memperdulikan Narumi, Narumi terlihat kesal. “ Shun~… apa perlu aku perbaiki dasimu?”Shun tidak bergeming. “Sora Chan!”
“Eh! Ya Senpai!”
“Perbaiki dasi Shun… kamu bisa kan?” Narumi yang tadinya terlihat mengerikan spontan langsung bersuara lembut ketika meminta Sora merapikan dasi Shun, Sora jadi tidak bisa menolak.
“Eh..eh… yah..ba baiklah Senpai” Tanpa berfikir panjang Sora segera duduk menghadap ke arah Shun yang duduk tepat di sampingnya. Dengan tangan gemetar Sora meraih dasi Shun, Shun yang sedari tadi terdiam pun menjadi bereaksi.” Hoi!! Apa-apaan ini!” Dia mencoba untuk menghindari tangan Sora meraih dasinya,” Narumi!” Shun terdengar geram, Narumi hanya tersenyum, dia terlihat begitu menikmati tingkah Shun.
“Maaf…” Sora seperti sedang menerima tugas, mukanya serius sekali. Shun yang merasa terdesak memegang tangan Sora tepat setelah Sora berhasil meraih dasinya,”A-aku bisa sendiri!” Dia melihat Narumi yang sekarang tersenyum menang. Sora yang tidak mengerti dengan keadaan ini, hanya mengikuti perintah yang diberikan, dia pun segera duduk sempurna. Shun merapikan dasinya dengan kesal. Dia tidak suka kalau Narumi menertawakannya.
Setelah itu, Narumi terus cekikikan. Shun masih terlihat kesal sedangkan Sora cuma terdiam.
“Ah! sudah sampai! Aku turun dulu, terima kasih Kak Narumi.” Sora segera turun dari mobil dan memberikan salam hormat ke Narumi.
“Sampai jumpa Sora Chan!!” Narumi tersenyum manis, tapi… waktu melihat Shun yang cuek Narumi pun menendang kaki Shun yang duduk di depannya, memberikan aba-aba supaya Shun mengucapkan sesuatu. Shun hanya menghela nafas,”have a nice day,” Shun mengucapkannya tanpa memandang Sora. Narumi nampak kesal dibuatnya. Sora hanya tersenyum kecil. Limosin itu pun melaju meninggalkannya.
“Kamu itu benar-benar tidak bisa bersikap manis ke perempuan, pantas saja kamu susah mendapatkan pasangan.”
Shun menguap walaupun tidak mengantuk, kata-kata Narumi bahkan tidak digubrisnya.
“Apa Narumi sangat menyukai aniki?” Tanya Shun sebaliknya tanpa menatap Narumi, matanya masih tetap menatap luar jendela.
“Ya.. tentu saja.. kenapa?? Kenapa kamu tiba-tiba menanyakannya?” Narumi nampak antusias menjawab pertanyaan dari Shun,  tapi Shun tidak menjawab pertanyaannya, Narumi jadi sungkan untuk bertanya lebih lanjut.
Narumi menjadi bingung harus bagaimana, tiba-tiba dia mengingat sesuatu,“Ah!! hampir lupa, aku menemukan ini kemarin tertinggal di apartemen Youji Kun, aku rasa ini punyamu…” Narumi menyerahkan sebuah bungkusan ke Shun. Shun memperhatikan bungkusan itu.
“Kalungnya bagus, kamu pintar juga memilihnya. Hanya saja, kenapa kamu harus membeli dua, apa itu tidak terlalu boros… kalau kamu ragu mau pilih mana, kenapa tidak tanya aku saja?”
Shun segera merampas bungkusan itu dikeluarkannya isinya dan diperhatikan kedua kalung itu. Melihat reaksi Shun, Narumi menjadi bingung. Tingkah Shun seringkali tidak dipahaminya.
“Aku rasa, yang kiri lebih cantik…” Narumi tersenyum memandangi kalung yang dipegang oleh Shun, Shun memperhatikan Narumi, kembali perasaan kesal itu muncul. Tidak, kalau seperti ini, dia tidak bisa sekolah, pikirnya. “ Aku turun di sini…”
“Memangnya kenapa?” Shun tidak menjawab pertanyaan Narumi, dia turun begitu saja.
Shun benar-benar kesal, sedari kecil dia bercita-cita menjadikan Narumi istrinya, tapi Narumi juga sedari kecil sudah menyukai Youji. Berkali-kali Shun mencari pengganti Narumi, tapi dia tidak menemukan seorang pun yang dapat menandingi Narumi untuknya. Kalaupun sebelumnya dia pernah mengejar-ngejar Haruna itu karena Narumi pernah mengatakan kalau Haruna itu manis, kalau tidak, dia tidak ada niat mendekati gadis itu. Tapi, saat gadis itu lebih memilih mantan-nya, tetap saja Shun kesal dibuatnya.
Hari itu Sora tidak bisa berkonsentrasi mengikuti kelas, entah kenapa jantungnya masih berdebar semenjak tangannya di pegang oleh Shun, tidak…lebih tepatnya di genggam, kembali mukanya memerah.
“So..ra..? kamu baik-baik saja?” Mei ternyata memperhatikan tingkah laku anehnya sedari tadi.
“Eh?” Sora akhirnya tersadar,” Ah… aku baik-baik saja.” Sora tersenyum kecil. Dia masih bingung dengan Shun, apa yang sebenarnya ada di pikiran laki-laki itu. Tapi… tingkah canggung-nya tadi benar-benar imut, Sora sampai beberapa kali senyum-senyum sendiri.
Sepanjang hari, Sora tidak bisa melepaskan memori tadi pagi dari ingatannya. Dia masih tersipu-sipu malu setiap mengingat momen itu. Mei hanya menggeleng-gelengkan kepala memperhatikannya.
“Eh?? Ada apa di gerbang sekolah, ramai banget!” Mei berlari menuju ke gerbang sekolah mengecek apa yang terjadi, meninggalkan Sora yang masih asik dalam lamunannya.
Sora terus berjalan tanpa menyadari keramaian yang semakin lama semakin didekatinya, dia terus berjalan lurus ke depan, tidak menoleh ke kiri dan ke kanan.  Dia bahkan tidak sadar kalau ada yang memanggilnya sedari tadi.
 “Hoi!” orang yang memanggilnya sedari tadi sekarang berdiri tepat di hadapannya, membuat langkahnya terhenti. Orang yang berdiri dihadapannya ini nampaknya sangat tinggi, Sora bahkan hanya setinggi pundaknya. Saat dia mendongak ke atas mencoba memperhatikan wajah orang tersebut, spontan dia mundur sambil terbelalak.
Shun tidak menampakkan reaksi apa pun melihat tingkah aneh Sora, dia bahkan tidak peduli dengan suara ribut para gadis di sekelilingnya. Keberadaannya sebagai siswa laki-laki di sekolah perempuan tentu saja membuat histeris, apalagi Shun memiliki tampang yang bisa membuat mereka semua terpikat.
“Ini… “ Tanpa basa-basi Shun menyerahkan sebuah kotak ke Sora.
 Sora segera tersadar melihat kotak itu, melihat adegan itu, semua anak gadis berteriak histeris penasaran apa itu. Tanpa memperdulikan sekelilingnya, Sora mencoba mengecek isi kotak tersebut, dan benar… kotak itu isinya kalung yang dibeli oleh Youji. Semua yang melihat kalung itu, semakin histeris.
Sora memandang Shun mau berterima kasih, tapi sebelum dia sempat mengucapkan ucapan “terima kasih” itu, Shun menambahkan,”Apa kamu mau aku memakaikannya?” Sora sontak menelan ludah, jantungnya tiba-tiba berdegup kencang.
Di satu sisi dia ingin menolak karena itu bukan kalungnya, tapi… ini adalah tawaran yang menggiurkan. Sora tidak sanggup menjawab, dia terus memandang Shun tidak percaya.
“Ada apa ini?” pikirnya dalam hati. Shun lalu mendekatinya, dan dengan mantap memasangkan kalung itu di leher Sora, semua gadis berteriak histeris, iri.  Sora sampai menutup matanya karena malu.
Shun terkekeh, Sora akhirnya membuka matanya.
“Kamu pikir dengan memakai kalung cantik kamu akan terlihat cantik?” Shun mencibir dengan tampang menyebalkan.
Sora tersentak, Semua gadis tiba-tiba terdiam. Shun mendekati Sora, Sora terdiam tidak bergeming,”Aku tidak akan tinggal diam, kamu tidak akan bisa mengelabuiku, hah…seharusnya kamu sadar dengan tampangmu…” Bisik Shun, dipandanginya Sora dari ujung kaki sampai rambut, lalu dia tersenyum sinis, senyum yang membuat Sora merasa benar-benar terhina.
 Lalu setelahnya, Shun pergi meninggalkan Sora yang masih terdiam membisu dan bingung dengan apa yang baru saja terjadi. Para gadis memandangi Shun dengan terbelalak, tidak ada yang memahami apa yang terjadi.
***

Bersambung…

7 komentar:

  1. baru berbunga2 tiba2..hiiih...waahhh :D

    BalasHapus
  2. itu awalnya cerita-nya agak beda, eh waktu mau di post tak baca lagi, eh trus di ubah2, jadinya ending kayak gitu, hihi...parahnya waktu kepikiran cerita ini endingnya cuma ampe sono belum kepikiran lanjutannya,.. :P

    BalasHapus
    Balasan
    1. ahh tanggung..semoga muncul ide...

      saya jadi pengen buat cerita cinta2an yg bikin eneg :D aneh

      Hapus
  3. cerita yang bikin eneg itu yang kayak gimana??

    BalasHapus
    Balasan
    1. terrrrrlalu romantis, sweet n drama... :D :D

      Hapus
    2. kayaknya ni cerita belum buat eneg yah...hehe... ayo lah ran buat biar sy mual juga, kkkkk

      Hapus
    3. tapi sy ngebayangin aja udah eneg...susah bikin alur tetep di jalannya..yg biasa2 aja dulu. kayak horor, idenya ada, intinya ada...tapi sy takut sendiri n diem d draft :(

      Hapus

LeeAne butuh saran dan komentarnya...
Berkomentarlah dengan bahasa baik And no SARA yah guys :)